Sedari tadi aku hanya diam memikirkan tentang Zion yang tiba tiba datang kehadapan ku. Aku pikir rasa traumaku kepadanya sudah hilang nyatanya hal itu masih ada. Alvin mengantarku kerumah. Aku sedari tadi linglung termenung akan yang terjadi hari ini.
Alvin menyentuh tanganku, aku mengedarkan pandangan. Kami sudah berada di dalam rumah dengan Alvin mendudukanku di sofa. Sedari tadi aku tidak sadar akan apa yang aku lakukan dan hanya menuruti arahan Alvin.
Kami saling bertatapan, aku menatap matanya dari balik kaca mata bulatnya itu. Melihat matanya itu membuat air mata yang sedari tadi aku tahan jatuh. Aku gak baik baik saja. Aku takut, aku cemas, aku ingin rasanya menghilang dari muka bumi ini. Tapi aku tak bisa, aku masih memiliki orang orang yang menyayangiku. Alvin mengusap air mataku lembut. Dia marah, terbukti dari raut mukanya yang mengeras. Tapi amarahnya itu bukan kepadaku, dia masih bersikap lembut kepadaku dan sepertinya marahnya itu ditujukan kepada Zion.
"Zea" panggil Alvin, aku tidak menjawab. Untuk saat ini aku tidak ingin mengatakan apapun dan sepertinya Alvin mengerti akan hal ini.
Suara langkah kaki dari arah tangga mendekat ke arah kami dan sepertinya itu bang Arka karna kamarku dan bang Arka itu ada dilantai dua.
"Ze, Zea kenapa? Lo apain adek gue hah?" teriak bang Arka duduk di sampingku, menarikku yang berderai air mata kedalam pelukannya. khawatir.
"Ze, lo kenapa dek? Lo diapain sama si brengsek ini" tanya kembali bang Arka, aku menggeleng bukan Alvin yang membuatku begini. Berharap bang Arka mengerti. Mama dan papa yang sedari tadi dikamar keluar mendengar teriakkan bang Arka.
Alvin menarik kembali diriku yang ada didalam pelukan bang Arka. Aku hanya pasrah, tak peduli siapa yang memberiku ketenangan. Jika saja aku dalam keadaan baik baik saja ditarik tarik begini mungkin aku akan memaki mereka berdua. Alvin mendekap ku memelukku mencoba menenangkan dan memberi bisikan halus bahwa 'semuanya baik baik saja'.
"Zea sayang kamu kenapa?" tanya mama khawatir mendekat ke arahku, mencoba melihat keadaanku yang masih didekapan Alvin.
"Ada apa ini?" tanya papa kepada Alvin dengan tajam.
"Zea mau ke kamar hiks" pintaku masih sesenggukan, Alvin seakan tahu dengan kondisiku mengangguk. Yang aku butuhkan sekarang adalah ketenangan.
"Saya bakal jelasin nanti, saya ijin bawa Zea kekamar dulu" ucap Alvin kepada ketiga orang yang sedari tadi meminta penjelasan.
"Ayo Mama antar" ajak Mama Tia.
Alvin menuntunku berdiri, ketika aku berdiri kakiku lemas dan hampir saja terjatuh. untung Alvin menahanku. Melihat itu Alvin lantas menggendongku ala bridal style. sebenarnya diriku malu tapi rasa malu itu terkalahkan oleh rasa takutku.
Mama membuka pintu kamar yang terdapat gantungan bertuliskan 'Zea room'. Alvin menggendongku masuk kedalam kamar, membaringkanku dikasur dan menyelimuti ku.
"Istirahat Ze,,,gue mau kebawah dulu!" ucapnya. Alvin ingin pergi, namun aku menahan tangannya. Dirinya kembali menatapku.
"Soal kencannya bagaimana?" tanyaku padanya, dirinya terkekeh. Ah sepertinya aku salah ngomong, kan kami hanya ingin jalan bukan kencan. Aku meruntuki kebodohanku yang salah berbicara.
"Udah lemes gini masih juga mikiran kencan!! Lo istirahat aja dulu, soal kencan bisa kapanpun" katanya sambil mengusap rambutku, sepertinya Alvin sudah terbiasa membelai rambutku ini.
"Aku kebawah dulu ya?" pintanya, aku mengangguk menatap kepergian Alvin keluar dari kamar. Aku memejamkan mata berusaha melupakan kejadian tadi, berusaha menyingkirkan Zion dari otak ku, berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa aku baik baik saja.
...****************...
Author POV
Alvin keluar dari kamar Zea terdapat Mama Tia disana. Keduanya turun menuju ruang dimana Papa dan Abang Zea yang sedari tadi menunggu meminta penjelasan. Alvin mendekati mereka lalu duduk di sofa menatap ketiganya.
