Renata menangis di depan pria tampan itu sambil menutup wajah dengan kedua tangannya. Bahunya terguncang karena isak tangisnya yang semakin terdengar.
Sementara itu, pria tampan di depannya menatap iba. Ridz Aldrian adalah keponakan Nyonya Erika.
Pria tampan yang biasa disapa Aldrian itu tinggal tidak jauh dari rumah besar keluarga Abimanyu. Sebelum Nyonya Erika meninggal, Aldrian seringkali datang ke rumah untuk menengok Nyonya Erika.
Namun, sayangnya saat sang bibi meninggal, pria itu justru tidak bisa datang karena saat itu dirinya sedang ada pekerjaan di luar kota.
Aldrian sangat terkejut saat mendengar dari pengacara keluarga Abimanyu kalau Renata dan Bima sudah menikah di rumah sakit.
Laki-laki itu terkejut karena gadis cantik yang diam-diam sering diperhatikannya itu tiba-tiba menikah dengan Bima, sepupunya.
Dia tidak mengerti kenapa tantenya, Erika justru menyuruh Renata menikah dengan Bima, padahal Erika sangat tahu kalau putranya sudah punya kekasih yang sangat dicintainya.
Aldrian membiarkan gadis itu menangis di depannya tanpa berniat untuk memeluknya. Pria itu sangat tahu, Renata sangat menjaga dirinya. Oleh karena itu, dia tidak berani menyentuh perempuan itu apalagi saat ini perempuan itu adalah istri dari Bima.
"Seharusnya kau tidak setuju menikah dengan perempuan ini, Bima, karena aku tahu, kamu pasti hanya akan melukainya saja. Aldrian menghela napas panjang.
Tangannya terulur mengusap rambut perempuan di depannya itu. Sementara tidak jauh dari mereka Bima mengepalkan tangannya saat melihat adegan di depannya. Entah mengapa dia tidak suka saat melihat Renata bersama dengan laki-laki lain.
Bima meraih ponselnya, memencet nomor ponsel Renata yang baru beberapa waktu lalu dia simpan.
Renata yang saat itu masih menangis langsung menghentikan tangisnya. Gadis itu mengambil ponsel di sakunya.
"Cepat masuk ke dalam rumah dan ikut aku ke hotel!"
Belum sempat Renata menjawab, pria itu sudah mengakhiri panggilan teleponnya.
"Maafkan aku, aku harus pergi."
"Siapa yang menelponmu?"
"Tuan Bima," jawab Renata.
"Tuan? Kamu memanggil suamimu dengan sebutan Tuan?"
"Aku hanya mengikuti kemauannya saja, aku tidak punya pilihan lain."
Aldrian mencibir saat mendengar jawaban dari Renata.
"Kamu tidak seperti Renata yang aku kenal."
"Apa maksudmu?"
"Kamu harus berani. Jangan menjadi pengecut di depan suamimu. Bagaimanapun, bukan hanya dia yang tidak menginginkan pernikahan ini, tapi kamu juga tidak menginginkannya bukan?"
"Apa menurutmu aku bisa melawan dia, Al?" Renata menatap pria tampan di depannya dengan seksama.
Ia memang memanggil Aldrian dengan nama saja. Awalnya gadis itu tidak setuju dan merasa tidak enak saat Aldrian menyuruh memanggil pria itu hanya dengan sebutan nama saja tanpa embel-embel tuan muda.
"Aku pergi dulu."
"Hmm."
"Nanti aku akan meneleponmu. Kau berhutang banyak cerita sama aku."
Renata mengangguk pelan, kemudian melangkah pergi meninggalkan Aldrian yang masih memandanginya sambil tersenyum tipis.
Sesampainya di dalam rumah, Bima menarik tangan perempuan yang sudah menjadi istrinya itu.
"Apa-apaan kamu? Berduaan dengan pria lain di rumah suamimu sendiri?"
Renata mendongak, merasa terkejut dengan kalimat suami yang disebutkan oleh Bima.
Sementara Bima terlihat gugup saat menyadari ucapannya. Tangannya melepaskan tangan Renata yang dia genggam.
Kedua netranya menatap tajam ke arah Renata.
"Cepat ganti bajumu! Kau ikut denganku ke hotel."
"Hotel?"
"Iya."
"Ma-maksud Tu-an, aku harus menyaksikan pernikahan Tuan Bima dengan Nona Shinta?"
Renata menatap pria di depannya itu dengan rasa tidak percaya. Rasa nyeri mengalir ke ruang hatinya.
Perempuan itu mencibir.
