Alea muncul dari dalam kamar pribadi yang terletak di ruangan Kenzo. Perempuan cantik itu baru saja menidurkan jagoannya yang baru berusia satu tahun.
"Arkan sudah tidur?" Kenzo meraih perempuan itu ke dalam pelukannya.
"Sudah. Dia baru saja tidur."
"Ini-"
"Kenalkan, aku Renata, Nona. Senang bisa bertemu dengan Nona Alea secara langsung."
Renata mengulurkan tangannya sambil tersenyum menatap Alea yang terlihat begitu cantik.
"Senang bertemu denganmu, Renata. Aldrian sudah menceritakan semuanya tentangmu. Termasuk tentang pernikahanmu." Alea tersenyum melihat keterkejutan Renata. Gadis itu melirik Aldrian yang hanya mengangkat kedua bahunya.
"Kau tenang saja, Aldrian tidak mengatakan yang macam-macam tentangmu." Alea tertawa kecil.
"Apa kau benar-benar ingin bekerja di sini?"
"Tentu saja, Nona. Aku ingin sekali bekerja di sini."
"Sayang, apa menurutmu dia pantas bekerja di sini?" Alea melirik suaminya yang sedari tadi memeluknya dari belakang tanpa memedulikan dua orang di depannya yang menatap mereka berdua dengan iri.
"Kalau dia mau bekerja dengan baik, aku akan menerimanya. Lagipula, Aldrian bilang, dia orang yang bisa diandalkan. Kita lihat, apa kali ini pilihannya tepat daripada yang dulu," goda Kenzo sambil melirik Aldrian yang berdecak kesal.
"Sayang, jangan keterlaluan! Apa kau lupa kalau Aldrian mengatakan kalau Renata ini adalah istri dari sepupunya?"
Kenzo mencium pipi Alea saat mengingat kembali ucapan Kenzo saat menawarkan Renata untuk bekerja di kafe mereka.
"Maaf, Al, aku lupa!" ucap Kenzo sambil tertawa kecil, tanpa rasa bersalah. Sementara, Aldrian menatap sebal ke arah sepasang suami-istri itu.
Renata yang tidak mengerti arah pembicaraan mereka hanya ikut tersenyum.
"Baiklah, karena kafe ini memang sedang membutuhkan pegawai baru, aku menerima kamu kerja di sini."
"Benarkah, Nona?"
"Hmm."
"Terima kasih." Kedua mata Renata berbinar mendengar jawaban Alea. Perempuan itu sungguh tidak menyangka kalau ia akan bekerja di kafe milik sang idola.
Kenzo dan Alea mengangguk sambil tersenyum. Melihat Renata, Alea teringat dengan pernikahan pertamanya.
"Jangan sampai dia bernasib sama seperti aku, ya, Ken. Dia masih sangat muda dan cantik," ucap Alea saat Renata dan Aldrian sudah meninggalkan ruangan itu.
"Semoga saja."
***
"Sepertinya kau sangat senang sampai kau lupa kalau tadi kau sedang kesal." Aldrian melirik Renata dengan ekor matanya.
"Tentu saja. Aku sangat senang bertemu mereka, apalagi sampai menjadi pegawai mereka." Renata menatap Aldrian yang sedang fokus mengemudi.
"Terima kasih, Al."
"Hmm."
***
Renata pulang ke rumahnya dengan wajah sumringah. Setelah pulang dari kafe, Aldrian mengajaknya melihat rumah baru yang ingin disewanya.
Rumah itu adalah rumah minimalis yang memang cocok untuk ia tinggali sendiri. Dengan menggunakan kartu debit yang diberikan oleh Bima, Renata yang awalnya hanya ingin menyewa rumah itu, akhirnya berubah pikiran ingin membelinya setelah melihat jumlah uang yang tersimpan di dalam kartu itu.
Dengan begini, aku bisa menyelamatkan harta Tuan Bima meskipun cuma sedikit.
Renata mengulas senyumnya. Dengan dibantu Aldrian, perempuan itu mengurus jual beli rumah tersebut.
Setelah mengurus kepemilikan rumah, Renata kemudian menuju pusat perbelanjaan ditemani oleh Aldrian. Gadis itu membeli semua perlengkapan bulanan yang dibutuhkan di rumah besar itu.
Aldrian dengan setia menemani Renata berbelanja. Mereka bahkan terlihat seperti sepasang suami istri yang sedang berbelanja kebutuhan rumah tangga.
Seandainya aku lebih dahulu memilikimu, nasibmu pasti tidak akan berakhir menyedihkan seperti ini.
Aldrian menatap Renata yang kini sudah masuk ke dalam taksi yang dipesannya. Tadinya Aldrian ingin mengantarkan gadis itu, tetapi Renata menolak. Dia mengatakan kalau Bima sudah menyuruh Mang Udin untuk memata-matainya.
***
"Non, Tuan Bima tadi menelepon, katanya ponsel Nona tidak bisa dihubungi," ucap Mang Udin sambil membantu Renata membawakan barang belanjaan itu ke dalam rumah.
"Aku sengaja mematikan ponselku, Mang."
"Hah?"
"Bilang sama Tuan Bima, aku sedang tidak ingin bicara dengannya."
"Tapi, Non-"
"Panggil aku Renata seperti biasanya, Mang, karena Tuan Bima sampai sekarang pun masih menganggapku sebagai pembantunya."
"Non-"
"Mang Udin ... Mang Udin pasti tahu bagaimana perasaanku sekarang. Jadi, aku mohon, jangan membuatku semakin terpuruk, Mang."
"Tuan Bima sekarang sedang bulan madu dan bahagia bersama istri baru yang merupakan perempuan yang selama ini dicintainya, kenapa dia masih juga terus menggangguku?"
"Nona ...."
"Kenapa nasibku jadi seperti ini, Mang?" Sekuat apapun Renata menutupi kesedihannya, tetap saja, ia tidak bisa menyembunyikan luka yang menganga di hatinya.
Mang Udin menatap Renata yang kini sudah meneteskan air mata.
"Kamu yang sabar, ya, Ren. Mamang juga tidak menyangka kalau Nyonya besar akan menjodohkan kamu sama Tuan Bima."
"Bilang sama Tuan Bima kalau saat ini aku sedang tidak ingin diganggu."
"Tapi, Ren-"
Renata menatap Mang Udin yang menatapnya dengan iba.
"Rasanya sakit sekali melihat orang yang kita cintai menikah lagi dengan orang lain, Mang. Aku ...."
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Alia Sari
kejadian alea dan bian di alami renata
2022-08-01
0
Zainab ddi
Renata cepet kabur dr rumah itu
2022-07-15
0
Kar Genjreng
tunggu tanggal mainnya... Bima akan terpuruk.. tembe gole i Awakmu Renata.
🤫🤫🤫🤫
2022-07-14
1