Alvin mengajak Zea kesebuah restoran mewah. Hal itu membuat dirinya terkejut, karena dia pikir Alvin akan mengajaknya ke restoran biasa atau mungkin warung makan bahkan pedagang di pinggiran jalan.
"Al yakin mau makan disini? Bukannya kita harus bikin reservasi dulu ya kalok mau makan disini? apa lagi biaya makan disini gak murah Al!" tanya Zea beruntun.
"Tenang aja Ze! kemarin gue dapet voucher gratis, jadi kita bisa makan disini sepuasnya. Lagian makanan disini enak enak, lo harus coba!" balas Alvin.
Zea memicing mata, "Lo tau dari mana makanan disini enak enak?" tanya Zea curiga.
"Ah..itu..gue tau dari google, lagian ini kan restoran mewah terkenal Ze, gak mungkin gak enak kan" jawab Alvin
Seperti seekor ular yang lincah dalam bergerak. Begitu pula dengan mulut Alvin yang memberikan bumbu kebohongan dalam kata katanya. Berharap Zea percaya akan apa yang diucapkan Alvin.
Keduanya masuk kedalam restoran mewah. Kedatangan keduanya membuat beberapa mata pengunjung mengernyit aneh. Karena mereka hanya mengenakan pakaian biasa.
Biasanya Orang yang makan disana akan mengenakan pakaian terbaik mereka karena sulitnya reservasi ditempat itu. Alvin yang menjadi sorotan tak memperdulikan tatapan pengunjung lain. Baginya pandangan orang lain itu tak penting.
"Permisi tuan, nona! ada yang bisa saja bantu? Apakah Anda memiliki reservasi meja?" tanya pelayan itu dengan sopan.
Alvin tak lantas menjawab dan memberikan sebuah kartu berwarna gold yang dia ambil dari dompet saku celananya.
"Berikan ini pada manajer mu, dia akan paham" ucap Alvin dingin, berbeda sekali dengan penampilannya.
"Maaf tuan?" tanya pelayan itu kembali menatap kearah kartu yang diberikan Alvin, pasalnya dirinya tak tahu mengenai kartu itu.
"Buruan!" titah Alvin.
"Baik tuan, akan saya berikan!" ucap pelayan tadi meninggalkan kedua orang itu.
Zea dan Alvin menunggu disofa tunggu yang emang disediakan disana untuk orang orang yang menunggu jatah gilir mereka. Restoran tempat mereka makan emang padat, semua kursi kursi disana selalu terisi penuh.
"Al, kita makan ditempat lain aja yuk!" ajak Zea memegang lengan Alvin, dirinya sedikit tidak nyaman dengan pandangan orang orang yang menatap ke arah mereka.
Alvin yang merasa kegelisahannya mengusap surai hitam milik Zea,
"It's okay, lo bakal nyesel kalok gak nyobain makanan disini." ucap Alvin berusaha menenangkan.
Tak lama berselang Manajer restoran datang dengan pelayan tadi. "Maaf sudah membuat anda menunggu, perkenalan nama saya Marko Arashi selaku manajer disini. Bolehkan saya tau siapa anda tuan?" tanya pria itu lantaran tidak mengenal sosok Alvin dengan penampilan yang berbeda.
"CK, kau tidak punya hak bertanya. Siapkan saja hidangan terbaik kalian, Kalian sudah membuat gadisku menunggu" ucap Alvin tanpa menjawab pertanyaan pria itu.
Jantung Zea berdetak cepat. Antara gugup dan malu. Gugup, lantaran sepertinya mereka akan dipersulit disini dan pipinya merona, malu, saat Alvin menyebut dirinya sebagai gadisnya
"Maaf tuan, tapi kartu yang anda berikan merupakan kartu khusus restoran kami. Saya tak dapat mengenali identitas anda, maka dari itu saya harus mengecek identitas anda untuk mengkonfirmasi. Mohon kerjasamanya tuan." ucap pria itu masih dengan sopan.
"Cih orang miskin gaya kampung mau coba makan disini, mungkin aja kartu khusus yang dia berikan kepada anda itu bekas curian. Gak mungkin penampilan kek mereka mampu makan disini!" ejek seorang wanita berbadan gemuk dengan wajah menor yang duduk disalah satu meja dengan beberapa teman sosialitanya.
Zea hanyut dalam kebingungan. Haruskan dia membalas wanita itu?? Dirinya tidak menyalakan jika menyebutkan mereka kampungan. Toh pakaian yang mereka kenakan kini emang tidak sesuai dengan tempat yang mereka kunjungi. Tapi Zea yang punya perasaan dan punya hati, merasa tidak terima bahwa Alvin dituduh sebagai pencuri. Zea percaya, pria itu tidak akan melakukan hal seperti itu.
"Maaf Tante, sebaiknya anda menjaga mulut anda. Pria saya tak akan melakukan hal seperti itu. lagian jadi orang suka banget nyinyir orang, gak takut lemak ditubuhnya nambah apa" keluh Zea diakhir kalimat dengan nada pelan namun dapat didengar.
Alvin merasa gemas merengkuh pundak gadis itu kedalam pelukan, mengecup puncak ubun ubun Zea, sontak membuat Zea membelak.
Deg deg
'Oh God..help my heart, please' pekik Zea dalam hati.
Disisi lain dengan wajah memerah, wanita itu marah dan menggebrak meja.
Brakk..
"Dasar wanita murahan, berani sekali kamu ngehina saya!" ucapnya dengan suara keras lantaran tak terima
"Kasih aja mereka pelajaran jeng! Lihat aja penampilan itu cewek, mungkin cowok culun disebelahnya itu membawanya kesini untuk menjadi ****** penggoda pria pria disini. Wajah cantik buat apa kalok nyatanya Pelacur"
"Bener tuh jeng!"
Mendapat sebutan pelacur membuat Zea emosi. Siapa yang gak emosi jika disebut pelacur? Namun sebelum Zea membuka mulut..
Brakk
Vas yang diyakini dengan harga ratusan juta itu melayang ke arah meja tempat para wanita wanita itu berada. Zea menoleh kearah sang pelaku dengan wajah kaget.
keributan yang dibuat Alvin lantaran membuat semua pengunjung yang tadinya sibuk dengan urusan masing masing menoleh kepadanya.
"WANITA SIALAN, BERANINYA KAU MENGHINA GADISKU" suara Alvin menggelegar bhak petir yang menyambar. Dirinya sangat marah, sangat amat teramat marah.
Bahkan kini dirinya tak memperdulikan kesannya baik yang selama ini dia tunjukan kepada Zea. Dirinya tak peduli jika sifat aslinya akan keluar. Mendengar Zea dihina membuat darah Alvin begelora. Bahkan dirinya saja tak tega jika harus berkata kasar pada Zea. Berani sekali orang itu menghina gadisnya.
Zea yang dia anggap sebagi permata hidupnya diremehkan oleh orang lain benar benar membuatnya geram. Dirinya tak akan melepaskan orang itu.
"Tuan apa yang anda lakukan, saya tau anda emosi tapi tidak_"
"Diam lo! Gue juga bakal bikin perhitungan sama lo, lo juga gak bakal gue lepasin" bentak Alvin memotong ucapan dan mengacungkan jari telunjuknya ke arah Marko.
Alvin menarik Zea kedalam restoran dengan langkah cepat. Hal itu membuat semua orang kalang kabut dengan aksi Alvin. Mereka pikir Alvin membawa Zea kabur, sehabis memecahkan vas senilai ratusan juta itu.
"Hey tuan anda mau kemana??" Tanya Marko menyusul keduanya dari belakang.
"Hey tahan kedua orang itu, mereka pasti mau kabur" ungkap wanita menor juga mengikuti kearah Alvin pergi.
Zea yang ditarik berusaha menahan tindakan Alvin. namun tak berhasil, telinga Alvin seakan tuli bahkan sampai mengabaikan suara Zea.
Mereka sampai disebuah pintu ruangan. manajer marko kaget lantaran ruangan yang dituju Alvin adalah ruangan yang saat ini bahkan untuk dirinya sendiri pun terlarang
Bukan karena menyeramkan. Ruangan yang dituju Alvin itu sangat megah dan mewah. namun pemiliknya yang berkuasa yang membuat tempat itu menyeramkan.
"Tuan Apa yang anda lakukan disini, ini adalah wilayah terlarang" ucap sang manajer.
Alvin tak memperdulikan lantas mengambil kartu berwarna hitam dengan taburan permata dalam dompetnya. Menempel ke tempat scaning membuat pintu itu terbuka.
Sang manajer kaget melihat itu sedangkan wanita gemuk dengan teman sosialitanya itu baru saja sampai didekat mereka.
Alvin tak memperdulikan itu membawa Zea masuk. Sang manajer yang ingin menahan kalah cepat dengan Alvin karena pria itu sudah berhasil masuk dengan Zea dan menutup pintu ruangan itu.
Melihat hal itu, membuatnya frustasi. Dirinya tak bisa memasuki ruangan itu karena kekurangan otoritas. Karena dia rasa tak bisa menyelesaikan sendiri, salah satunya jalan adalah dengan menelpon sang ayah yang dulunya manajer kepercayaan disini, namun karena sudah tua. pria itu berhenti dan dilanjutkan dengan sang anak yang mendapat pelatihan khusus dari sang ayah sedari kecil.
Maka dari itu, seperti yang diajarkan sang ayah. berprilaku sopan kepada semua pengunjung yang datang di restoran adalah prilaku utama yang harus dia taati. mau siapapun itu.
Saat pelayan menyerahkan kartu kepada sang manajer. Dirinya sebenarnya ingin langsung melayani keduanya, namun dirinya ragu karena dirinya tak mengenali identitas dari Alvin seperti yang ditunjukan oleh sang ayah, mengenai orang ternama di restoran yang merupakan miliki keluarga Immanuel.
Marko hanya ingin mengecek identitas Alvin sebentar. Namun sebelum hal itu terjadi, terjadi inside pertengkaran yang membuatnya sampai kondisi sekarang ini.
Marko yang menelpon sang ayah memberitahu kondisi terkini. Penjelasannya membuat sang ayah membelak, karena Alvin yang dapat membuka ruang akses khusus keluarga Immanuel.
TBC
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
I am sorry, jika updatenya gak menentu.
Tetep stay sama ceritaku ya, thank you
。◕‿◕。
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
Rosiah Tikah
Semangat
2022-07-06
1