Alvin dan sisi gelapnya........
Sudah aku rombak ceritanya, semoga saja gak ada masalah lagi(。ŏ﹏ŏ)
...****************...
Alvin duduk santai disebuah kursi sambil menunggu kedatangan Zion dan gengnya itu. Dirinya tersenyum membayangkan apa yang akan dia lakukan pada pria itu. Disisi lain anak buah dan teman temannya itu sibuk mempersiapkan berbagai alat untuk digunakan dalam menghancurkan orang-orang disekitar Zion.
Zion datang ke basecamp Aodra ditemani oleh Joe sang pemimpin alegiance. Alvin menatap kedatangan mereka dengan datar.
"KING, kami kesini mau nuntun apa yang kalian lakukan pada rekan rekan kami" tekan Zion menatap kearah Alvin yang masih asik duduk di kursinya. Tatapan Alvin beralih kepada Joe.
"Joe dari alegiance, gue ngasih lo kesempatan buat gak ikut campur masalah ini" Alvin menatap pria yang kini juga sedang menatapnya.
"Gue kesini emang gak mau ikut campur, gue hanya ikut memeriahkan pertempuran kedua geng"
"Tapi tuan Joe!! bukannya anda ikut kesini untuk membantu kami" ucap Zion menatap pria disampingnya kaget. Melihat wajah kaget Zion membuat Alvin tertawa keras dibarengi suara tawa anggota gengnya yang lain. Dan itu membuat anggota Zion gelisah.
"Gue cuma bilang ikut, bukan bantuin kalian." sinis Joe kepada Zion. Zion mengepalkan tangannya merasa sudah ditipu oleh Joe.
"Hey hey, kalian jangan asik bicara berdua diwilayah gue. Let's start the battle Zion" ucap Alvin dengan seringai.
Alvin ingin mengintrupsi anak buahnya untuk melakukan penyerangan, namun ucapan Zion menghentikannya, "Tunggu king! tahan, sebelum itu lo harus ngasih gue alasan, kenapa lo mau ngehancurin kami?" tahan Zion mencoba melemahkan pengawasan Alvin.
"Bhahahahaha, lo tanya kenapa gue ngelakuin ini_" tawa Alvin, kini dia mengambil pisau disakunya sambil memutar mutar pisau lipat ditangannya.
"Itu karena lo menyentuh apa yang menjadi milik gue bang*sat, gue gak bakal bikin hidup lo tenang" bentak Alvin menatap tajam Zion, tatapan yang bagai elang itu serasa menusuk jantung Zion.
"Kalok ini masalah lo sama gue, kenapa lo libatin anggota geng gue?" tanya Zion.
"Sepertinya lo terlalu banyak bicara, lo udah buat gue marah dan gue mau lo dan orang orang disekitar lo hancur" tekan Alvin, memberi aba aba pada teman temannya untuk memulai.
Suasana riuh seketika, banyak anak buat Zion yang mulai tumbang. Anak buah Alvin menendang, memukul, menusuk, bahkan mematakan tangan dan kaki anggota geng Zion. Zion yang merasa dirinya pasti kalah, mencoba melarikan diri ditengah tengah keributan. Dia mencoba menghindar dari pandangan anak buah Alvin. Alvin yang melihat Zion mencoba melarikan diri, membiarkan dan mengikuti dari belakang. Dia akan bermain main dengan orang yang membuat gadisnya bersedih itu.
Alvin kini mengikuti Zion yang keluar dari basecamp dengan santai. Sampailah disebuah gang kecil, dia menggenggam pisau lipat yang sedari tadi dia pegang dan mengarahkan kearah Zion. Dia melempar pisau itu dan kini pisau kecil itu menancap dipunggung Zion membuat pria itu berteriak kesakitan. Darah mengalir dari balik punggung Zion.
"Arghh" Zion menoleh menatap Alvin yang kini tersenyum menatapnya.
"Sialan!" umpat Zion menyambut pisau dipunggungnya dan menggunakan pisau itu untuk menyerang Alvin. Alvin dengan mudah menangkis serangan Zion. Memelintir tangan Zion erat, membuat pisau digenggam terjatuh. Satu tangannya yang menganggur dia gunakan untuk mencengkeram dagu Zion membuat pria itu menggeram. Alvin membanting tubuh itu ketanah, membuat punggung Zion yang terluka bertemu aspal tanah.
