Renata memegangi dadanya yang terasa sakit. Perempuan itu mencoba bangkit dengan berpegangan pada tembok.
Ia melangkah dengan tertatih sambil memegangi dadanya yang terasa sakit. Hatinya benar-benar hancur saat melihat pria yang diam-diam dicintainya itu sedang melakukan dosa bersama kekasihnya.
Pria yang baru beberapa jam menjadi suaminya itu kini sedang bercinta dengan perempuan lain yang dicintainya.
Renata memang sudah tahu kalau Bima mencintai Shinta. Namun, dia tidak menyangka kalau hubungan mereka ternyata sudah begitu jauh.
Mereka berdua layaknya pasangan yang sudah menikah. Bagi sebagian orang, mungkin ada yang membenarkan melakukan hubungan badan sebelum menikah.
Namun, bagi Renata, berhubungan sebelum menikah adalah hal tabu dan sebuah dosa besar.
Renata menuruni tangga dengan kaki bergetar saat suara-suara kedua insan itu terngiang dan juga adegan mereka berdua sedang bercinta kembali terlintas.
Isak tangisnya mulai terdengar. Sekuat tenaga dia menahan agar sang ibu tidak curiga. Akan tetapi, ibunya justru datang menghampirinya saat melihat dia turun dari tangga dengan keadaan linglung.
"Ada apa?" Bi Yati merasa heran melihat Renata yang turun dari tangga sambil menangis.
"Ada apa? Kenapa kau menangis?" bukannya menjawab gadis itu justru langsung memeluk sang ibu.
Bi Yati kemudian membawa putrinya ke dapur.
"Ibu menyuruhmu untuk memanggil suamimu, tapi kenapa kau malah menangis?" Bi Yati mengusap rambut putrinya. Mereka berdua kini duduk di meja makan.
"Tuan Bi-ma dan Nona Shi-nta ...." Renata tidak sanggup menceritakan apa yang baru saja dia lihat di kamar suaminya.
Sementara, Bu Yati yang langsung paham, maksud ucapan putrinya hanya menghela napas panjang.
Tangannya kembali terulur mengusap kepala Renata. Perempuan paruh baya itu sungguh sangat prihatin dengan apa yang menimpa putrinya.
Dia memang sudah tahu bagaimana kelakuan tuan mudanya saat bersama sang kekasih. Setiap kali Shinta datang ke rumah, mereka berdua pasti akan menghabiskan waktu di dalam kamar.
Apalagi, saat nyonya besar dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu. Mereka berdua sangat bebas melakukan apapun, karena Nyonya Erika tidak ada.
Mereka berdua adalah dua orang dewasa yang yang menjalani kehidupan bebas.
Sebagai seorang pembantu yang seringkali beres-beres dan bersih di rumah besar itu, tentu saja Bi Yati pun pernah memergoki mereka, tanpa sengaja dan tanpa mereka sadari.
Bi Yati yakin, kalau Renata juga pasti baru saja melihat perbuatan mereka. Oleh karena itu, putrinya sekarang ini menangis, merasa tidak kuat dengan apa yang dilihatnya.
Bi Yati menghela napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia sungguh tidak tega melihat putri yang disayanginya menangis.
'Nyonya, kenapa nyonya membuat putri saya berada di keadaan sulit seperti ini?'
'Kalau waktu itu aku tahu, nyonya sengaja menyuruh pengacara nyonya untuk meminta dokumen milik Renata untuk menikahkan Renata dengan Tuan Bima, saya pasti tidak akan memberikannya.'
'Saya akan menolak keinginan nyonya meskipun saya dan Renata akan diusir dari rumah besar ini.'
Bi Yati memeluk putrinya. Dia tahu, kalau diam-diam putrinya itu sangat mengagumi tuan mudanya.
"Kalau kamu tidak kuat, kamu bisa menyerah sekarang. Kita pulang kampung saja dan lupakan semua tentang wasiat nyonya besar," ucap Bi Yati pelan.
Dia sungguh tidak tega melihat putrinya menangis. Menderita karena punya suami yang tidak mencintainya.
"Aku tidak bisa mengingkari janjiku pada nyonya besar, Bu. Tidak bisa! Ibu masih ingat bukan, kalau selama ini nyonya sangat baik ada kita?" Renata menatap Bi Yati dengan kedua mata berkaca-kaca.
Gadis itu masih menangis sesunggukan.
"Tapi, Nak-"
"Bu ...."
Bi Yati menghembuskan napas panjang. Apa yang dikatakan Renata memang benar. Nyonya Erika sangat baik pada mereka dan juga keluarganya di kampung.
Nyonya Erika juga memberikan gaji yang lebih padanya juga Renata.
