Chapter 8

Kehadiran Cailing yang tiba-tiba membuat semua orang terkejut mereka sekarang tahun betapa berharganya Dain didalam hidupnya bahkan dia tidak segan membahayakan nyawanya untuk membuat Dain tetap aman!

Tindakannya sudah cukup membuat semua siswa tersentuh bahwa beberapa murid wanita mulai meneteskan air mata seakan-akan melihat adegan didalam novel. Dan yang lain mulai menatap Pria yang memegang pistol itu dengan marah! kalau saja dia tidak memegang senjata dan bukan dari keluarga Loix mereka sudah dari tadi menerjang dan mengeroyoknya dan menghajar dari tadi!

"Gadis kecil, cepat minggir jika kamu tidak ingin kepalamu berlubang?!"

Pria berkata dengan kejam di tidak tahu bahwa Cailing akan tiba-tiba muncul tadinya dia hanya mengeluarkan senjata untuk mengancam Dain dan membuat dia berlutut dan minta maaf, tapi Cailing tiba-tiba masuk membuat segalanya menjadi rumit seperti.

"Tidak! aku tidak bergerak sedikitpun!"

Cailing berteriak dengan penuh tekad untuk melindungi Dain orang yang paling sayangi bahkan dihadapi dengan bahaya dia tidak akan pernah gentar sedikitpun.

"Sialan!"

Pria medecak dengan kesal kedua tangannya menggenggam erat pistol.

"Kamu boleh mengancam semua orang semau mu? tapi kamu tidak boleh mengancam orang-orang terdekatku terutama Kaka perempuan ku!"

Dain berbicara dan berjalan dari belakang Cailing dengan tenang matanya terus menatap pria itu dengan tenang dan tanpa ekspresi apapun tapi didalam matanya niat membunuh tidak dapat disembunyikan!

"Dain apa yang kamu lakukan. cepat pergi dari sini dan memberitahu guru."

Cailing dengan kwartir bicara dia berharap Dain dapat pergi dari sini dengan selamat melaporkan ke para guru sekolah ini, dia berharap guru dapat menghentikan tindakan orang itu dan mengusir dia dari sini. Pria menatap Cailing dengan senyum mencemooh, dengan apa yang Cailing katakan barusan.

"Melapor? hehe... Kamu bisa berbicara semau mu tapi mereka tidak akan berbuat apa-apa. bahkan jika aku membunuh mu dan bocah sialan ini mereka tidak akan melakukan apa-apa padaku!"

Dia berkata dengan percaya diri tapi kepercayaan itu bukan berasal dari dirinya sendiri melainkan dari nona mudanya, dia percaya nona muda sekarang sedang marah dan ingin membunuh mereka! Jika dia ingin membunuh maka pihak sekolah tidak bisa bertindak banyak dan polisi juga sama paling mereka akan ditanya beberapa pertanyaan sebelum akhirnya dibebaskan.

Mereka semua lebih memilih membiarkan dua nyawa orang bisa seperti mereka melayang dari pada memperpanjang urusan dari keluarga besar dan berpotensi menyinggungnya!

"K-kamu!..."

Cailing mengepal tinjauannya dengan erat dia tidak bisa berkata-kata apa yang pria itu ucapkan adalah kebenaran bahkan jika dirinya mati dan Dain pihak lain pasti akan menganggapnya sebagai kesalah pahaman dan itu akan berlalu begitu saja tidak akan di usut lebih jauh. memikirkan itu Cailing tampak sedih tidak bisa menolong Dain yang dia pentingkan sekarang hanya keselamatannya saja.

"Bisakah kamu tidak mengancam seorang gadis kecil? dimana harga diri mu sebagai pria?"

Dain yang tidak berbicara dari tadi mulai membuka mulutnya lagi dan melihat orang dihadapannya dengan tatapan jijik.

"Kamu diam!"

"Kalau kamu tidak mencari masalah duluan denganku gadis ini tidak akan terluka. Ini semua karena mu!"