"Kenapa adek gue bisa gitu?" tanya bang Arka tak sabaran. Sama seperti orang tua Zea yang menatap Alvin ingin segera minta penjelasan.
"Ditaman tadi kami ketemu cowok, namanya Zion, Di__"
"Apa? Kalian ketemu Zion" potong Bang Arka terlihat kaget dengan pernyataan Alvin begitu juga kedua orang tua Zea.
"Pah.." keluh Mama Tia memegang lengan suaminya. Papa Hendra mencoba menenangkan.
"It's okay Ma"
"Yap, Zion yang buat Zea kayak gitu. Kalok saya boleh tau ada hubungan apa Zea sama Zion, sampai membuat Zea seperti itu?" tanya Alvin melanjutkan perkataannya, Dia bisa saja menyelidiki sendiri. Tapi untuk sekarang dia mencoba bertanya, dirinya ingin tahu segala hal tentang Zea. Walaupun dia sudah memiliki gambaran kasar mengenai keadaan sekarang ini, tapi dirinya ingin informasi yang lebih detail.
"Kami tahu apa yang terjadi sekarang! tapi untuk masalah Zea, kami masih ragu untuk menceritakan kepadamu nak Alvin. Kami takut kamu juga menanggung akibatnya. Saya harap kamu menjauhi Zea mulai sekarang, saya bukan melarang hubungan diantara kalian berdua. Saya berkata seperti ini karena takut kamu dalam bahaya karena Zea, masalah ini tidak segampang yang kamu bayangkan. Untuk Zea dan Zion kami juga akan berusaha melindungi Zea, dari anak gila yang membuat putri kami menderita" ucap Papa Hendra menahan emosi memberi penjelasan.
"Om tak perlu khawatir soal saya, dari awal Bang Arka sudah bilang pada saya dan saya siap menanggung resiko. Saya mau kalian menceritakan detail dari masalah yang Zea hadapi" kata tegas Alvin menatap ketiganya.
"Huft, kalok begitu kamu tanyakan pada Arka saja. Saya ingin melihat kondisi Zea dulu" ucap Papa Hendra, Alvin menatap Papa Hendra dan Mama Tia pergi keatas menuju tempat Zea berada.
"Hah, kita pergi ke kafe terdekat aja. Gak enak bicara disini" ucap bang Arka.
"Oke"
...****************...
Di sebuah cafe..
Keduanya duduk berhadapan setelah memesan minuman. Mereka duduk disudut ruangan menginginkan ketenangan.
"Huft, gue sendiri juga gak tau pasti gimana kejadiannya karena Zea gak mau cerita sampe sekarang_"
"Lo ceritain aja apa yang lo tau bang" potong Alvin.
"Oke gue ceritain" ucap bang Arka, menjeda ucapnya sebelum berbicara.
" Zea sama Zion, yang gue tau mereka dekat waktu SMP selama 2 tahun. Zion yang kerap mengejar ngejar Zea, hampir membuat Zea luluh oleh ajakan pacaran darinya. Zea yang waktu itu ingin menerima Zion tak sengaja mengetahui bahwa Zion itu seorang anggota geng, awalnya Zea fair aja sama Zion dan masih menimang nimang ajakan pacaran Zion. Dia pikir Zion hanya sekedar mencari jati dirinya, dia nantinya akan berhenti sendiri. Dengan adanya dirinya Zea percaya dia akan membuat Zion keluar dari dunia gelap itu. Tapi sifat Zion gak berubah, bahkan makin terjerumus kedalam dunia gelap itu..." Jeda Bang Arka, Alvin sedari tadi geram akan cerita Bang Arka ketika mengetahui bahwa Zion dan Zea sempat dekat.
"... Lo pasti berpikir gimana gue tau soal kedekatan mereka? Zea yang waktu itu adalah gadis yang sangat sangat ceria, bahkan Zea itu adalah anak yang selalu bercerita tentang kehidupannya pada gue, mama, maupun papa... oke gue lanjut kecerita,, Sampai suatu ketika Zea tidak tahan dengan kelakuan Zion yang suka balapan liar, tawuran, bahkan minum minuman beralkohol. Zea sudah tidak menanggapi pernyataan cinta dari Zion, tapi dia memilih bertahan dengan status sahabat menemanin Zion untuk berubah. Yah Lo tau pria bajingan seperti dia itu tak akan berubah. Sampai dipuncaknya Zea mengetahui Zion mulai sering gonta ganti cewek, yah loh pasti paham akan satu ini, bajingan itu menyewa perempuan perempuan ****** dan memakainya. Zea bahkan pernah memergoki Zion mengkonsumsi narkoba. Hal itu membuat Zea menyerah dan memilih menjauhinya serta tak ingin terlibat dengan Zion lagi" lanjutnya bercerita.