"Aku akan menyerah kalau aku sudah tidak kuat, Bu. Untuk sementara ini biarkan aku berjuang dulu. Kalau setelah berjuang aku belum berhasil juga, aku akan menyerah dengan sendirinya, walaupun Tuan Bima belum mau melepaskan aku."
Renata menatap ibunya yang terlihat sangat khawatir dan juga terlihat sedih. Dalam hati, dia berjanji kalau dia akan benar-benar pergi saat dirinya sudah tidak kuat untuk menahannya lagi.
Ini pertama kalinya dia melihat Bima bercinta dengan kekasihnya setelah ia menjadi istri pria itu.
Malam yang harusnya menjadi malam pertamanya karena dia resmi menjadi pengantin pria itu, ternyata malah justru menjadi malam penuh cinta buat perempuan lain.
Baru pertama melihatmu bercinta dengannya saja sudah sesakit ini, bagaimana seandainya kalau kau benar-benar menikahi perempuan itu?
***
Bima dan Shinta saat ini sudah duduk di meja makan. Selesai percintaan panas mereka, mereka berdua langsung membersihkan diri dan langsung menuju ke dapur karena perutnya merasa lapar.
Wajah keduanya terlihat segar dengan rambut yang sama-sama masih terlihat basah. Saat ingin mengeringkan rambut, Shinta sudah tidak kuat menahan lapar.
Perempuan itu langsung menarik laki-laki pujaannya itu ke meja makan. Di sana, terlihat Bi Yati dan Renata yang sedang menata makanan di meja.
Meskipun Bima sedikit canggung saat melihat Bi Yati yang kini telah menjadi mertuanya. Namun, pria itu berusaha cuek tanpa memedulikan perasaan perempuan baya itu.
Apalagi, sekarang ada Shinta di sampingnya. Dia tidak mau Shinta curiga kalau ia dan Renata sudah menikah.
Mengingat Renata, membuat kemarahannya muncul tiba-tiba. Kalau perempuan itu tidak menghasut ibunya, Bima yakin, sang ibu tidak akan mungkin menikahkannya dengan seorang pembantu seperti Renata.
Bima melirik ke arah Renata yang saat ini sedang melayaninya di meja makan seperti biasanya.
Gadis itu terdiam, fokus dengan pekerjaannya melayaninya dan Shinta secara bergantian. Ibu dan anak itu sesekali tersenyum saat menawarkan beberapa makanan yang ingin dimakan olehnya.
Kedua mata Renata terlihat sembab, senyumnya pun tidak sumringah seperti biasanya. Renata hanya tersenyum tipis.
"Apa masih ada lagi yang Tuan inginkan?" Renata berdiri di samping meja makan. Kepalanya tertunduk, memberi hormat pada majikan yang sudah menjadi suaminya itu.
"Tidak ada. Sudah cukup." jawab Bima datar sambil melirik Renata dengan ekor matanya. Sementara Bi Yati yang terlebih dahulu beranjak dari meja makan hanya menggeleng dan menatap sendu ke arah putrinya.
Seharusnya kamu yang berada di samping Tuan Bima bukannya dia, Nak.
Bi Yati menghapus air mata yang menetes dengan sendirinya. Perempuan itu kemudian melanjutkan pekerjaannya mencuci piring sambil terisak lirih.
Merasa tak tega melihat penderitaan putrinya yang baru saja dimulai di hari pertama pernikahannya.
Semoga keputusanmu untuk bertahan tidak membuatmu menyesal, Renata. Ibu benar-benar tidak tega melihatmu menderita.
"Nona, apa masih ada yang Nona inginkan lagi?"
"Tidak! Masakanmu tidak enak! Gara-gara masakan kamu, perutku merasa mual!" teriak Shinta, perempuan itu kemudian menutup mulutnya, berlari ke arah kamar mandi yang berada di dapur.
"Sayang, kamu tidak apa-apa?" Bima langsung beranjak menyusul Shinta dengan wajah panik.
"Kalau terjadi apa-apa pada Shinta, aku akan mengusirmu dari sini!"
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
meE😊😊
ga usah mengatas namakan janji lah ren..dalih yg bkin byat mu bertahan.. jstru mmpung baru d mulai udh tau kan skit y sprti ap mnding truti aja saran ibu mu.. kbaikan nyonya emg g kn prnh bs d lupain n d balas tp bkn brrti hrus mngorbankan kbhgiaan mu kan.. fkirin jg ibu mu yg bgtu mnyayangi mu
2023-12-12
1
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
hah...udah tau sakit,ngapain dipertahankan sich..
2022-12-07
0
Lita Yanis
bah!! usir ajaa bin, udh tau si Shinta Tek dung, ngapain makanan yg d salahin, dasar bucin
2022-10-22
0