Renata merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Perempuan itu menarik napas panjang, kedua netranya menatap langit-langit kamar.
Tubuhnya terasa lelah, begitupun hatinya.
'Kenapa aku harus mengalami hal seperti ini di saat usiaku masih dua puluh tahun?'
Renata mencoba memejamkan matanya. Semua kilasan kejadian saat majikannya masih di rumah sakit sampai akhirnya pernikahan itu terjadi kembali melintas.
Suara tangis nyonya Erika dan kalimat-kalimat terakhir yang diucapkan oleh perempuan baya itu kembali terngiang.
'Seharusnya aku menolak permintaan Nyonya Erika daripada aku menderita begini.'
Perempuan itu kembali menghembuskan napas panjang, saat rasa sakit mulai menyerang hatinya. Bayangan Bima menikah dengan Shinta beberapa jam yang lalu membuat hatinya serasa ditusuk ribuan jarum.
'Kenapa aku harus jatuh cinta padamu?'
Hembusan napas berat kembali terdengar keluar dari mulut Renata.
'Kamu harus kuat, Renata. Kamu tidak boleh lemah di depan Bima.
Ingat pesan Nyonya Erika sebelum dia meninggal.'
"Jaga Bima dari Shinta, Ren. Shinta bukan perempuan baik. Dia hanya memanfaatkan Bima saja untuk mendapatkan kemewahan." Ucapan Nyonya Erika sebelum dia dirawat di rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia.
"Kenapa Nyonya bicara seperti itu? Tuan Bima dan Nona Shinta saling mencintai, Nyonya."
"Kau benar, karena itu aku minta tolong sama kamu agar kamu bisa menjaga Bima dari Shinta."
"Tapi, Nyonya-"
"Aku akan membuatmu lebih dekat dengan Bima."
"Nyonya-"
"Aku tahu diam-diam kamu menyukai Bima, bukan?"
"Nyonya, apa yang Nyonya katakan?" Renata terlihat gugup saat mendengar ucapan majikan yang dirawatnya itu.
"Rena, maukah kau memenuhi permintaanku untuk menjaga Bima?"
"Nyonya, jika Nyonya mau, aku akan mengabdikan diriku bekerja di keluarga ini. Aku akan bekerja untuk Tuan Bima."
"Bukan itu yang aku inginkan, Renata. Aku ingin kau menjaga Bima dengan cara menikah dengannya."
"Nyonya ...."
Lamunan Renata buyar saat terdengar dering ponselnya. Gadis itu melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 11 malam.
Terlihat nama Tuan Bima pada layar ponselnya.
'Sudah malam begini untuk apa dia menelepon? Bukankah malam ini adalah malam pertamanya dengan Shinta?'
Renata ingat, saat sore tadi Bima menelepon, dia sengaja mematikan panggilannya karena merasa kesal pada pria itu.
Renata bahkan mematikan panggilan teleponnya karena tidak ingin Bima kembali mengganggunya.
'Dasar laki-laki egois! Tidak punya perasaan!'
Sementara itu, di atas balkon, di hotel yang saat ini sedang ditempati oleh Bima, laki-laki itu terlihat kesal karena Renata mengabaikan panggilan teleponnya.
Sejak dari sore, ia melihat ponsel Renata tidak aktif. Malam ini, setelah percintaan panasnya dengan Shinta berakhir, Bima kembali menghubungi ponsel Renata.
Saat mengetahui panggilannya tersambung, Bima langsung beranjak dari ranjang. Netranya melirik ke arah Shinta yang tertidur karena kelelahan setelah percintaan mereka yaang menguras banyak tenaga.
Bima mendesah kesal saat Renata belum juga mengangkat panggilannya.
'Apa saat ini dia sedang bersama pria brengsek itu?'
Bima mengepalkan tangannya saat pikiran buruk mulai menghantui kepalanya.
'Awas saja, kau Renata, jika kecurigaanku benar, aku tidak akan mengampunimu!'
'Berani-beraninya kau ...!'
Bima mengepalkan tangannya, seiring amarah yang merasuk ke dalam hatinya.
Dia sendiri tidak tahu kenapa dia merasa kesal dan marah pada Renata saat dia melihat Renata dekat dengan Aldrian.
'Aku tidak menyukai gadis itu, tapi kenapa perasaanku sangat kesal saat melihat dia bersama Aldrian?'
'Brengsek!'
"Halo." Suara Renata terdengar di ujung telepon.
"Kenapa kau lama sekali mengangkat teleponku? Jangan bilang kalau kau sekarang sedang bersama seseorang di sana?" teriak Bima.
Saat ini laki-laki itu sudah berada di luar kamarnya. Bima keluar kamar karena kesal Renata belum juga mengangkat panggilan teleponnya.
Dengan cepat, Bima memakai baju dan mengambil kunci mobil, berniat ingin pulang ke rumahnya malam itu juga.
Rasa penasaran, amarah dan juga prasangka buruk membuat Bima ingin segera pulang menemui Renata, istri yang dari awal pernikahan tidak diakuinya.
"Renata, jawab! Kenapa kau mematikan ponselmu dan juga lama sekali mengangkat panggilan teleponku?" Kembali suara Bima terdengar keras.
Sementara, di ujung sana Renata menarik napas panjang sambil menjauhkan ponsel dari telinganya saat mendengar teriakan Bima.
Seingat Renata, selama dia bekerja di rumah keluarga besar Abimanyu, dia tidak pernah melihat tuan mudanya itu marah-marah.
Tuan muda Bima adalah orang yang sangat sabar dan sangat menyayangi ibunya. Selain berwajah tampan, laki-laki itu juga sangat baik terhadap semua orang, termasuk pada asisten rumah tangganya seperti ibu dan juga dirinya.
Hal itulah yang membuat Renata kagum dan berakhir jatuh cinta pada majikannya itu.
Namun, setelah menikah dengannya, pria itu berubah drastis. Apakah Bima bersikap kasar karena dia tidak menyukainya?
Entahlah! Yang jelas, sikap Bima berubah seratus delapan puluh derajat dibanding saat sebelum pria itu menikahinya.
"Renata!"
"Katakan padaku, siapa laki-laki yang saat ini sedang bersamamu?"
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
🌺𝕭𝖊𝖗𝖊-𝖆𝖟𝖛𝖆🌺
bilang aja km sm Al...biar mencak2 dia..
2022-07-22
1
Zainab ddi
Uda Renata tinggal kan aja bima
2022-07-15
0
Kar Genjreng
katakan saja pura-pura banyak laki-laki di rumah biar bima pulang karena penasaran.... ha ha ha😂😂😂😂 biar tau rasa ninggalin wanitanya di hotel.... author sumpah bikin sakit dada dan mata
2022-07-14
1