Sesuai keinginan Bima, hari ini Renata mengantarkan ibunya pulang kampung. Selain disuruh pulang oleh Bima, Bi Yati kebetulan memang sudah lama ingin segera pensiun setelah bertahun-tahun bekerja menjadi asisten rumah tangga di keluarga Abimanyu.
Perempuan paruh baya itu tidak pernah menyangka kalau nasib baik akan berpihak pada putrinya karena tiba-tiba menikah dengan anak sang majikan.
Namun, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam perempuan itu sangat khawatir dengan nasib Renata.
Walaupun Bima sudah berjanji akan meninggalkan Shinta, tetapi Bi Yati masih belum yakin. Perempuan itu belum percaya kalau Bima akan meninggalkan perempuan itu demi Renata.
Bagaimanapun, dia sangat tahu siapa Bima. Pria itu sangat mencintai kekasihnya. Bi Yati bahkan sudah sering melihat dan bertemu dengan perempuan itu dan sangat tahu bagaimana dekatnya hubungan mereka.
"Nak, jika kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini, kamu bisa pulang ke rumah ibu. Pulang kembali ke kampung seandainya Tuan Bima menyakitimu." Bi Yati membelai rambut putri tercintanya.
"Ibu tidak menyangka kalau Nyonya Erika akan mengambil keputusan besar seperti ini," lanjut perempuan itu lagi.
Dia masih ingat saat kemarin Shinta datang dan Bima memperlakukan perempuan itu dengan sangat baik.
Bima bahkan memarahi Renata karena gadis itu merasa mual setelah makan malam yang dimasak oleh Renata.
Menurut perkiraan Bi Yati, sepertinya tuan muda sekaligus menantunya itu belum mengatakan pada Shinta kalau dirinya sudah menikah dengan Renata.
"Menurutmu, apa suamimu itu sudah mengatakan pada Shinta kalau kalian sudah menikah?" Kedua mata perempuan yang telah melahirkannya itu terlihat sangat khawatir membuat Renata tidak tega.
"Entahlah, Bu! Tapi Ibu jangan khawatir. Aku akan memenuhi wasiat terakhir Nyonya Erika, tetapi seandainya Tuan Bima tidak menginginkan aku. Aku rela seandainya dia menceraikan aku."
"Syukurlah jika kamu sadar, Nak. Maafkan ibu, bukan maksud ibu tidak mendukungmu. Hanya saja, kau harus ingat siapa kita dan siapa Tuan Bima."
"Kemarin dia janji pada ibu akan meninggalkan perempuan itu, tapi tidak yakin."
Renata mengangguk. Semua kata-kata ibunya memang benar, dia harus sadar siapa dirinya dan siapa suaminya. Sama seperti ibunya, dia pun tidak percaya kalau Bima akan meninggalkan perempuan itu begitu saja.
"Ibu tahu kalau kamu diam-diam mencintai Tuan Bima-"
"Bu!" Wajah Renata merona mendengar ucapan ibunya.
Bi Yati tersenyum sambil mengusap kepala putrinya.
"Ibu tahu, kamu perempuan yang baik. Suatu saat, Tuan Bima pasti akan jatuh cinta padamu. Tapi ingat pesan ibu, Ren, pulanglah ke rumah seandainya kamu sudah tidak tahan dengan suamimu."
Renata mengangguk pelan sambil memberikan senyum terbaiknya.
"Pulanglah ke rumah seandainya suatu saat Tuan Bima tidak bisa memenuhi keinginan Nyonya Erika. Pintu rumah ibu selalu terbuka untukmu, Nak ...."
Renata memeluk ibunya. Perempuan yang telah melahirkannya itu memang sangat mengerti dirinya.
Dari dulu, Renata memang tidak pernah bisa menyembunyikan apapun dari ibunya.
Setiap kali ada masalah, sang ibu pasti tahu. Seperti saat ini, Renata yakin, ibunya pasti sudah tahu masalah yang sedang dihadapinya.
Bi Yati membalas pelukan Renata, ucapan Bima pada putrinya beberapa hari yang lalu kembali terngiang.
"Dengar Renata! Kita memang sudah menikah, tapi aku tidak pernah mencintaimu, jadi jangan harap kalau aku akan bersikap seperti suami pada umumnya di depanmu!" tekan Bima dengan lantang.
"Ta-tapi Mas-"
"Panggil aku Tuan!"
"Ma-maaf, Tuan ...."
"Rahasiakan pernikahan kita dari Shinta. Jika sampai kau dan ibumu membocorkan pernikahan bodoh ini pada Shinta, kalian berdua akan tahu akibatnya!"
Renata tersentak mendengar perkataan pria yang telah menjadi suaminya itu.
"Aku bisa menghancurkan seluruh keluargamu di kampung jika kamu macam-macam, Renata!"
"Tu-Tuan ...." Renata menatap Bima dengan kedua mata berkaca-kaca.
"Jaga diri ibu baik-baik di sana."
Lamunan Bi Yati buyar seketika saat mendengar ucapan Renata.
"Kamu juga jaga diri baik-baik. Ingat pesan ibu, Nak. Pulanglah! Jika kamu sudah tidak sanggup."
Bi Yati mengusap rambut Renata sambil menitikkan air mata.
"Bu, ibu jangan khawatir. Doakan saja semoga aku bisa menaklukkan hati Mas Bima."
"Bagaimanapun, aku sudah berjanji pada almarhum Nyonya Erika, kalau aku akan menjaga Mas Bima dan menjadi istri yang baik untuknya, Bu."