"Arghhh king, ampuni aku..." teriakan Zion terdengar menyenangkan baginya. Melihat Zion kesakitan membuatnya tak sadar akan sekitar, sampai 5 orang berbadan besar datang.
Pria pria itu mencoba menyerang Alvin, namun Alvin mengelak karena dapat merasakan aura membunuh dibelakangnya. Sedangkan satu orang lainnya, membantu Zion.
"Kalian habisi pria itu,, buat dia mampus!!" ucap Zion beringas, dengan langkah tertatih dia meninggalkan tempat itu membiarkan Alvin melawan keempat orang berbadan besar yang merupakan bodyguard Zion.
"Bhahahaha pengecut melarikan diri" ucap Alvin melihat kepergian Zion.
Dia menatap kearah Keempat orang berbadan besar itu. Orang orang itu langsung menyerangnya dengan mudah dia menangkis, memukul, menendang orang orang itu. Alvin mematahkan kaki dan tangan orang orang itu. Sampai seseorang dari belakang mencoba berdiri, dia mengambil pisau lipat yang tadi terjatuh. Pria itu menghunuskan pisau itu, Alvin yang merasakan itu menghindar. Namun pisau itu berhasil menggores lengannya dan Alvin menghajar habis habisan orang yang berhasil melukainya itu.
Melihat lengannya terluka dia menggeram marah, sampai tidak sadar sisi liarnya kini mulai merasuki dirinya. Emosinya makin tidak terkontrol sedari tadi melihat Zion yang kini sudah pergi dan dia masih tertahan disini menghadapi orang orang tak berguna yang menjadi bodyguard Zion. Para pria itu terkapar naas. Alvin mengambil pisau yang sempat melukainya tadi dan menghunuskan ya kejantung bodyguard yang tadi menggores dan merobek robek dada pria itu. Membuat pria itu tewas seketika. Alvin benar benar tidak suka ada orang yang melukai dirinya sekecil apapun.
Mata Alvin mulai menggelap, mata yang memiliki keterangan kini berubah menjadi hitam pekat sehabis dia membunuh seseorang. Tatapannya tajam, bahkan diwajahnya yang terciprat darah tak ada raut belas kasih sama sekali. Pria yang tadi berdiri memperhatikan laki laki yang sibuk menghajar bahkan membunuh bodyguard Zion kini mulai mendekat.
"Tuan Alvin" panggil pria itu yang tak lain adalah Joe. Joe Richard yang kini mengurus alegiance, anjing dari seseorang yang tidak diketahui siapa tuannya.
Alvin adalah tuan dari Joe. Berbeda ketika Alvin membentuk Aodra dengan rasa kekeluargaan dengan para sahabatnya. Dirinya juga membentuk geng lain secara sembunyi sembunyi yang dia beri nama Alegiance untuk menjadi mata keduanya. Alegiance merupakan singkatan dari Alvin Allegiance yang artinya kesetiaan/kepatuhan kepada pemimpin mereka yaitu Alvin.
Pria yang dari tadi berdiri itu kini menoleh, menatap Joe. Pria itu tersenyum menyeringai, senyum itu sangat indah tapi orang yang melihatnya akan bergidik ngeri melihat senyum itu.
"Anjingku yang setia mengikutiku ternyata" ucap Alvin mendekati kearah Joe, Joe yang melihat orang didepannya berlutut dan menundukan kepalanya.
"Maaf kan saya tidak bisa membantu anda Tuan" ucap Joe hormat. Sembari memberikan sapu tangan yang dia simpan disakunya kepada Alvin. Alvin mengambilnya untuk menghapus darah yang mengalir dilengannya.
"Tak masalah Joe, apakah brengsek itu melarikan diri?" tanya Alvin.
"Iya tuan, Apakah anda ingin saya mengejar dan membawanya kehadapan anda?" tanya Joe kini berdiri dibelakang Alvin.
"Tidak perlu, dia akan datang sendiri padaku nanti. Kamu bereskan kekacauan disini. Aku akan pergi" Alvin memberi perintah. Matanya kini masih menggelap, sisi gelap Alvin muncul kembali.
Joe adalah bawahan tersembunyi Alvin. Berbeda dengan Geo yang mengikutinya seakan dirinya adalah sekertaris atau tangan kanan dari Alvin. Joe bertugas sebagai pedang Alvin didunia bawah. Jika Geo itu tangan kanan Alvin. Maka Joe itu tangan kirinya. Geo adalah tangan kanannya yang bersih yang membantunya didunia yang terang. Dan Joe adalah tangan kirinya yang kotor yang membantunya didunia gelap.
Joe tidak menyangka bahwa kini tuannya yang sangat dia hormati kini bisa dibuat kalut oleh seseorang. Dan orang itu tak lain adalah seorang gadis.
Zea! nama gadis itu yang membuat dirinya tak menyangka bahwa Alvin akan terlena sampai membuat dirinya kehilangan kontrol. Saat dirinya tau bahwa gadis itu pernah dekat dengan laki laki lain seperti Zion. Hanya gadis itu membuat sisi gelap yang selama ini dia pendam muncul kembali. Sisi gelap Alvin yang seorang pembunuh, sisi gelap Alvin yang berhubungan dengan dunia bawah yang gelap. Bahkan ketika Alvin menyiksa seseorang tak ada bedanya dengan seorang psikopat. Dia membuat itu semua muncul kembali, bahkan Alvin yang sudah lama tidak membunuh kini membunuh kembali, hanya untuk Zea. Padahal dirinya sendiri tau bahwa Zea akan membencinya jika tau bahwa Alvin adalah sosok yang seperti ini. Orang yang sangat dibenci oleh Zea..
...****************...
Alvin berpenampilan nerd seperti biasa. Alvin kini bersiap untuk menjemput Zea. Sedari tadi Alvin berusaha untuk menahan dirinya. Dirinya tak ingin kehilangan kontrol. Selepas pembunuhan yang dia lakukan tadi malam, membuat jiwa kesenangannya melonjak. Hal ini bisa berbahaya bagi Zea jika dia tidak bisa mengontrolnya. Bisa bisa dirinya akan mengurung Zea, bahkan melukai gadis itu.
"Hei Al, maaf nunggu lama ya!" ucap Zea memperlihatkan senyum manisnya. Alvin tersenyum tipis menanggapi.
"Gak lama kok Ze, yuk buruan ntar telat" ucap Alvin membuat Zea bingung. Tak biasanya Alvin secuek ini padanya. Zea tak memperdulikannya, lalu menaiki motor matic milik Alvin. Zea memeluk Alvin dan menyenderkan kepalanya dipunggung pria itu, membuat pria itu tertegun.
'Sial, gue harus tahan. Jangan sampe gue ngerusak Zea' batin Alvin menahan hasratnya. Di peluk Zea saja bisa membuat hasratnya memuncak seperti ini. Alvin menghela nafas berusaha menenangkan dirinya.
"Kenapa Al?" tanya Zea melihat pria itu tak segera melajukan motornya.
"Nope, Aku jalan ya" jawab Alvin, kini dia mengendarai motor menuju kesekolah.
##
Sampai disekolah banyak orang yang menyapa Zea ramah seperti biasa. Kini mereka sudah tidak asing dengan kedua orang yang berjalan bersama itu.
"Zea baby" teriak Icha memanggil nama Zea. kedua orang itu menggeret Zea menuju bangkunya. Alvin yang melihat itu terdiam dan secara tidak sadar menghampiri Zea. Entah kenapa kini dirinya tidak bisa lepas dari gadis itu.
"Woy Alvin ngapain lo kesini, balik ke bangku lo Sono. Pakek ngintilin segala, gak puas kemaren Lo udah bawa Zea pergi. Padahal weekend itu waktunya kita seneng-seneng" sentak Icha melihat Alvin mendekati mereka menunjuk kearah bangku yang akan dia tempat.
Alvin melihat kearah bangkunya datar, tanpa pikir panjang dia duduk di bangkunya itu. Ketiganya menatap Sikap pria itu aneh.
"Kenapa sih tuh cowok? Kesambet ya? aneh banget" ucap Keyla menatap Alvin yang menurut dia aneh.
"Tau tuh, otaknya mampet kali gara gara efek mikirin Zea terus" sarkas Icha sambil bergurau.
"Eh temen lucnut, enak banget kalok ngatain orang, gak disaring dulu" ucap Zea kesal.
"Kalok ngatain orang disaring dulu itu gak enak Ze, sama kayak lo makan bubur tapi gak dikasih bumbu. Hambar, bhahahahaha" tawa Icha pecah akan kata katanya sendiri, Keyla yang mendengar ucapan Icha juga ikut tertawa. Zea mengerucut bibirnya, ngambek karena diledek kedua sahabatnya itu.
Alvin yang sedari tadi memperhatikan interaksi antara Zea dan kedua temannya tertegun akan sikap manis Zea yang terlihat dimatanya.
'Tahan Al, Lo harus bisa tahan diri Lo sendiri. Gue harus menjauh dari Zea, untuk beberapa saat!' batin Alvin, biasanya setelah dia membunuh dia akan selalu butuh pelampiasan. Namun karena ada Zea, dia tak mungkin melakukan itu lagi.
...----------------...
Zea POV
Aku merasa aneh dengan Alvin hari ini. Mulai dari sikapnya yang cuek sedari tadi. Bahkan kini seakan akan dia tidak peduli padaku. Mungkinkah ini hanya perasaanku saja.
Kami kini sedang berdua ditaman belakang yang merupakan tempat tongkrongan kami sekarang. Aku sudah mengajak kedua temanku untuk gabung disini, tapi mereka menolak karena takut berurusan dengan anak Aodra. Tapi jika aku ke kantin ikut bersama mereka, Alvin tak akan mau ikut pergi bersama. Aku merasa serba salah dengan situasiku saat ini.
"Al, lo ada masalah?" tanyaku menatapnya yang sedari tadi diam.
"Nggak" jawabnya singkat, sambil memainkan handphonenya. Aku menatapnya lekat.
"Ada apa?" tanyanya tanpa menoleh kepadaku.
"Lo aneh banget sih Al? Kayak bukan lo yang kayak biasanya" kini dia menoleh menatapku.
"Emang biasanya gue gimana? Gak usah mikir aneh aneh deh Ze" ucap Alvin sembari menatapku. Kini dia sibuk kembali dengan handphonenya. Aku menghela nafas menatapnya.
"Gue balik ke kelas deh Al" ucapku meninggalkan Alvin, aku menoleh menatapnya sekilas dan dia tidak ada reaksi untuk mencegahku. Aku menghentak hentakan kakiku kesal diabaikan.
"Dasar nerd, cupu, culun, mesum, ngeselin banget sih. Gue cuekin balik lo, huft" gerutu ku kesal, kini tujuanku adalah kantin menyusul kedua temanku itu.
Diperjalanan aku bertemu dengan Kak Rey, ketua OSIS di Immanuel School. Rey pernah menyatakan cinta kepadaku beberapa kali, namun ku tolak.
"Hai Ze, mau kemana?" tanya Kak Rey.
"Mau kekantin kak, Zea duluan, permisi!" pamitku. Kak Rey itu tak ada bedanya dengan Zion dulu. Sama seperti Zion, kak Rey ini juga mengejar ngejar aku walau sudah beberapa kali ku tolak.
"Tunggu Zea, gue mau ngomong sesuatu." tahannya mencekal lenganku, aku berusaha melepaskan cekalannya.
"Kak lepasin" pintaku, dia melepaskan cekalannya.
"Maaf Ze, sakit ya!" ucapnya berusaha memegang tanganku kembali, namun aku menghindarinya.
"Gak apa kok kak, kak Rey mau ngomong apa?" tanyaku agar urusanku dengannya segera selesai.
"Apa kamu dan murid baru nerd beneran jadian Ze?" tanya Kak Rey. Ah sepertinya cowok itu baru tau kabar mengenaiku dan Alvin.
"Bener kok kak" jawabku mantap. Dia mengusap wajahnya kasar, seakan jawabanku adalah sebuah tamparan baginya.
"Sial! Apa sih Ze kurangnya gue, kenapa Lo harus milih cowok gitu dibandingkan gue yang lebih dari dia." ucapnya meminta penjelasan.
"Sorry kak, gue gak suka cowok yang lebih seperti yang kak Rey maksud. Itu aja kan pertanyaan kak Rey, kalok gitu Zea permisi kak." pamitku meninggalkan pria itu, aku tak memperdulikan sumpah serapah yang dia ucapkan.
Moodku sekarang benar benar buruk. Aku terus melangkahkan kaki menuju kearah kantin dimana kedua temanku itu berada.
"Huft." aku menghela nafas duduk dibangku didepan Icha dan Keyla.
