Zea POV
Aku bersandar pada sandaran kasur. menatap gusar kearah ponselku ketika tak mendapatkan balasan dari Alvin. Apa jangan jangan Alvin menyerah padaku? gara gara tau tentang kisah ku dan Zion. Pasti begitu! mana mungkin Alvin tetap bertahan setelah tau kalok Zion itu berkuasa, apa lagi Alvin juga bukan orang yang bisa menentang Zion. Buktinya saja dia selalu menaiki motor matic dan waktu itu berangkat pakai angkot, yah walau pakaian yang biasa dia kenakan nampak bagus.
Alvin sepertinya menggunakan dalih marah seperti ini untuk menjauhiku. Aku senang jika itu benar, karena dengan itu Alvin akan terhindar dari bahaya. Tapi dilain sisi hatiku merasa teriris saat mengetahui bahwa aku dan Alvin tak akan seperti dulu lagi.
Suara derapan motor terdengar dari luar rumah. Rumahku itu rumah minimalis sederhana didaerah perumahan. Papaku itu seorang pengusaha, sedangkan mamaku dulunya adalah seorang desainer. Namun kini mamaku hanya menjadi ibu rumah tangga biasa. Aku tau alasan mamaku berhenti bekerja itu karena masalahku dengan Zion, mama fokus menemaniku disaat pemulihan dulu. Tapi untung saja saat ini mama mulai menggeluti bidang kesukaannya itu lagi, walau hanya sesekali. Keluarga kami ini hidup dengan sederhana, keluarga yang nyaman dan hangat.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Aku menatap pintu itu sendu tanpa beranjak dari kasur. Untuk saat ini aku sudah tenang kembali tak memikirkan tentang Zion, setelah beristirahat sebentar beberapa saat yang lalu.
"Zea boleh mama masuk?" tanya mama dari luar pintu.
"Masuk aja ma, gak Zea kunci kok" jawabku. Aku menatap kembali layar ponselku berharap ada pesan masuk dari Alvin.
"Ze, lihat nih Alvin datang" ucap Mama membuatku mendongak menatap laki laki yang ada dibalik mama dengan senyumnya itu.
"Hai Ze!" panggilnya, aku menatap pria itu terharu, air mataku mulai berlinang. Kupikir dia telah meninggalkan diriku. Tapi aku salah, kini dia didepanku. Alvin yang melihat aku meneteskan air mata menghampiri, menangkup kedua pipiku serta menghapus air mata yang jatuh dari kedua kelopak mataku. Aku yang diperlukan hal itu makin mengeraskan Isak tangis ku.
"Hwaaaa, lo kok gak bales chat gue Al hiks hiks. Gue pikir lo mau ngejauhin gue, Hwaaa Lo jahat banget hiks hiks" tangisku makin pecah, diriku tak memperdulikan penampilan kacauku saat ini. Bahkan aku tak memperdulikan mama yang kini sedang asik menonton drama live yang anaknya ini buat.
"Mana mungkin gue ngejauhin lo, udah jangan nangis lagi ya! Lihat tuh muka lo, mata bengkak, hidung keluar ingus, jelek banget." ejek Alvin mencubit hidungku.
"Hik hik,, enak aja ngatain gue jelek hik, ngaca dulu sono" ucapku tak terima sesekali terisak, enak aja cewek secantik gue dikatain jelek.
"Ekhem, ssik banget sampe lupa ada Mama disini..." ucap Mama membuatku malu.
"Yaudah Mama tinggal dulu, kalian berdua jangan macem macem loh ya" lanjut Mama memperingati kami.
'Sial mama dari tadi ngelihatin gue dong' batinku
"Iya Tante, makasih banyak" ucap Alvin, mama keluar dari kamarku dan kini tinggal aku dan Alvin.
Alvin berdiri, aku menahan lengannya, "Mau kemana?" tanyaku menatap Alvin.
"Mau kesitu, ambil tisu. buat ngusap ingus Lo tuh" tunjuk Alvin kearah meja rias, aku melepaskan cekalan tanganku setelah mengetahui tujuannya.
Kami kini saling berhadapan, tangan Alvin terulur sambil membawa lembar tisu yang tadi dia ambil. Aku menahan tangannya, malu rasanya jika Alvin yang melakukannya.
"Biar aku sendiri!" pintaku.
"Diem!" Desis Alvin, seketika aku terdiam membiarkan Alvin mengelap ingusku, tanpa rasa jijik sedikit pun.
"Udah?" tanyaku yang melihatnya menyudahi kegiatan mengelap ingus.
"Hm" Alvin meletakan tisu bekas itu dinakas.
"Buang disitu Al" tunjukku kepada tong sampah kecil disamping meja rias.
