Alvin kini sudah bersiap dengan baju kaos berwarna putih dan celana hitam serta sebuah jaket berwarna hitam. Hanya pakaian biasa memang, tapi karena Alvin yang memakainya. cowok dengan tampang yang diatas rata rata itu membuatnya terlihat mempesona.
Alvin kini menuruni tangga menuju kearah dapur. Terlihat kedua orang tuanya sudah berada di meja makan.
"Dad, Mom" sapa Alvin.
"Eh anak kesayangan Mommy datang, baru Mom mau manggil" ucap Mommy Miranda sumringah.
"Kapan kamu sampai Al?" tanya Daddy Exel basa basi.
"Siang Dad"
"Mom Dad, Alvin mau pergi" pamit Alvin
"Mau kemana Al? gak makan dulu?" tanya Miranda yang sedang sibuk menyiapkan makan sang suami.
"Rumah Satya"
"Yah padahal Mom udah buatin makanan kesukaan kamu" kecewa Mommy Miranda.
"Al makan dulu" Perintah Daddy Exel mutlak. Melihat raut sedih diwajah sang istri tercinta.
"Huft Okey" Helaan nafas Alvin duduk dikursi meja makan.
Mommy Mira yang melihat itu senang dan mulai menyiapkan makanan sang anak dengan antusias.
"Dikit aja Mom, nanti Al ada pesta dirumah Satya" ucap Alvin. Mommy Miranda mengangguk menuruti keinginan sang putra semata wayangnya itu.
Suasana meja makan dipenuhi dengan suasana romantis dari kedua orang tuanya itu. Kedua orang tuanya itu sekarang sedang makan sepiring berdua dengan sang Mom yang memegang sendok menyuapi daddynya. Sedangkan daddynya itu sibuk Mengelus rambut sang Mommy dengan sayang. Terkadang Alvin sendiri sangat heran dengan daddynya. Daddynya adalah seorang CEO dari perusahaan ternama didunia. Ceo yang terkenal dengan ketegasan, sifat dingin dan tak kenal ampun bagai elang itu. Sekarang ketika bertemu dengan mommynya berubah menjadi seorang burung kecil yang meminta untuk selalu dimanja dan diperhatikan. Alvin terkadang jengah melihat keromantisan kedua orang tuanya itu.
"Bisa gak sih Mom Dad gk usah romantis romantisan didepan Al" ucap Alvin kesal ketika melihat Daddy sibuk mencuri ciuman dipipi sang mommy.
"Makanya cari Pasangan, biar tau rasanya" ucap sang daddy. Alvin semakin dibuat kesal mempercepat makannya lalu setelah selesai dia menegak air hingga kandas.
"Alvin pergi" ucap Alvin berlalu tanpa memperhatikan kedua orang tuanya yang masih asik bermesraan itu.
"Hati hati Al" ucap sang mommy memperhatikan anaknya yang sudah menjauh
...**************...
Alvin kini menaiki motor hitamnya melaju kerumah Satya.
Alvin sudah sampai didepan gerbang rumah Satya. Pintu gerbang terbuka, terlihat Geo yang sudah menunggu disana yang sudah hafal suara motornya. Alvin masuk dan memarkirkan motornya. Lalu pergi ke halaman belakang rumah bersama Geo. Disana terlihat teman temannya yang sudah memanggang anek macam makan seperti daging, sosis, jagung dan masih banyak lagi.
"Lo kemana aja si Al, lama amat. Kita tadi udah foto bareng. Udah gue upload juga di medsos. Tapi gak ada lo. Gara gara lo kita tungguin dari tadi gak nongol nongol. Lo tau gak sih, gak ada lo itu kek ada yang kurang rasanya" cerocos Satya lebay.
"Yee, nih orang. Alvin lo ajak foto. Gak bakal mau dia, medsosnya aja kalo bukan gue yang post kosong itu pasti" ucap Geo.
"Berisik" ucap Al, berjalan ke arah sofa panjang yang memang sengaja ditaruh disana, lalu merebahkan tubuhnya berbantal lengannya.
"Ye ini anak santai banget hidupnya, dateng dateng langsung tiduran" ucap Julian yang baru saja menghampiri.
"Biarin aja, lelah mungkin dia. Dia belum istirahat total sangking sibuknya ngurus kerjaannya sambil ngurusin geng geng yang ada disana, yang selalu ngajak dia battle. Padahal akhirnya tuh lawan kalah juga, tapi gak mau pernah nyerah. Datang terus" Jelas Gio sambil menatap Alvin.
"WOY JUL, LO KOK NINGGALIN GUE. NIH URUSIN. MAIN TINGGAL AJA" teriak Kenan saat sadar dia di tinggal sendiri saat sedang memanggang daging.
"Maaf maaf" Julian menghampiri Kenan sambil menyatukan kedua tangannya.
Geo yang tak tega melihat sahabatnya itu, masuk kedalam rumah untuk mengambil bantal. Lalu kembali ke halaman belakang.
"Al nih, dari pada lo pakek tangan. Mau selimut sekalian gak?" ucap Geo menyodorkan bantal kepada Alvin yang belum tertidur. Dia sedari tadi hanya menutup matanya, mendengar percakapan yang dilontarkan teman temannya itu.
"No, thanks!" jawab Alvin mengambil bantal itu, lalu kembali memejamkan mata.
Geo berjalan menuju kearah teman temannya yang sedang sibuk memanggang sambil berceloteh ria.
"Bicarain apa?" tanya Geo
"Itu tuh tetangga sebelah gue tadi, bisa bisanya dia ngintip. Ketahuan lagi, kayak gak ada kerjaan aja" jawab Satya. Geo hanya berohria.
"Bener tuh apa lagi mukanya yang cengoh karena ketahuan tadi. Hahaha sumpah bikin ngakak aja" Julian tertawa.
Sebenernya sebelum Alvin datang. ada sebuah insiden. Insidennya yang cukup memalukan. Dimana tetangga Satya yang sekaligus anak dari temen bundanya bernama Neisha atau kerap dipanggil Icha itu tak sengaja ketahuan ketika sedang mengintip. Icha yang sedang mengintip menaiki kursi karena tadi diberi tau sahabat bundanya yang sedang berkunjung jika Satya dan teman temannya sudah berkumpul. Tidak melewatkan kesempatan untuk cuci mata. Apa lagi ada A'a kenan yang sering dia puja. Icha yang sedang mengintip menaiki kursi didepan pintu penghubung yang emang sengaja dibuat. Kaget dengan suara bundanya yang menginterupsi, sedangkan Satya yang sempat sekilas melihat Icha datang bangkit untuk melihat gadis itu. Satya membuka pintu penghubung itu.
"Ngapain lo?" sontak suara itu membuat Icha kaget dan terjatuh ke tanah. Hal itu, membuat semua yang melihat kejadian tadi sontak tertawa dan alhasil Icha sangat malu. Icha yang tak bisa menjawabnya lalu bangun dan berlari kedalam rumah.
'Jangan sampe sahabat gua tau kejadian memalukan ini' batin Icha merutuki dirinya sendiri.
..........
Sekarang semua pria itu sedang duduk sambil ditemani makanan yang tadi mereka panggang. Termasuk Alvin.
"Al Al, gua tantang lo lomba makan sama gue. Battle kita yuk yuk!!" ajak Julian.
"Ogah" jawab Alvin malas.
"Ih lo kok, gak asik gitu. Ayolah, ayolah, terima tantangan gua" Julian merengek seperi anak kecil.
"Dih maksa" sahut Satya melihat kelakuan sohibnya itu.
"Ayolah Al ayolah!" rengekan Julian menarik narik lengan Alvin, lantas membuat Alvin menghela nafas dan mengiyakan.
"Yes, jadi kita battle tuh makan sosis besar 5. Yang kalah wajib nurutin apa yang menang mau ya?!" Sambil menunjuk kearah sosis jumbo yang tadi mereka bakar.
"Ni anak dibaikin malah ngelunjak, parah lo" seru Kenan ke arah Julian, kemudian menyentil dahi sohibnya itu.
"Ih lo main sentil-sentil aja. Merah nih jidat gua. lagain Iri lo? Bilang bos" ucap Julian sambil mengusap usap dahinya lalu berlalu menatap Kenan.
"Ayo Al. Jadi gak Al? jangan bilang lo takut"
"Oke, tapi satu aja sosisnya. gua gak mau sampai kekenyangan"
"Lah kok satu, gak menantang kalau cuma satu"
"Satu atau gak sama sekali"
"Oke deh satu, yuk mulai" Julian pasrah.
Pertandingan dimulai, yang lain memperhatikan kedua orang yang sedang berlomba itu. Saat battle Julian memakan sosis dengan rakus, sedangkan disisi lain Alvin makan dengan ogah ogahan. Sejujurnya dia sudah kenyang dan tidak mood untuk makan lagi. Saat dimeja makan tadi sang mommy emang mengambilkan sedikit. Tapi bukan artian dengan porsi yang sedikit, banyaknya menu lauk pauk yang ada dimeja makan. Semua dituangkan kedalam piring sedikit demi sedikit yang lama lama membuat piring itu menjadi bukit. Alvin yang sudah diambilkan mau tak mau harus memakannya. Tanpa bisa protes.
"Yes gue menang! HOREE, akhirnya baru kali ini gue menang lawan big boss" seru Julian mengepalkan tangan lalu menariknya kebelakang beberapa kali. tingkahnya itu mendapat gelengan dari kawan kawannya. Seperti anak kecil saja.
"Huft, buruan lo mau apa dari gue?" tanya Alvin.
"Gue boleh minta apa aja nih?" tanya balik Julian manik turunkan alisnya.
"Hmm" jawab Alvin malas, lagian pikirnya temannya itu gak bakal minta yang aneh aneh. mungkin cuma traktir, motor, mobil, atau mungkin sesuatu yang membuatnya harus melakukan pekerjaan fisik. Tapi dugaannya salah..
"Jul kasih permintaan yang sulit, baru kali ini kan seorang Alvin kalah" ucap Satya mengompori ikut antusias.
"Bener tuh kasih permintaan yang sulit!" Geo ikut berseru. diangguki oleh Kenan.
"Bentar bentar gue mikir dulu" tahan Julian
Julian mulai menelisik Alvin melihatnya dari atas kebawa. 'Enaknya gue minta apa ya? hmm mobil/motor/apartement? jangan deh dompet si Al kan tebel, lagian kalok gue minta itu mah gue bisa beli sendiri. Coba gue lihat lihat nih orang, apa yang gak dia punya. Uang? perfect, banyak banget malahan. Penampilan? eh buset ganteng gila kalok diteliti nih big bos. Fisik? perfect juga, gue gak pernah lihat nih orang kalah kalau soal fisik. Ini aja gue untung bisa menang saat kondisinya lagi tepar kayak gini. Lagi lelah kek gini aja, tuh muka masih aja biasa aja kek gak ada beban. Wajahnya pun masih ganteng aja. Penampilannya masih keren aja. Ah iya penampilan hehehehe.' batin Julian sambil mengusap usap kedua tangannya, memikirkan ide licik yang ada dikepalanya saat ini.
"Lo mau apa buru!" melihat gelagat Julian 'ada yang gak beres nih keknya.' pikir Alvin.
"Oke gini big bos, sebenernya permintaan gue ini mungkin bagi lo adalah hal yang sulit__" ucap Julian terputus.
"Emang ada gitu hal sulit yang gak bisa dilakuin Alvin sang big bos kita?" tanya Satya
"Ih lo pakek nyamber aja, gue belum selesai ngomong nih" ujar Julian kesal perkataannya diputus.
"Oke back to topic, Gini Al gue mau lo nerima taruhan gue"
"Taruhan apaan? langsung ke inti" ucap Alvin.
"Penampilan lo kan perfect nih, gue mau lo dandan jadi nerd Al" ucap Julian membuat teman temannya mendelik.
"Wait!! wait!! Gini nih gua perjelas nih ye. Gua mau lo nerima taruhan gue. Saat lo masuk sekolah loh harus berpenampilan kek nerd, harus perfect dan totalitas kek nerd and then lo harus berpenampilan kek nerd itu selama setengah semester, eh jangan deh kelamaan dua bulan aja. Kalok lo berhasil, supercar Bugatti Centodieci yang ada ditoko bokap gue lo bawa deh" Jelas Julian mantap.
"Serius lo Jul" tanya Geo, diangguki mantap oleh Julian. Sontak hal itu membuat yang lain tertawa.
"Gak habis pikir gue, bad boy nyamar jadi seorang nerd wkwkwk, ampun gak kuat" heran Satya diselingi tawa melambai lambaikan tangannya. Geo dan Kenan ikut tertawa
"Bener tuh" ujar kenan
"Gimana Al, lo terima gak?" tanya Julian.
"Oke" Jawab Alvin. 'Kayaknya bakal menarik juga.' batinnya.
"Emang kalian masuk sekolah kapan?" tanya Satya.
"Ya bareng kalian masuk lah, loh masuk hari pertama. Gua sama Alvin juga ikut masuk" Jawab Geo
"Ohw."
...****************...
Nerd? Siapa sih yang gak tau dengan penampilan yang satu ini. Sekarang pria dengan tampang bak dewa yunani itu harus berpenampilan layaknya seorang nerd. Alvin yang turun dari tangga dengan pakaian yang rapi, kulit yang dibuat kecoklatan dengan foundation, rambut yang dipotong menjadi bowl cut, dan kaca mata bulat itu kini sedang menuruni tangga menuju kearah ruang makan. Disana ada kedua orang tuanya yang seperti biasa selalu bermesraan tidak tau tempat emang. 'Dasar dua bucin' batin Alvin.
"Pagi Dad Mom" sapa Alvin.
"Pagi say— What?" balasan mom terputus dan kaget saat menoleh kearah Alvin. Daddy yang melihat reaksi istrinya sontak menoleh balik dan tertawa.
"Apa apaan penampilan kamu ini Al?" tanya daddy sesudah menghentikan tawanya sambil geleng-geleng.
"Tantangan Dad" Jawab singkat masa bodo.
"Astaga anak mommy yang ganteng kok bisa tiba tiba jadi kayak shrek gini" Shrek karakter buruk rupa berwarna hijau itu disamakan dengan Alvin. Padahal dirinya tak sejelek itu hanya agak culun dan cupu saja.
"Cih" decih Alvin
"Yaudah deh Mom Dad, Alvin mau berangkat" Alvin mencium telapak tangan mereka.
"Kok berangkat awal Al? tumben" heran mommy Mira.
"Al naik angkot, jadi harus berangkat awal" jawabnya berlalu pergi, membuat keduanya melotot tak percaya.
"Aduh dad, kenapa sih anakmu itu? banyak mobil mewah digarasi. Dianya kok malah naik angkot. Gak habis pikir sama kelakuan anakmu itu"
"Kok cuma anak Daddy sih Mom, kan itu juga anaknya Mommy" ucap Daddy Exel tak terima.
...****************...
Alvin merupakan laki laki yang perfeksionis. mungkin karena sudah di didik untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal, walaupun karena pengaruh dari didikan itu membuat kelakuan Alvin menjadi melenceng. Menjadi nakal, keras kepala, arogan dan selalu ingin benar.
Kini Alvin sedang menunggu kedatangan angkot di sebuah halte. Sembari memberi kabar ke Geo untuk berangkat duluan. Jarak antara halte dan rumahnya sedikit jauh. Makanya Alvin berangkat pakai motor menuju apartemen pribadinya dulu dan meletakan motor kesayangannya itu disana. Lalu Alvin berjalan menuju halte terdekat dari apartemennya.
Ribet? memang. Sebenarnya Alvin sendiri tidak ingin melakukan hal ini. Namun mau bagaimana lagi jiwa perfeksionis yang sudah mendarah daging itu membuatnya harus melakukan ini. Walaupun sebenarnya Alvin sendiri tidak peduli dengan tanggapan orang lain mengenai dirinya, dia melakukan ini hanya untuk dirinya sendiri. Catat.
Sampai sebuah angkot datang. "Mang kiri mang." Alvin melambaikan tangan. Angkot itu berhenti, Alvin menatap angkot itu sedikit ragu untuk menaikinya.
"Mas jadi gak naiknya." ucap Mang supir melihat Alvin diam, Alvin yang tersadar segera menaiki angkot itu. Kini Alvin duduk diantara ibu yang memangku anaknya yang sekitar berumur 3 tahun dan ibu-ibu yang membawa barang belanjaan. Sepertinya ibu itu habis dari pasar.
Alvin mengambil hpnya yang ada di sakunya. dia memfoto dirinya dan mengirim ke grub. Dengan caption 'My totality'. Alvin menaruh kembali hpnya ditempat semula. kemudian terdiam.
'Ini bau apaan sih.' batin Alvin. mencium bau yang tidak sedap. Dia mengedarkan pandangannya. manemukan bau yang tercium dari hidungnya yang mancung itu. Bau itu berasal dari seorang pria yang baru masuk sambil membawa ayam yang masih hidup.
'Holly ****, itu orang ngapain bawa bawa ayam hidup kedalam angkot sih.'
Akhirnya Alvin sampai ditempat tujuannya. Untung saja tidak banyak insiden yang terjadi di angkot.
Kini Alvin turun dihalte terdekat dari sekolah nya. Kini dia harus sedikit berjalan kaki dari halte menuju sekolahnya. Sebenarnya banyak orang yang melihatnya turun dari angkot. Karena halte itu tak jauh dari sekolahnya dan pastinya banyak mobil mobil dan motor mewah lewat yang dapat dipastikan itu adalah kendaraan para siswa dan siswi yang ada disana.
Alvin berjalan melewati koridor sekolah yang mulai sepi menuju ke ruang kepala sekolah untuk laporan. Setelah sampai dia langsung membuka pintu yang bertuliskan 'ruang kepala sekolah' disana. Tak banyak orang yang berlalu lalang disana membuatnya berani langsung masuk tanpa mengetuk pintu dulu. Ya jelas, orang dia anak pemilik sekolah.
Pria yang ada disana lantas mendongakkan wajahnya. Melihat seorang pemuda disana yang tak ia kenali. Mengernyit bingung. 'siapa?' batinnya. Alvin lantas langsung duduk disofa yang ada di ruangan.
"Siapa kamu? main nyelonong aja" tanyanya.
"Alvin" jawabnya singkat dengan muka datar.
"Alvin? Alvin Exelino Immanuel? anaknya bapak Exel? pemilik sekolah?" mendapat anggukan dari Alvin.
"Wah bapak sampai pangling lihat kamu. Padahal kamu udah bilang ke bapak ditelpon kalok bakal nyamar gini. Bahkan kamu sampe minta kelas yang beda sama teman teman kamu yang resek dan nakal itu" ucap kepala sekolah itu yang memang sudah tau siapa Alvin yang sebenarnya. Alvin lantas tak menjawab hanya mendengarkan saja.
Kepala sekolah yang tak mendapat jawaban dari Alvin menghela nafasnya.
"Huft, tunggu sebentar. Bapak panggilkan wali kelas kamu" Mengambil telpon memanggil seseorang. Tak lama kemudian seorang pria datang sembari mengetuk pintu. Gak main nyelonong kek Alvin tadi.