"Kenapa lo Ze? bukannya lo sama Alvin ya?" tanya Keyla menatapku.
"Tauk tuh, dateng dateng mukanya kecut banget kek ketek mang Udin" ejek Icha kepadaku membuatku sebal saja.
"Cih, punya temen kok gini amat" mereka berdua lantas cekikikan. Dosa apa coba gue punya temen kek gini.
"Udah udah Cha ntar mewek noh." Keyla menghentikan tawanya menengahi.
"Lo kenapa Ze ada masalah, cerita aja!" ucap mereka membuatku tersenyum. Gini nih labil, tadi bilang punya temen kok gini amat. Sekarang malah senyam senyum.
"Kesel banget gue hari ini, Alvin dari tadi cuek mulu_"
"Ha? Itu nerd nyuekin Lo? wah bener bener tuh orang" potong Icha tak terima.
"Hooh, terus yang lebih kesel lagi gue ketemu sama Kak Rey." ucapku melanjutkan.
'Walau masih lebih kesel dicuekin sama Alvin sih,' lanjutku dalam hati.
"Wah tuh Ketos masih ngejar ngejar lo aja, gak capek apa ditolak terus" kata Keyla, aku mengangguk angguk mendengarkan.
"Parah sih, dari awal masuk sampe sekarang masih aja gak nyerah nyerah. Ganteng sih, cuma lo gak suka anak geng kan ya. Lo juga gak suka cogan. Kalok gue sih udah gue terima" ucap Icha. Gak pernah bener kalok urusan cowok.
'Tak' Keyla menjitak kepala Icha membuatnya mengaduh, "Aduh kok Lo jitak gue sih Key." kesal Icha mengusap usap kepalanya sambil mengerucut bibirnya.
"Lo pesen sono Ze, baksonya Mang Ujang mantep loh. Dan mumpung lagi gratisan, makin mantep deh." Ucap Keyla mengangkat jempolnya.
"Bener tuh, muantep bener" Icha ikut ikut mengangkat jempolnya.
"Emangnya ada rangka apa kok gratis?" aku menatap heran.
"Gak tau gue, ini anak Aodra yang traktir" aku hanya mengangguk angguk. Lalu berjalan menuju tempat mang Ujang penjual bakso disana.
Aku kembali duduk sambil membawa bakso yang baru ku pesan dengan segelas jus stroberi. Kalok ada gratisan gak boleh disia siakan.
Aku memakannya hingga habis dan menyeruput jus stroberi kesukaanku. Kedua temanku kini juga sudah menghabiskan batagor yang mereka pesan saat aku makan tadi.
"Anak Aodra kok bisa sih nraktir nraktir terus kayak gini, waktu itu juga dicafe mereka nraktir kan. Emang mereka dapat uang dari mana coba?" tanyaku heran menatap keduanya.
"Setahu gue sih, pengeluaran Aodra itu ditanggung sama King. Fasilitas yang mereka dapat itu kebanyakan dari king, walau kebanyakan anak Aodra kaya semua." jawab Icha menjelaskan.
"Dan si king itu katanya punya perusahaan, tapi gue gak tau perusahaan apa" lanjut Keyla menjelaskan.
"Kok kalian berdua bisa update banget sih soal mereka?" Aku menatap mereka bingung.
"Ehm, gini nih Ze. Kami itu termasuk salah satu fansnya sih king. Kalok anak Aodra ada pesta besar besaran biasanya kita selalu ikut" ucap Icha membuatku terkejut.
"What? Kalian serius?" tanyaku tak percaya.
"Iya Ze, kami sengaja gak bilang ke lo, soalnya kami tau lo gak suka kan sama anak geng. Maaf Ze, kita gak bilang ke lo" Keyla melanjutkan.
"Maaf Ze" Icha ikut meminta maaf.
Soal ini aku harus memaklumi mereka, aku gak bisa melarang apa yang mereka suka. Aku bukan orang egois yang akan melarang karena ketidak sukaanku.
"Seminggu lagi mereka bakal ngadain pesta Ze, lo mau ikut gak" Ajak Icha kepadaku, Keyla menyenggol lengan Icha.
"Cha lo apaan sih?" sentak Keyla.
"Gini nih jangan salah paham dulu, dengerin dulu..." ucap Icha menjeda omongannya, aku dan Keyla mencoba mendengarkan apa yang akan dibicarakan olehnya.