"Apa Tuan sadar dengan ucapan Tuan?"
"Tentu saja sadar, kamu pikir aku-"
"Kalau Tuan sadar, Tuan pasti tidak akan menyuruhku ke sana. Walau bagaimanapun, suka atau tidak suka, aku adalah istri Tuan. Aku tidak mungkin menyaksikan suamiku sendiri menikah dengan perempuan lain!" ucap Renata memberanikan diri.
Aldrian benar, ia bukanlah pengecut yang selalu menurut saat ditindas. Renata adalah gadis pemberani yang selalu berjuang seandainya dirinya memang di pihak yang benar.
Bima adalah suaminya. Mereka menikah secara resmi saat di rumah sakit. Jadi suka atau tidak suka, Renata punya hak untuk menolak atau pun menuruti suaminya.
Meskipun menolak permintaan suami adalah dosa. Akan tetapi, bukankah sebagai istri kita juga punya hak untuk menolak dan tidak menyetujui jika suami kita menikah lagi?
"Pernikahan kita hanya omong kosong, Renata. Kita terpaksa menikah karena kita harus menuruti keinginan ibuku. Kalau bukan karena janjiku pada ibu, pernikahan ini pasti tidak akan terjadi!" ucap Bima penuh penekanan.
"Seandainya aku sebagai istri pertama tidak menyetujui pernikahanmu, apa kau masih akan tetap menikah dengan dia?"
Mendengar pertanyaan Renata, tawa Bima menggema dalam ruangan itu.
"Kau pikir siapa dirimu, sampai kau berani menyuruhku membatalkan pernikahanku dengan Shinta?" Bima menatap tajam ke arah wajah cantik Renata yang terlihat sembab.
'Sialan! Di depan lelaki itu kau menangis minta dikasihani. Giliran di depanku, kau justru melawanku.'
'Lihat saja, aku tidak akan membiarkanmu tinggal di rumah ini sendirian, Renata.'
Kedua mata Bima berkilat penuh amarah. Apalagi saat melihat perempuan di depannya ini tertawa begitu keras di depan lelaki itu. Pria itu bahkan dengan mesra mengusap rambut Renata saat gadis itu menangis.
"Aku tidak perlu izin darimu untuk menikahi Shinta. Aku dan dia saling mencintai dan berencana menikah sejak dulu. Sampai kau tiba-tiba datang mengacaukan segalanya!"
"Kalau aku memang menjadi pengacau dalam hubungan Tuan Bima, seharusnya Tuan menolak pernikahan kita di depan nyonya Erika, bukannya malah menerima begitu saja," jawab Renata, memberanikan diri menatap wajah tampan itu.
"Apa kau pikir, aku bisa menolak keinginan orang yang sedang sekarat?"
"Tu-Tuan, apa yang kau katakan?" Kedua mata Renata membola mendengar ucapan Bima.
"Aku tidak mungkin menolak keinginan ibuku apalagi itu adalah keinginan terakhir ibuku!"
"Kalau begitu, kenapa Tuan tidak memenuhi janji Tuan pada nyonya? Bukankah waktu di hadapan nyonya, Tuan Bima sudah berjanji akan-"
"Aku tidak mencintaimu, Renata. Perempuan yang aku cintai adalah Shinta, aku tidak mungkin meninggalkan dia apalagi saat ini dia sedang mengandung anakku!"
Renata kembali terkejut mendengar pengakuan laki-laki di depannya itu.
Perempuan itu menelan saliva, membasahi tenggorokannya yang seketika terasa kering seiring rasa sakit yang menjalar ke ruang hatinya.
Renata tersenyum kecil menatap pria di depannya itu dengan tidak percaya. Sekuat tenaga, Renata menahan agar air matanya tidak tumpah.
Rasa kagum yang selama ini tersimpan untuk pria itu hilang sudah setelah Renata mengetahui seperti apa laki-laki di depannya itu.
Namun, meski kekagumannya berkurang, rasa cintanya terhadap suaminya itu tetap tersimpan dalam hati.
"Tuan tahu, kalau Nona Shinta sedang hamil, tapi kenapa Tuan dengan begitu mudahnya menerima permintaan nyonya untuk menikahiku?"
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
meE😊😊
inget ren suatu saat nanti bima lah yg akn ngemis2 mngharap maaf n cinta mu
2023-12-12
1
❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™
renata ,kamu harus kuat,jangan mau ditindas.
2022-09-29
1
Uty
renata jadilah wanita tangguh agar dia sadarrr bahwa gk semua orang bisa nurut hanya karna uang
2022-09-01
0