Pintu terbuka dan nampak seorang pria disana. "Ini Pak anak barunya?" tanya pria itu memastikan tak percaya.
"Iya"
"Yaudah kamu ikut saya" katanya sedikit ogah ogahan karena melihat penampilan Alvin yang cupu, culun, dan kucel karena kulitnya coklat. Berbeda dengan murid baru yang satunya tadi.
Kini Alvin kembali berjalan melewati koridor sekolah yang agak sepi karena kebanyakan murid sudah masuk ke kelas. Alvin tadi memang datang sedikit terlambat, maklum naik angkot jadi agak lama.
Banyak tatapan mata yang melihatnya dari jendela. Yap seperti yang diharapkan. Kebanyakan tatapan mata itu menatapnya dengan jijik dan aneh. Bahkan ada yang menghinanya secara terang terangan.
"Widih siapa tuh? murid baru? cupu banget"
"Iuu deh, kok bisa sih cowok kek gitu masuk ke sekolah kita"
"Jijik jijay sama tuh cowok, ini nih tadi itu si Geo ganteng abis. nah kok murid baru yang satunya malah kampungan kek gini"
"Bener tuh, kek si Geo itu langit nah si itu cowok gorong gorong"
"Dasar nerd!"
Kedatangan Alvin tak luput dari mata 4 kawannya itu. Mereka ingin menyapa dan menertawakannya secara langsung tapi tidak bisa. Alvin tak memperdulikan ucapan disekitarnya. Dia melangkah kakinya sampailah disebuah kelas yang bertuliskan 11 IPA 1.
Alvin masuk kedalam kelas dan banyak murid yang berbisik disana. Kebanyakan menatapnya dengan tatapan mengejek. Kecuali gadis yang berada dipojok.
"Semuanya mohon perhatikan, kita kedatangan murid baru. Perkenalkan diri kamu" ucap wali kelasnya tadi menginterupsi.
"Nama gu_"
"Udah deh pak, gak perlu perkenalan. Gak ada dari kita yang tertarik juga sama dia. Lihat aja tampilannya culun gitu, kayak nerd!" sahut Shasya salah satu murid centil yang ada disana.
"Lo apa apaan si Sha, hargain dong. Orang dia mau perkenalan juga" ucap seorang gadis yang tak lain adalah Zea.
"Nyahut aja lo, dasar cewek sok kecantikan"
"Oyy nenek lampir, sahabat gua ini emang cantik. Ngapa? Iri lo?" Keyla membanggakan Zea. Shasya ingin membalas ucapan itu. namun ditahan oleh suara wali kelasnya.
"Udah kalian kok malah pada ribut. Alvin lanjutkan perkenalanmu. Kalok gak mau dilanjut kamu langsung duduk aja, nanti kenalan sendiri" ucap Wakel itu cuek.
"Saya langsung duduk aja Pak" ucap Alvin.
"Yaudah itu, ada bangku dipojok dibelakang Zea. Kamu duduk sana aja" tunjuknya ke bangku baling belakang dipojok sendiri.
Alvin melangkahkan kakinya. ketika ditengah jalan ada sebuah kaki yang bersiap untuk membuatnya jatuh. Alvin yang tau itu masa bodoh, melangkah melewati kaki itu. Membuat siempu kesal.
Kini Alvin sudah berada ditempat duduknya. Lantas gadis cantik nan manis bernama Zea yang tadi membelanya itu membalikan badannya menghadap Alvin.
"Halo nama gue Zea, nama lo?" Zea menyodorkan tangan mengajak berkenalan. Alvin yang melihat itu terdiam. "Alvin." jawab singkat tanpa menjabat tangan Zea. Mungkin udah kebiasaan Alvin yang cuek makanya dia enggan menjabat tangan Zea.
Zea yang tak mendapat balasan jabatan tangannya lantas menurunkan tangannya. 'Mungkin itu cowok pemalu' batin Zea. Guru masuk kekelas. Ini adalah hari pertama sekolah. Maka dari itu hari pertama ini hanya berisi perkenalan singkat.
Alvin yang sedari tadi duduk dipojok diam saja. Tak peduli pada sekitar. Tidak peduli untuk mencari teman dikelas itu, karena dia tak butuh.
Bel istirahat berbunyi. Banyak orang yang keluar dari kelas menuju kantin. Ada juga yang masih stay dikelas. Salah satunya adalah Alvin. Dia malas pergi ke kantin, walau teman temannya tadi memintanya untuk pergi ke gudang yang sudah dibersihkan dan menjadi tempat mereka nongkrong disekolah. Alvin sekarang masih senang tiasa menelungkupkan kepalanya dimeja dan memejamkan matanya.
"Hey Al, gak mau ke kantin?" tanya Zea menepuk bahu Alvin yang tertidur. Mendapat tepukan membuat Alvin mendongakkan wajahnya melihat siapa yang menggangu tidurnya.
"Kenapa?" tanya Alvin.
"Gak mau kekantin? udah bel istirahat loh" ajak Zea lagi, mendapat gelengan dari Alvin.
"Zea ayo buruan. Lo ngapain sih, cacing diperut gua udah meronta ronta nih minta diisi" ucap Icha tak sabaran bersama Keyla yang menunggu didepan pintu. Melihat sahabatnya itu masih sibuk dengan laki laki yang notabennya anak baru itu.
Zea, Keyla, dan Icha satu kelas. Zea dan Icha duduk satu bangku. Sedangkan Keyla duduk disebelahnya bersama murid yang bernama Nimas.
"Mau titip?" Tanya Zea kembali.
"Nggak, pergi aja" tukas Alvin merasa terusik. 'Kenapa sih tuh cewek, sok care banget." batin Alvin. Zea yang mendengar itu lantas menyusul kedua temannya itu menuju kantin.
"Lo ngapain sih Ze, sok akrab gitu sama tuh cowok baru" ujar Icha.
"Ya gak papa mau kenalan aja"
"Lo itu terlalu care tau gak sama semua orang" Keyla berbicara.
"Bener tuh, ati-ati aja sama sifat lo ini. Bisa bisa sifat baik lo ini berakhir jadi bumerang bagi diri lo sendiri" kini Icha berucap.
"Ih kalian apaan sih."
"Lagian lo itu terlalu baik, baik itu boleh tapi jangan sampe kebaikan lo jadi hal yang bisa nyelakaian diri lo sendiri" Keyla menasehati.
"Iya nyaii, Zea paham xixixi" tanggap Zea sambil cekikikan.
"Eh ini anak dibilangin juga" kesal Keyla
"Ya biasa lah, bocah gak ada akhlak ya gini. lagian tadi itu ya si anak baru culun itu cuek gitu masih aja lo baik-baikin. Gua tadi disebelah lo pengen kenalan juga, gak jadi" Icha yang tadinya duduk sebangku disebelah Zea mengurung niatnya untuk berkenalan, melihat temannya itu dicuekin. Walau sebenarnya Icha juga gak terlalu frendly kesemua orang, dia ingin berkenalan hanya untuk formalitas aja. Icha itu excited sama suka cowok tampan. seperti A'a Kenan, dipanggil A'a walau seumur.
"Dia itu gak cuek, hanya pemalu aja" bela Zea untuk Alvin.
"Pemalu gimana, wong dianya kelihatan tadi cuek gitu" sergah Icha.
"Udah udah kalian berdua ini kok malah ribut gini sih. Udah jangan ribut. Gua cabein satu satu nih kalok ribut" lerai Keyla.
"Siap nyai" Sahut Zea dan Keyla berbarengan memberi hormat lepas tertawa membuat Keyla cemberut.
TBC
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Happy Reading ♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
CaH KangKung,
,👣👣
2022-12-22
0
istrinya THV 🐻💜
masih ku pantau 😜
2022-06-12
2