Aku mengambil hp yang dari tadi ku letakan di sampingku, disana terdapat chat grub duo sahabatku itu yang menanyakan soal kencanku dengan Alvin. Kencan dari mana coba? Orang kencan kami tertunda karena aku yang tak mau beranjak dari kasur sedari tadi.
Aku masih sibuk membalas chatingan kedua sahabatku itu, "Udah makan?" tanya Alvin, aku menatapnya sekilas lalu menggeleng dan kembali asik dengan duo sahabatku di grup chat.
Gini nih kalok gak ada nyariin, sekarang orangnya ada didepan didiemin. Malah asik sendiri sama handphone.
"Gue ambilin ya?" tanya Alvin lagi, aku kembali menggeleng masih asik dengan handphone. kini aku menscrool akun media sosialku.
"ZE,, ZEA,, kalok lagi ada gue jangan main hp. Sini gue sita hp lo" tekan Alvin merebut handphoneku.
"Eh eh bentar doang kok Al, kembaliin handphone ku ya." pintaku menautkan kedua tangan, saat Alvin menyimpan handphone ku disakunya.
"Gak, fokus aja ke gue." ucapnya membuatku mengerucutkan bibir kesal. Alvin mencubit hidungku gemas.
Kami saling diam tak berbicara. Aku masih kesal saat Alvin merebut handphoneku, padahal lagi asik.
"Udah jangan marah, beli es cream mau?" tanyanya membuatku mengangguk cepat, siapa sih didunia ini kalok ditawari es cream saat lagi gak mood gini bisa nolak.
"Siap siap dulu gih, cuci muka." suruh Alvin, aku terdiam sedikit ragu untuk keluar rumah lagi. Aku takut akan bertemu Zion kembali.
"Tenang aja, gue bakal lindungi lo." Alvin mengusap rambutku meyakinkanku. Aku mengangguk dan berharap nanti tidak ada masalah yang terjadi.
"Lo keluar dulu sana, gue mau ganti baju." pintaku pada Alvin.
Alvin tersenyum yang menurutku aneh, "Mau gue bantuin?" ucapnya membuatku membelak.
"Mesum!! Keluar lo sana hus hus!!" usir ku pada Alvin mendorongnya keluar kamar, lalu mengunci pintu kamar. Dan terdengar gelak tawa dari balik pintu.
"Huft, ngeselin" dengusku menuju kamar mandi. Just informasi buat kalian semua, sedari tadi pagi aku sebenarnya belum mandi. saat Alvin mengajakku olahraga aku hanya mencuci muka dan menggosok gigi, Seorang Zea tidak ada kata jelek dalam hidupnya walau belum mandi sekalipun.
Aku kini sudah siap dengan pakaianku. menuruni anak tangga menuju tempat Alvin berada. Aku tak menyangka bahwa diriku bisa setegar ini, aku berpikir diriku akan larut kembali dalam kesedihan setelah bertemu Zion. Bersama Alvin didekatku membuat rasa takutku hilang, padahal aku sendiri tidak yakin bahwa Alvin dapat melindungiku.
Diruang tengah aku melihat Mama dan Alvin disana yang saling bercakap cakap.
"Ma, Al" sapaku, keduanya menoleh dan tersenyum.
"Bang Arka sama papa mana Ma?" tanyaku tak melihat dua pria dikeluargaku itu.
"Abang lagi keluar. Kalok papa diruang kerja tuh, libur libur gini masih pacaran sama dokumen" ucap Mama membuatku dan Alvin tertawa.
"Tan, kami pamit dulu. Alvin mau ngajak Zea pergi" pamit Alvin menyalami Mama.
"Kalok gitu Hati hati ya, kalok ketemu cowok gila itu lagi. Menghindar saja" tutur mama terlihat sedikit khawatir.
"Alvin bakal jagain Zea, Tante tenang aja. Kalok gitu kami pergi dulu Tan" Aku dan Alvin berpamitan, kami pergi keluar rumah.
Kini kami berada disebuah kedai es cream. Apakah ini termasuk pengganti kencan? Aku menikmati es cream yang dibelikan Alvin. Padahal aku selalu menolak yang diberikan Alvin, tapi suara tegas Alvin membungkam ku.
"Enak?" tanya Alvin melihatku makan, aku mengangguk.
"Kamu gak pesen juga Al?" tanyaku saat melihat Alvin hanya menatapku. Kedai yang kami datangi ini hanya menjual berbagai macam es cream saja.
"Aku gak suka yang manis, lihat kamu makan aku udah seneng" ucap Alvin sambil menggodaku. Aku tak merasa tergoda, bahkan kini pikiranku kemana mana.
'Apa jangan jangan dia gak ada uang ya gara gara bayarin es creamku' batinku merasa bersalah. Kalaupun aku mengembalikan uangnya, dia pasti menolaknya dengan tegas.