Dia berkata dengan mata yang memerah karena marah niat membunuh sudah terlihat jelas di wajahnya. Dain cuma bisa mengangkat bahunya dan mencibir.

"Sepertinya kamu memiliki penyakit alzheimer, siapa yang duluan mencari masalah disini!"

Dain mengejek dan menggelengkan kepalanya tanda daya. Setelah itu wajah kembali menjadi dingin dan langsung berlari melesat menuju orang itu.

"Kamu, bajingan-"

Bak!...

Saat pria itu berbicara Dain sudah berada tepat dibelakang tubuhnya jarak antara Dain dan pria itu kurang lebih lima meter, Dain dengan sekali gerakan dapat menutupi jarak antara keduanya dengan sekejap mata!

Dain menendang bagian belakang lutut pria sehingga membuatnya kehilangan keseimbangan dan tubuhnya sedikit membungkuk, sebelum pria itu berelaksasi Dain dengan cepat mengambil pistol dari dari tangannya.

"A-apa..."

Saat pria itu sedikit sadar dan ingin memproses semua kejadian itu dia hendak berkata sesuatu, tapi sebuah tangan mencengkram kepalanya dengan kuat dia memutar bola matanya melihat kebelakang yang ia dapati adalah Dain yang berdiri tegak dengan senyum dingin diwajahnya!

Senyuman itu membuat pria itu ketakutan setengah mati keringat dingin mulai muncul dari dahinya. setelah itu pengelihatannya berubah seluruh dunia tampak berputar terbalik.

Bak!....

Dari dalam kepalanya terdengar sebuah suara mendengung, pandangan pria itu akhirnya menjadi hitam dan menghilang, sebelum pandangannya menghilang hal terakhir yang dia ingat adalah tata mata dingin Dain kerahnya.

Dain menatap pria yang tergeletak di lantai dengan dingin sebelum menghela nafas panjang dan wajah dia kembali normal.

"Dain apak kamu tidak apa-apa?!"

Cailing berlari dari samping dan langsung memeluk Dain dengan ketakutan air matanya tidak berhenti mengalir membanjiri wajah indahnya, Dain menepuk kepala Cailing dan mengelus rambut hitamnya yang lembut dan berkata dengan riang untuk menenangkan Cailing.

"Aku baik-baik saja kak."

Butuh beberapa saat sebelum Cailing bisa kembali tenang dan melepaskan pelukannya dan menatap mata Dain dengan sengit.

"Berjanjilah! kamu tidak akan melakukan hal-hal yang membahayakan dirimu sendiri seperti barusan."

Ke kwartir dan rasa cemas terlihat saat Cailing berkata kepada Dain tindakan Dain barusan sudah cukup untuk merubah pandangannya kepada Dain. dari anak yang baik dan pendiam menjadi orang yang samasekali berbeda. Dain membuka mulutnya dan hendak berbicara tetapi sebuah suara wanita terdengar dari kejauhan di ikut oleh tepuk tangan.

Tepuk... tepuk!...

"Sungguh petunjuk yang bagus!.... Maaf menganggu momen kebersamaan kalian?"

Semua orang menoleh melihat sumber suara seorang gadis cantik dengan rambut pirang berkibar seperti air terjun emas, mata biru seperti batu berlian menatap lurus kearah dengan emosi yang kompleks didalamnya, senyum kecil terlihat di wajah indahnya lekukan tubuh yang menggoda terlihat jelas saat dia berjalan dengan bangga dan percaya diri. Cara berjalan dan gerakan tubuhnya mencerminkan etika dan norma kesopanan yang berbeda dari orang lain sungguh itu adalah atmosfer yang hanya di tunjuk oleh seseorang yang tumbuh di kelurahan besar royalti dengan sendok dan garpu emas!

Gadis ini tidak lain ada nona muda dari keluarga Loix! Dain menyipitkan matanya saat gadis itu datang mendekat sedangkan Cailing langsung berdiri di depan Dain dan berkata dengan waspada kepada gadis itu.

"Apa yang kamu inginkan, apakah kamu inginkan menuntut balas dendam terhadap bawahan mu?"

Cailing melotot dan berbicara dengan sedikit tidak senang melihat gadis itu datang. Dalam keadaan normal biasanya akan berbicara dengan hormat dan baik mengingat status keluarga gadis itu tapi sekarang orangnya dengan sengaja ingin membunuh adiknya, secara alami dia tidak akan memberikan wajah kepada tuan dari orang itu!

Gadis itu menggelengkan kepalanya dan tampak tidak terganggu oleh sikap Cailing yang tidak ramah kepada dia.

"Kamu seperti salah paham. Aku tidak datang untuk menuntut tanggung jawab atas perbuatan adikmu? Saya datang kesini untuk meminta maaf atas tindakan kurang sopan dari bawah saya barusan."

Gadis sedikit membungkuk dan melihat kearah bawahannya dengan jijik yang tergeletak tak sadar diri dilantai sekarang wajahnya banyak mengeluarkan darah sampai-sampai sulit untuk dikenali, akhiri gadis itu mengangkat satu tangganya dan menyuruh anak buahnya yang lain untuk membawa dia keluar.

Cailing tampak tidak sepenuhnya mempercayai perkataan gadis itu di terus menatapnya dan mengajukan beberapa pertanyaan untuk memastikan gadis menjawab semua pertanyaan yang Cailing ajukan dengan tenang sabaran sapi akhirnya Cailing percaya. Sementara Dain menatapnya dan memikirkan sesuatu dari dalam kepalanya.

Melihat tatapan Dain gadis itu menoleh dan tersenyum kecil dan berkata.

"Bisakah anda menyerahkan pistol itu kepada saya? Akan jadi masalah bila seorang murid berkeliling sambil membawa senjata api?"

"Eh!.. hmm tentu."

Ucapan itu menyadarkan Dain dari pikirannya dan tanpa menolak menyerahkan senjata itu pada gadis itu tanpa perlawanan, gadis menerimanya dan mengangguk kecil.

"Kamu nampak seperti, sudah terlatih untuk bertarung dengan tangga kosong. Apakah kamu belajar beberapa seni beladiri?"

Gadis itu bertanya kepada Dain dengan memiringkan kepalanya dan berpikir, Cailing yang dari samping menatap Dain menuggu jawabannya dia juga sangat penasaran dari mana Dain belajar semua gerakan itu yang Cailing tahun Dain belum pernah belajar seni beladiri apapun?

"Aku cuma belajar beberapa gerakan dari Tv dan menirunya. Itu saja yang bisa aku sampai kan Kaka ayo pergi?"

Dain berkata dengan singkat dan langsung menarik tangan Cailing untuk pergi mengabaikan gadis itu. Gadis tersebut mengerutkan keningnya ujung mulutnya sedikit berkedut mendengar jawaban Dain, belajar dari Tv? kamu kira ada orang yang akan percaya dengan omong kosong itu! tapi dia tidak bertanya lebih lanjut kerena Dain tidak ingin menceritakannya maka dia tidak akan memaksa.

Tapi sebelum Dain berjalan jauh seluruh tubuhnya menjadi lemas pandangannya perlahan-lahan menjadi kabur.

"Oh... Sialan seperti ini menjadi batas ku?!"

Dain bergumam ke dirinya sendiri sebelum jatuh ambruk tidak sadarkan diri.

"Dain kenapa kamu! bangunan lah?!"

"Jangan membuat ku kwartir!"

"Seseorang tolong!"

Cailing berbicara dengan panik dia tidak tahu kenapa Dain tiba-tiba jatuh tidak sadarkan diri. Melihat Dain yang masih dilantai Gadis itu melihat dengan heran dan akhirnya meminta seseorang untuk membawa pergi Dain dan merawatnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!