"Aku tidak akan mengingkari janjiku pada Nyonya Erika. Apalagi itu adalah wasiat terakhir sebelum Nyonya Erika meninggal dunia."
Renata menatap sang ibu dengan raut wajah sedih.
"Ini belum seminggu, Bu. Masih banyak waktu buatku untuk membuat Mas Bima jatuh cinta padaku," ucap Renata dengan percaya diri, membuat perempuan baya di depannya itu tersenyum.
Mereka berdua kembali berpelukan.
"Aku akan berhenti berjuang seandainya Mas Bima sendiri yang melepaskan aku, Bu. Akan tetapi, jika suatu saat aku sudah tidak sanggup, aku pasti akan kembali pada Ibu." Ucapan itu keluar dari mulut Renata, sesaat setelah ia melepaskan pelukannya.
Renata mengantarkan sang ibu ke dalam mobil yang akan mengantarkan ibunya sampai ke kampung.
Setelah mencium dan memeluk ibunya, gadis cantik itu turun. Dia masih berdiri di tempat itu sampai akhirnya mobil yang membawa ibunya melaju meninggalkan dirinya yang masih berdiri di depan pintu gerbang rumah besar itu.
Di atas balkon, Bima tersenyum tipis.
Setelah ini, aku akan bebas melakukan apapun terhadapmu, Renata. Termasuk menikahi Shinta dan membawanya tinggal di rumah ini.
***
Renata baru saja selesai beres-beres. Bima menyuruhnya membersihkan semua ruangan di rumah besar itu.
Bima mengatakan, kalau besok, dia akan menikah dengan Shinta di hotel, sesuai dengan yang sudah direncanakan sebelumnya.
Sebenarnya Bima merasa tidak enak karena jarak pernikahannya dengan kematian sang ibu terlalu dekat.
Namun, karena dia sudah terlanjur janji pada Shinta dan dan keluarganya, akhirnya pernikahan itu tetap digelar setelah dua minggu kematian Erika.
Apalagi, saat ini di dalam perut Shinta telah bersemayam darah dagingnya. Dia tidak mau menunda pernikahannya dengan Shinta karena takut perut kekasihnya itu terlanjur membesar, hingga membuat semua orang mengetahui tentang kehamilan Shinta.
Hubungannya dengan Shinta memang sudah terlalu jauh. Mereka sudah sering menginap dan menghabiskan malam bersama, hingga akhirnya, dua bulan yang lalu, kekasihnya itu mengatakan kalau dirinya sedang hamil.
"Setelah menikah dengan Shinta, aku akan bulan madu ke Jepang selama dua minggu. Setelah itu, aku akan mengajak Shinta tinggal di rumah ini."
Renata sontak mendongakkan wajahnya menatap Bima. Wajah cantiknya tampak terkejut mendengar ucapan suaminya.
"Ini adalah rumahku, aku tidak perlu ijin darimu untuk membawa istri dan calon anakku ke rumah ini!"
"A-apa?" Kedua mata Renata membola.
"Shinta sedang mengandung anakku, karena itu aku harus segera menikahinya." Ucapan Bima kembali membuat hati Renata berdenyut nyeri.
"Bersikaplah seperti biasanya, Renata. Kau hanya pembantu di sini. Kerjakan semua pekerjaanmu sesuai yang aku perintahkan!" Bima menatap gadis itu dengan tajam.
Sementara Renata mengangguk tanda mengerti dengan semua yang diucapkan oleh majikan sekaligus suaminya itu.
'Nyonya, kenapa Nyonya membuatku berada di situasi yang sulit seperti ini?'
Renata kembali menundukkan kepalanya. Sekuat tenaga dia menahan air matanya agar tidak tumpah di depan pria itu.
"Ingat! Jangan pernah mengatakan tentang pernikahan kita pada Shinta. Kalau itu sampai terjadi, kau akan tahu akibatnya!"
Bima mendekati Renata yang masih tertunduk. Seperti biasanya, saat gadis itu masih menjadi pembantu yang merawat ibunya.
Gadis itu akan menundukkan kepalanya saat sedang menunggu perintah, sebagai tanda sopan santun terhadap majikannya.
"Simpan kartu ini!" Bima menarik tangan Renata dan memberikan dua kartu debit dengan warna yang berbeda.
"Ini bisa kau pakai untuk belanja keperluan rumah ini, sedangkan yang ini," Bima menunjukkan kartu berwarna hitam di tangannya dan memberikannya pada Renata.
"Ini untuk menjamin kehidupanmu dan keluargamu. Kau bisa memakainya sepuasmu!" Bima menatap ke arah Renata yang menggeleng pelan saat Bima memberikan kartu itu.
"Tidak usah berpura-pura, Renata. Bukankah ini yang kau inginkan sampai akhirnya kau menghasut ibuku agar aku menikahimu?"
"Tu-Tuan ...."
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
nenk 'yLa
smoga renata kuat mnjlani khidupan baru y.. klopun ga kuat smoga bima yg ga bs khilagan renata d saat renata udh prg jauh dr hidup y
2023-12-12
0
Chloe
Renata yg mengalaminya, akunya ikut sakit hati. mewek wooiiiiii😭😭😭😭
2023-09-03
0
Lita Yanis
Renata renaataa, ngapain juga wasiat yg JD patokan utk berbakti DG swami mu, haddeeh, udh tau bgtyu ancaman Bima, msh aja mau bertahan, yaah susah siih KLO emng udh suka, lebh parhnya lagi cinta bertepuk sebelah tangan yaah ginii deeh, ngayal aja kerjanya seakan akan bakaln jatuh cinta s bima nya,..,
2022-10-22
0