"Gue tau lo trauma Ze, tapi lo gak bisa gini terus kan. Gimana kalok lo coba ikut kita, siapa tau dengan lo ikut kita. Bisa ngurangin rasa takut lo. Dulu Lo kan juga suka sama acara acara kek gini" Icha menjelaskan, Aku berfikir. Apa yang dikatakan Icha tak salah, aku harus berusaha membuang rasa takut ini.
"Tumben omongan lo bener Cha?" ucap Keyla menatap Icha takjub.
"Gue emang bener dari dulu njirr, lo aja yang baru nyadar" ucap Icha membuat aku dan Keyla tertawa.
"Oh ya Ze, Soal Alvin keknya lo gak bisa terus terusan selalu didekat dia deh" Keyla bersuara setelah menghentikan tangannya.
"Emang ada yang salah?" tanyaku sambil menaikan salah satu alisku. Entah kenapa perasaanku menjadi gelisah gini jika berjauhan dengan Alvin.
"Gue bukan bermaksud menjauhkan lo sama Alvin, tapi kayaknya Alvin harus bersosialisasi sama sekitar Ze. Dia gak bisa terus terusan hanya bergantung sama lo. Selalu duduk disudut kelas, saat yang lainnya kekantin dia malah ajak lo ketaman belakang" Keyla menjelaskan. Aku mendengarkan dengan seksama.
"Gue setuju Ze apa yang dikatain Keyla dan sepertinya lo mulai ketergantungan sama Alvin deh Ze" ucap Icha. Keyla dan Icha kini bertatapan berbicara lewat mata, lalu kemudian keduanya mengangguk. Aku menatap keduanya dengan wajah bingung, apa yang mendasari mereka berbicara seperti itu.
"Kami bicara seperti ini juga karena permintaan Bang Arka Ze."
"Bang Arka?" tanyaku.
"Iya, kemaren kita gak sengaja ketemu bang Arka dan bang Arka ngasih tau soal Lo yang ketemu Zion. Kami ingin jenguk tapi bang Arka melarang. Bang Arka juga bilang sama kita, agar tetap waspada sama Alvin. Kami gak tau apa maksudnya, kami cuma disuruh agar biar lo gak terlalu bergantung sama Alvin." Keyla menjelaskan, Aku berpikir apa yang sebenernya ingin bang Arka sampaikan. Selama ini aku melihat hubungan antara Alvin dan bang Arka baik baik saja.
"Oh ya Ze, lo jangan bilang ini ke bang Arka ya. Soalnya dia nyuruh kita sambil diem diem. Kita agak nggak enak sama lo, makanya kita ngomong soal ini sama lo" Ucap Keyla tak enak hati.
"Iya Ze, janji lo gak bakal bilang ini ke bang Arka juga ke Alvin" ucap Icha menggenggam tanganku.
"Oke gue janji" Jawabku, jika sudah seperti ini aku harus percaya kepada kedua sahabat baikku ini. Lagian soal permintaan mereka untuk menjauhi Alvin juga gak sepenuhnya salah, aku juga merasa kalok diriku terlalu bergantung padanya.
"Gimana Ze soal ide kami tentang Alvin dan Pesta?" Tanya Keyla memastikan.
"Gue setuju tentang Alvin, tapi kalok soal pesta gue pikir pikir kembali" ucapku keduanya mengangguk paham.
"Oke Ze, kami nunggu kabar dari lo"
##
Kini aku sedang dalam perjalanan pulang dengan Alvin yang mengantarku. Sedari tadi pikiranku masih memikirkan mengenai apa yang dikatakan keduanya. Memikirkan bagaimana aku harus mengatakan untuk menjauhi Alvin yang kini cuek padaku.
"Udah sampe Ze" ucap Alvin membuatku tersadar.
"Eh udah sampe ya? Makasih ya Al" ucapku sembari memberikan senyum manis ku. Dia juga tersenyum kepadaku.
"Sama sama"
"Aku masuk dulu ya Al kalok gitu" aku menunjuk kerumah, dia mengangguk. Aku meninggalkannya memasuki rumah.
Aku memasuki kamarku, merebahkan tubuhku dikasur. Pusing memikirkan semua hal yang terjadi.
TBC
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Happy Reading ♡♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments