Shinta bergegas naik ke lantai atas setelah puas memaki Renata. Entah mengapa, dia sangat membenci gadis itu.
Menurut Shinta, gadis itu terlalu cantik untuk ukuran seorang pembantu. Pikiran jeleknya selalu muncul jika gadis itu sudah berdekatan dengan Bima saat mengurus ibunya.
Sebenarnya, sudah berulang kali Shinta menghasut Bima untuk mengganti pembantu itu dengan orang yang lebih tua. Namun, Bima menolak dengan alasan sang ibu sudah merasa cocok dengan Renata.
Akhirnya, dengan berat hati Shinta menurut. Meskipun terkadang dia sengaja mencari-cari kesalahan Renata walaupun gadis itu tidak bersalah.
Shinta membuka pintu kamar Bima dengan pelan. Tadi siang, dia sudah mendengar kabar kalau nyonya besar rumah ini alias ibu dari Bima, sang kekasih, meninggal dunia.
Namun, karena saat itu Shinta sedang asyik berbelanja di Mall, perempuan itu beralasan pada Bima kalau dia belum bisa datang karena ada ada urusan pekerjaan.
Shinta adalah seorang model yang cukup terkenal di dunia hiburan. Perempuan itu tidak mau datang saat pemakaman karena dia lebih memilih berbelanja daripada menemani kekasihnya yang sedang berkabung ke tempat pemakaman ibu tercintanya.
Shinta sangat senang saat mendengar kematian Nyonya Erika. Dengan meninggalnya perempuan tua itu, berarti salah satu penghalang Shinta untuk mendapatkan Bima sudah tidak ada lagi.
Selama ini, nenek tua itulah yang menjadi penghalang buat hubungan mereka berdua. Bima sengaja menunda menikahinya dengan alasan kesehatan ibunya.
Kini, setelah ibunya meninggal, Shinta akan lebih leluasa untuk menguasai Bima dan memaksa pria itu untuk segera menikahinya.
Shinta menatap pria yang saat ini sedang berbaring di atas ranjang sambil memiringkan tubuhnya. Bahunya terlihat bergetar, sepertinya laki-laki itu sedang menangis.
Shinta yang awalnya terlihat kesal kemudian langsung mengubah mimik wajahnya biar terlihat sedih di depan Bima.
"Sayang ...." Shinta membalikkan tubuh Bima.
"Kau sudah datang?" Suara Bima terdengar serak, kedua mata pria itu memerah dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.
Shinta ikut merebahkan tubuhnya di samping pria itu, kemudian memeluk Bima yang langsung menangis dipelukannya.
Cukup lama Shinta membiarkan laki-laki itu menangis dipelukannya. Perempuan itu menghembuskan napasnya kasar.
Dia memang mencintai Bima, tetapi entah mengapa perempuan itu tidak tersentuh sama sekali saat mendengar orang yang dicintainya itu menangis di pelukannya.
Selain mencintai Bima, Shinta memilih bersama pria itu karena Bima mempunyai kekayaan yang sangat banyak.
Walaupun pria itu tidak mempunyai perusahaan sendiri, tetapi semua usaha milik Bima berkembang pesat, hingga pria itu sekarang menjadi pengusaha sukses yang kekayaannya tidak akan habis meski tujuh turunan.
Awalnya Shinta memang tidak mencintai Bima, dia hanya memandang pria itu dari kekayaannya saja.
Namun, seiring berjalannya waktu dan seringnya kebersamaan yang dia lewati bersama Bima, membuat perempuan itu akhirnya merasakan perasaan lebih pada pria berwajah tampan itu.
Wajah tampan Bima dan tubuhnya yang atletis tidak kalah dengan model-model pria yang sering berpasangan dengan dia saat melakukan pemotretan.
"Apa yang terjadi pada ibu kamu adalah takdir. Mungkin Tuhan lebih menyayangi ibumu makanya dia memanggilnya dengan begitu cepat, agar ibu kamu tidak lagi merasakan kesakitan karena penyakit yang dideritanya," ucap Shinta dengan bijak. Bibirnya menyunggingkan senyum smirk.
Perempuan itu benar-benar bisa bersandiwara saat berada di depan Bima, karena itu Bima tidak pernah mempercayai saat sang ibu pernah mengatakan tentang kejelekan Shinta.
"Tapi aku masih tidak percaya kalau ibu akan meninggalkan aku dengan begitu cepat. Kita bahkan belum menikah Shinta. Aku ingin ibuku menyaksikan pernikahan kita tapi ...." Laki-laki itu kembali menangis.
"Ibu akan menyaksikan pernikahan kita di tempatnya berada sekarang. Aku yakin, ibu juga pasti akan bahagia melihat kita menikah nanti." Shinta mengusap kepala laki-laki itu.
"Kamu harus menerima dan merelakan ibu kamu, biar dia tenang di sana. Aku yakin, saat ini ibu pasti tidak suka melihatmu menangis." Wajah Bima mendongak menatap wajah perempuan yang sangat dicintainya itu.
"Lebih baik sekarang kau bersihkan tubuhmu, kita makan malam bersama. Aku yakin, saat ini kamu pasti belum makan bukan?"
Bima mengangguk mendengar ucapan perempuan pujaannya itu. Hatinya menghangat saat mendengar kata-kata lembut dari mulut Shinta.
Seandainya ibu tahu kalau Shinta adalah perempuan yang baik, aku yakin, dari dulu ibu pasti akan merestui pernikahan kami.
Kalau saja dari dulu ibu setuju, aku pasti sudah menikahi Shinta. Sekarang, ibu sudah pergi.
Maafkan aku jika setelah kepergian ibu, aku langsung menikahi Shinta. Aku mencintainya, Bu. Selamanya, aku hanya bisa mencintai perempuan ini.
Bima bangkit dari ranjang. Laki-laki itu mengecup kening Shinta setelah perempuan itu menghapus air mata yang mengalir di wajahnya.
"Terima kasih karena sudah datang, Sayang ...."
Shinta tersenyum mendengar ucapan Bima.
"Harusnya aku yang minta maaf, karena aku baru sempat menemuimu."
"Aku tahu, kamu sibuk dengan kerjaan kamu. Tapi ingat, jangan sampai pekerjaan kamu membahayakan dia." Bima mengusap perut Shinta yang masih terlihat rata.
"Jaga calon anak kita baik-baik, aku tidak mau mau terjadi apa-apa sama dia." Bima tersenyum, mengecup sekilas bibir perempuan yang sangat dicintainya itu, kemudian dia melangkah ke kamar mandi.
Shinta melangkah menuju lemari. Perempuan itu mempersiapkan baju yang akan dipakai oleh Bima.
Wajah cantiknya tersenyum manis saat dia melihat Bima keluar dari kamar mandi dengan wajah segar dan sangat tampan.
Tubuh kekarnya terekspos, karena pria itu hanya mengenakan handuk dari atas pinggang sampai di atas lutut.
Rambutnya masih basah, membuat pria itu semakin terlihat mempesona dan menggoda hasrat Shinta.
Perempuan cantik itu mendekati sang kekasih dengan senyum menggoda, kedua tangannya terulur mengusap dada sampai ke perut kotak-kotak Bima, hingga terus turun menggoda sesuatu di bawah sana.
"Jangan menggodaku sayang ...."
Shinta tersenyum genit mendengar ucapan disertai ******* Bima yang menyapu pendengarannya, membuat hasratnya langsung naik, apalagi saat lidah pria itu menari di telinganya.
Tanpa menunggu lama, kedua bibir mereka bersatu. Mereka berdua tenggelam dalam buaian asmara yang memabukkan.
Saling merayu, saling berkejaran memuaskan hasrat yang menggelora dan siap meledak.
Bima membawa tubuh sang kekasih ke atas ranjang. Bersiap menumpahkan hasrat yang semakin menggelora. Tubuh mereka saling berpacu memberi kepuasan.
Suara-suara memacu hasrat saling bersahutan dari mulut mereka berdua, laksana sebuah melodi yang membuat mereka semakin bergairah.
Sementara, tanpa mereka sadari, di balik pintu yang sedikit terbuka, seseorang berdiri di sana sambil memegangi dadanya yang terasa sesak melihat pemandangan di depannya.
Gadis itu menutup mulutnya agar suara tangisnya teredam. Air matanya mengalir di kedua pipinya saat menyaksikan laki-laki yang bahkan belum sehari mengucapkan ijab kabul di depan penghulu itu kini sedang bercinta dengan perempuan yang bahkan belum sah menjadi istrinya.
Tubuh Renata merosot ke lantai saat rasa sakit menghantam dadanya. Jantungnya serasa diremas-remas dan hatinya bagai dihujam ribuan panah.
Aku tidak menyangka, kalau hubungan kalian sudah sejauh ini. Haruskah aku menyerah sekarang?
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
fujichen
fix aku ga suka cowok yg sudah celup ke cewe lain harus balikan ke istrinya,jangan mau,,buat dia menyesal telah meninggalkan mu
2024-09-26
0
Borahe 🍉🧡
Gila si Bima
2024-06-29
0
meE😊😊
cwe baik2 ga ad yg kek gitu ya bim.. emak mu aja baru d kubur kok mlah asyik bkin dosa sii
2023-12-12
1