Beberapa jam kemudian resepsi pernikahan Bima selesai. Bima meraih ponselnya, mencoba menghubungi Renata yang tidak lagi terlihat di acara pernikahannya setelah Aldrian membawa gadis itu keluar dari ballroom.
Bima masih ingat saat perempuan itu terlihat begitu mesra bahkan sampai bergandengan tangan saat keluar dari ruangan itu.
Panggilan telepon itu tersambung, terdengar suara Renata di ujung sana menyapa pendengarannya.
"Di mana kamu?"
"Aku sampai di rumah dari satu jam yang lalu, Tuan."
"Dengan siapa kau di rumah saat ini?" Suara Bima masih terdengar marah.
"Aku sendirian di rumah."
"Jangan coba-coba membohongiku, Renata."
"Apa maksud, Tuan?"
"Tidak usah berpura-pura! Suara Bima meninggi.
"Aku tidak mengerti dengan maksud Tuan. Tapi aku benar-benar sendirian di rumah. Tuan bisa tanya sama Mang Udin kalau nggak percaya," kesal Renata.
'Apa-apaan dia?'
"Aku tahu kau pergi bersama Aldrian, jadi jangan coba-coba untuk membodohiku!"
"Aldrian hanya mengantarkan aku sampai pintu gerbang, Tuan. Kalau Tuan tidak percaya, Tuan boleh tanya sama Mang Udin."
"Aldrian? Kau bahkan memanggil pria itu hanya dengan sebutan nama saja? Apa kau tahu dia itu adalah-"
"Aku tahu . Aldrian yang memintaku untuk memanggil namanya saja tanpa embel-embel tuan muda sejak pertama kali kita bertemu."
"Apa kau sedang menyindirku?"
"Tuan-"
"Kenapa kau pergi sebelum pestanya berakhir?" potong Bima cepat.
Renata menghela napas panjang. Mencoba menetralkan perasaannya. Pertanyaan suaminya itu ibarat api yang siap membakarnya.
"Tuan masih bertanya kenapa aku pergi dari acara pernikahan itu?"
"Aku yang membawamu ke pesta itu, Renata. Seharusnya kau pulang dengan seizinku!"
"Katakan padaku kenapa kau pulang terlebih dahulu tanpa seizinku?" teriak Bima dengan penuh amarah.
Sementara Renata menitikkan air mata saat mendengar pertanyaan bodoh suaminya.
"Tuan tanya kenapa aku pulang terlebih dahulu?"
"Aku pulang karena aku tidak tahan melihat suamiku menikah dengan perempuan lain!" teriak Renata kesal. Jiwanya meronta, ingin melawan setiap ucapan pria yang sudah menjadi suaminya itu.
"Heh! apa kau lupa dengan status pernikahan kita? Aku menikahimu karena ingin memenuhi permintaan ibuku!" teriak Bima dengan lantang.
Pria itu saat ini sedang berada jauh dari jangkauan Shinta. Setelah resepsi pernikahannya selesai, Bima meminta izin pada perempuan itu pergi keluar sebentar.
"Meskipun itu adalah permintaan nyonya, tetap saja tidak bisa menghapus kenyataan kalau aku adalah istri Tuan."
"Aku tidak bisa menyaksikan pernikahan pria yang jelas-jelas telah resmi menjadi suamiku."
Bima terdengar tertawa di ujung sana.
"Apa kau sedang cemburu? Karena itu kau tidak suka melihatku menikah dengan orang lain?"
"Aku jadi penasaran, sejak kapan kau mulai jatuh cinta padaku, heh?" cibir Bima sambil tertawa di ujung sana.
"Cemburu atau bukan, jatuh cinta ataupun tidak, tetap saja kau adalah suamiku, Tuan. Tidak ada perempuan manapun yang akan sudi dan rela jika suaminya menikah lagi!"
"Aku manusia, bukan robot!" teriak Renata kesal. Ucapan Aldrian tiba-tiba terlintas.
Sementara Bima sangat terkejut mendengar teriakan Renata. Selama mengenal Renata, baru kali ini dia mendengar Renata berteriak marah.
Bima memang mendengar Renata bersuara keras saat ia memergoki Renata sedang berada di taman dalam rumahnya bersama Aldrian.
"Tuan, meskipun sekarang Tuan sudah menikah lagi dengan Nona Shinta, tetap tidak akan merubah kenyataan kalau aku adalah istri pertama Tuan, dan Nona Shinta adalah istri kedua!"
"Renata!"
Bima berteriak marah mendengar ucapan Renata.
"Aku mencintai Shinta. Bagiku, perempuan itu adalah satu-satunya istriku, jadi kau jangan pernah berharap kalau aku akan mengakuimu sebagai istriku!"
Renata hampir saja menjatuhkan ponselnya saat kata-kata yang diucapkan oleh Bima menyapa pendengarannya.
Lagi! Ucapan pria itu bagai ribuan jarum yang menusuk-nusuk hatinya. Air mata Renata mengalir di pipinya seiring rasa sakit yang mencabik hatinya.
'Belum apa-apa saja rasanya sudah sakit begini. Apa benar, aku masih tetap bertahan di sisinya?'
'Nyonya, aku bahagia karena nyonya telah mewujudkan impianku menikah dengan putra nyonya meskipun tanpa sengaja.'
'Aku minta maaf seandainya suatu saat aku benar-benar menyerah karena tidak bisa menaklukkan hati Tuan Bima.'
"Dengarkan aku, Renata, sampai kapan pun, perempuan yang aku cintai adalah Shinta, dan perempuan satu-satunya yang menjadi istriku adalah Shinta, bukan dirimu!" Bima kembali mengulang kata-katanya dengan kejam.
"Kalau Tuan memang tidak mau mengakuiku sebagai istri Tuan, kenapa Tuan tidak menceraikan aku saja?"
Bersambung ....
Jangan lupa like, komentar dan vote ya. Author mohon dukungan kalian semua ❤️❤️❤️
Follow yuk!
Ig : nazwatalita8
FB : Talitazahra
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Borahe 🍉🧡
ini termasuk talak gak Sih
2024-06-29
0
meE😊😊
nah loh saat rena udh mnt cerai ap kau sanggup utk mnceraikan y???
2023-12-12
2
❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™
Bagus,minta cerai aja & balik ke kampung.daripada ditindas oleh bima & shinta
2022-09-29
2