"Nih Al, makan berdua" ucapku menyuapi Alvin es cream. Alvin menggeleng, tapi aku tetep kukuh menyodorkannya kebibir Alvin.
"Makan!" Dia menghela nafas dan membuka mulutnya melahap es cream disendok, melihat itu membuatku tersenyum.
Aksi suap suapan kami berakhir. Aku bersyukur tidak menjumpai Zion kali ini. Aku juga bersyukur karena dapat mengenal dan berjalan berdua dengan Alvin. Kini Alvin mengantarku sampai rumah dengan selamat. Setelah itu dia berpamitan pulang karena dia bilang dia ada acara mendadak.
...****************...
Malam hari adalah suasana yang mencengkeram. Alvin kembali kebasecamp Aodra pada malam harinya untuk mengecek keadaan anak buahnya itu. Dia duduk di kursi khususnya.
"Gimana?" tanya Alvin menatap tajam kearah anak buahnya itu, Alvin kini sudah agak tenang tak sekalap tadi pagi.
"Beberapa sudah kami bereskan, tapi__"
Geo menjeda ucapnya, menarik nafas untuk kembali bersuara. Dia menatap ragu apakah dia harus bilang tentang masalah ini ke Alvin. Geo menatap kearah yang lain agar ikut berbicara.
"Kenapa diam?" bentak Alvin melihat Geo tak lagi bersuara. semuanya menunduk takut.
"Kami berhasil membereskan beberapa anggota geng yang berhubungan dengan Zion, karena mereka terpencar jadi butuh waktu dan mereka akan menyerang tempat ini nanti tengah malam" kini Kenan berbicara.
"Lalu apa masalahnya? bukannya lebih mudah jika dibereskan sekaligus" geram Alvin kembali bertanya.
"Itu emang bagus, tapi kami dapat info kalok geng mereka juga pernah berhubungan dengan Joe, lo pasti tau kan gengnya Joe ini setara dengan kita. Kami cukup kesulitan tanpa lo jika harus membereskan mereka juga dan mungkin akan ada korban jika kita melawan Joe" timpal Satya ikut berbicara.
"Dan Lo tau sendiri king, kalok Joe itu hanya anjing seseorang yang gak kita tahu siapa tuannya. Bahkan dengan backing kami sendiri kami gak bisa mengetahuinya. Kita juga pernah menyuap anggota geng Joe lainnya untuk membocorkan informasi tuannya, tapi seperti yang mereka bilang 'hanya Joe sendiri yang tau wajah tuannya dan siapa tuannya' dan setelah membeberkan itu. Lo tau seberapa gilanya Joe itu, bahkan dia gak segan segan membunuh orang orangnya sendiri yang kita suap" tutur Julian panjang lebar supaya Alvin mengerti.
Itu memang benar, bahwa banyak orang yang menyelidiki mengenai sosok tuan yang sangat dihormati oleh Joe. Namun hasil semua orang sangat nihil. Alvin sendiri sebenarnya sudah tau siapa orang dibalik Joe. Karena orang itu sangat sangat dekat dengannya.
Joe Richard dari alegiance. Sama seperti gengnya, alegiance yang saat ini dipimpin oleh Joe setara dengannya. Joe adalah seorang pria yang seumuran dengan dirinya itu mengabdikan diri kepada seorang pria yang tidak dapat mereka ketahui, terkecuali Alvin yang sudah tau siapa orangnya.
Joe mengabdikan dirinya lantaran pria yang menjadi tuannya itu pernah menolongnya dan membuat dia menjadi seperti sekarang. Kesetiaan Joe pada tuannya itu tak tergantikan. Joe sekarang ini menggeluti bisnis dunia bawah, dia mempunyai Club, hotel, dan Joe juga memiliki perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan minuman beralkohol seperti Wine, Bir, dan lain sebagainya. Hal itu dia dapat dari merampas usaha Alkohol milik seseorang pria yang pernah menyiksanya dulu. Dan tuan dari Joe itulah yang membantunya membalas dendam, bahkan mengajarkannya berbagai hal kepadanya. Dari sanalah kesetian mutlak milik Joe muncul.
Alvin hanya menatap datar kearah mereka. Dirinya bersikap seakan akan dia sedang menimang nimang apa yang akan dia perbuat.
"Okey, ntar tengah malam kita habisi orang yang berhubungan dengan Zion tapi hindari konflik dengan geng Joe" ucap Alvin menatap anak buahnya itu.
Malam nanti akan menjadi suatu titik balik baginya...
TBC
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Happy reading 。◕‿◕。♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
A Creapa
alur cerita yg belibet akan tertolong dengan gaya bahasa yg teratur
2022-05-06
1