"Zion yang tak terima Zea menjauhinya mulai menggila dan giat mendekati Zea. Dan suatu ketika Zea sempat dinyatakan hilang, Zea menghilang selama 3 hari. Kami juga sudah lapor kepolisi atas menghilangnya Zea waktu itu, dan polisi juga membantu mencari Zea. Kami semua panik dan asal Lo tau bajingan itu dia juga berpura pura panik ketika mengetahui Zea menghilang. Sial!" umpat bang Arka geram ketika mengingat kejadian itu.
"Gue yang waktu itu menjadi pendengar Zea ketika bercerita tentang Zion mulai mencurigai Zion. Gue ngikutin itu cowok dari pagi sampai malam selama 2 hari. Gue gak peduli sama sekolah gue, fokus gue adalah menemukan Zea karna gue gak percaya sama polisi. Gue ngikutin itu cowok mulai dari dia keluar rumah, dia kesekolah, dia ketempat tongkrongannya. Sampai suatu titik gue ngikutin Zion ke sebuah tempat yang letaknya agak sedikit jauh dari kota, ditempat itu banyak pohon pohon besar. Gue lupa pohon apa itu karna gak terlalu perhatiin waktu itu. Gue ngikutin Zion yang berhenti di sebuah rumah kecil, gue ngikutin Zion masuk kedalam. Dan lo tau apa yang gue temuin, Yap gue nemuin Zea yang dikurung disana"
Brakk..
"Sialan, bajingan brengsek. Gue bakal habisin itu bajingan" teriak Alvin marah menggebrak meja, lalu berdiri. sontak membuat bang Arka dan beberapa pengunjung disana tersentak kaget. Alvin yang mencoba pergi dari tempat itu ditahan Bang Arka, sekali kali menundukkan kepala kepada pengunjung yang ada disana meminta maaf akan keributan yang Alvin buat.
"Lo mau kemana? Lo tenang dulu aelah, gue belum selesai cerita" ucap Bang Arka mencoba menenangkan Alvin mencoba membuat laki laki itu duduk ditempatnya semula.
"Gimana gue bisa tenang coba, gue bakal bener habisin itu bajingan" ucapnya sambil mengepalkan tangan, darahnya mendidih sedari tadi. Bahkan kini sisi gelap yang selama ini dia tahan memberontak ingin mengambil alih.
"Lo tenang dulu gue lanjutin cerita gue.." ucapnya membuat Alvin tenang, dirinya masih membutuhkan informasi dari bang Arka.
"Lanjutin" titah Alvin mencoba fokus kepada bang Arka.
"Hah, oke gue lanjutin. Gue yang melihat Zea disekap dirumah kecil itu langsung menghajar Zion habis habisan membuat pria itu terkapar. Gue nyelamatin Zea yang ada disana dengan kondisi kacau, Zea diikat disebuah ruangan gelap disana. gue gak tau apa yang Zion lakuin ke Zea sampai membuatnya sekacau itu. Hanya Zea yang tau dan sampai sekarang dia gak mau cerita sama siapapun. Lalu gue nelpon orang rumah tentang keadaan Zea dan waktu itu gue juga nelpon polisi untuk mengurus sibajingan itu. Zea bahkan sempat mengalami depresi saat itu dan dilarikan ke psikiater sampai akhirnya Zea kembali normal. Yang paling buat gue geram, Zion sempat dipenjara waktu itu, tapi hanya sebentar dan dengan kekuasaan orang tua bajingan itu membuat Zion bebas. Lalu Zion pindah keluar kota untuk sementara. Sekarang dia kembali lagi kesini dan dia berhasil membuat Zea kacau lagi. Bajingan sialan" runtuk Bang Arka melanjutkan cerita.
"Sudah selesai?" tanya Alvin memastikan. Bang Arka mengangguk meminum minumannya meredakan rasa kering di tenggorokan sehabis bercerita.
"Gue harap lo gak terlalu gegabah dalam menanggapi masalah ini, lo pasti dapat bayangin kekuasaan orang tua Zion karena dapat mengeluarkan Zion dalam masalah ini. Gue juga harap lo pikiran gimana kelanjutan hubungan lo sama Zea setelah mengetahui cerita ini" ucap bang Arka memberi pengertian.
"Oke thanks, gue tau apa yang harus gue lakuin. Dan soal hubungan gue sama Zea, gue gak akan pernah ngelepasin Zea sampai kapanpun. Kalok gitu gue pergi dulu Bang" pamit Alvin menuju keluar kafe, Bang Arka hanya melihat kepergian Alvin dengan senyum dia berharap Alvin orang yang tepat untuk adiknya tercinta itu. Dia juga berharap Alvin dapat melindungi Zea.
TBC
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Happy reading 。◕‿◕。 ♡♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments