"Hey, apa yang sedang kau lakukan di sana?"
Saat Dain sedang berpikir tentang situasinya sekarang, sebuah suara terdengar pemilik suara itu adalah seorang pria berusia 40 tahunan ia mengenakan topi caping dan membawa keranjang dari anyaman bambu di punggung pria tersebut, didalamnya terdapat bibit padi.
Dain melihat pria tersebut mendekat ke arahnya tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejut dari wajahnya. dia sangat mengenal sekali orang itu, orang yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya.
"P-paman Nan apakah itu kau?"
Dain berbicara dengan gugup mencoba berbicara kepada pria yang di hadapannya itu dan mengamati. Nan sedikit mengerutkan keningnya dia sedikit aneh dengan perkataan Dain, tapi tetap menjawab.
"Tentu saja ini aku siap lagi."
"Tidak mungkin bukankah kau sudah mati dalam kecelakaan!"
Jawaban Dain dengan nada tegas Nan seharusnya sudah mati sewaktu dirinya berada di bumi sewaktu dulu bagaimana dirinya hidup kembali? ini semua benar-benar tidak masuk akal kecuali.
"Maaf, tapi bisakah anda memukulku?"
"Baik." jawaban Nan tanpa banyak bicara.
Ada apa dengan bocah ini? kenapa dia bertingkah aneh apakah karena aku tidak menuruti permintaannya. Nan melihat kearah pohon besar tempat Dain tidur, tunggu pohon itu kan?! akhirnya Nan mengambil satu kesimpulan dari tingkah laku Dain yang aneh ini.
Nan akhirnya mengambil seikat bibit padi dari dalam keranjangnya Dain yang melihat Nan mengambil itu sedikit bingung tetapi ke jadian berikutnya membuat dirinya sangat terkejut.
Pak... pak!
"Keluar lah setan dari tubuh bocah ini. aku sudah cukup dibuat pusing oleh tingkah laku anak ini. tidak ada ruang lagi untuk!"
Nan menampar Dain dengan mengunakan padi di tangganya dan terus berkomat kamit Dani cuman bisa memegangi pipinya yang memerah karena dia tampar, sebelum berangkat.
"Hei, hentikan sudah cukup!"
setelah Dain berbicara Nan berhenti menamparnya.
"Apa kamu sudah sadar kembali? sudah kubilang jangan tidur di bawah pohon besar itu, disana banyak setan jahat yang menghuni nya."
"tapi tenang mereka sudah aku usir dari dalam tubuhmu, kamu sudah aman sekarang."
Nan berbicara dengan membusungkan dadanya dengan bangga Dain cuma bisa diam membatu ujung mulutnya sedikit bergetar jauh di dalam hatinya ia berteriak.
Setan palamu kamu pikir ini jaman apa?!
"Jika kamu sudah sadar cepat kembali bantuan paman menanam padi ini."
Nan berkata kepada Dian setelah itu ia berbalik kembali ke sawah, Dain tidak langsung menjawab tapi ia sedang berpikir dalam-dalam.
Apakah ini benar-benar kenyataan tapi rasa sakit ini terlalu nyata untuk menjadi ilusi. Dani memegangi pipinya yang memerah dan sakit setelah ditampar tadi. Jika ini benar aku seharusnya kembali ke masa lalu, tapi seingat ku tidak ada kekuatan atau item yang dapat memanipulasi waktu sampai tahap seperti ini. kecuali 'item itu' Dain memegang dadanya dan mengeluarkan arloji berwarna hitam.
Arloji itu terlihat sangat kuno dengan banyak ukiran-ukiran unik yang nampak indah, jarum jamnya menunjukkan 9 pagi. Tunggu seingat ku Arloji ini telah lama berhenti berfungsi kenapa tiba-tiba kembali hidup? sudahlah nanti aku memikirkan tentang ini nanti, yang lebih penting lagi adalah. Dain mulai melangkah maju melihat hamparan sawah sejauh matanya, angin dingin berhembus pelan kearah dia menciptakan suasana yang sejuk dan menenangkan pikiran.
Dain mulai memejamkan matan dan menarik napas dalam-dalam sehingga udara memenuhi paru-paru dia dan berteriak.
"AKU KEMBALI!.."
Dain berteriak dengan kencang sehingga mengejutkan orang-orang yang sedang berada di sawa dan yang sedang berjalan mereka semua melihat kearah sumber suara.
"Apa kau mendengar ada yang berteriak?" seorang peni berkata pada orang di sebelahnya.
"Ya aku mendengarnya mungkin ada orang yang sedang dirampok."
"Pah! mana ada orang yang merampok di siang hari bolong begini." yang lain berkat dengan tidak percaya.
"Itu masuk akal. tapi dilihat dari suaranya itu suara seorang anak, mungkin ada beberapa anak yang sedang bermain."
"Ya, mungkin benar." yang lain berkata.
setelah itu orang-orang kembali kepada aktivitasnya masing-masing dan tidak menghiraukannya. tapi detik berikutnya terdengar lagi teriakan yang kencang tapi orang-orang itu tidak terlalu menanggapinya dengan serius mereka mengira itu adalah sekelompok anak-anak yang sedang bermain. Nan juga mendengar suara tersebut dan mengangkat alisnya suara tersebut terdengar sany familiar dengannya.
Sial anak itu kesurupan lagi!
Setelah pulang dari sawah Dain dan Nan pergi pulang. Dain tidak mempunyai orang tua ia sejak kecil sudah di adopsi oleh keluarga Nan. Nan sudah menganggap Dain seperti anaknya sendiri mereka berdua tinggal bersama Nan juga memiliki satu anak perempuan, isterinya sudah lama meninggal sewaktu melahirkannya dulu, jadi sekarang mereka cuma tinggal bertiga bersama di rumah.
Setelah berjalan cukup lama akhirnya mereka sampai di sebuah rumah panggung yang cukup sederhana di samping rumah itu terdapat banyak pohon bambu yang menjulang tinggi saat angin kencang bertiup menyebabkan pohon bambu itu bergerak, gesekan antara pohon itu mencipta suara yang menyenangkan telinga ditambah lingkungannya yang sejuk membuat setiap orang betah berlama-lama berada di tempat ini.
Tempat ini tidak berubah dari ingatanku tetap sama. Dain melihat sekeliling sorot matanya menunjuk sedikit kerinduan tempat ini telah memberikannya banyak kenangan yang indah sewaktu dulu banyak waktu yang telah dirinya habiskan disini.
"Ayah, Dain kalian semua pulang?"
Terdengar sebuah suara memanggil dari dalam rumah tersebut, tak lama pintu terbuka seorang gadis melangkah keluar ia memiliki nampilin yang sedikit cantik mungkin karena dia sendiri tidak memakai makeup rambut panjang hitam diikat kebelakang menampilkan sosok gadis remaja yang penuh dengan energi.
"Cailing apakah makannya sudah siap?" Nan berkata ke pada gadis itu, Cailing adalah anak perempuan satu-satunya yang dimiliki Nan umurnya beberapa tahun lebih tua dari Dain sehingga Dain sering memanggil sebagai kaka. Cailing tersenyum dan berkata.
"tentu semuanya sudah saya siapkan, ayo masuk."
setelah itu Dain dan Nan masuk didalam sudah terdapat banyak makanan yang terletak di atas meja meskipun bukan makanan mewah tapi itu lebih dari cukup untuk mereka bertiga.
setelah itu Cailing dan Nan mulai makan cuma Dain yang belum menyentuh makannya sedikit pun. Sekarang suasana hati Dain sedang campur aduk antara senang sedih dan tidak percaya. Suasana hangat dari keluarga yang telah lama hilang dari dirinya mulai terasa kembali banyak kenangan indah mulai terbuka kembali dari balik memorinya.
"Dain kenapa kamu tidak memakan makanannya, apakah tidak suka dengan itu?"
Cailing berbicara dengan penuh perhatian karena Dain yang terlihat murung sedikit membuatnya khawatir. Dain menggelengkan kepalanya dan berkata.
"Tidak, Kaka aku sangat menyukai masakan mu hanya saja, kejadian hari ini benar-benar membuatku sedikit pusing."
"Benarkah itu? kalau kamu punya masalah kamu bisa menceritakannya kepada kaka perempuan mu ini?"
Cailing menatap Dain dan tersenyum dia mencoba untuk mencari solusi tentang masalah yang sedang dihadapi oleh Dain. saat Dain hendak berbicara Nan yang duduk di samping terlebih dahulu membuka mulutnya dan berkata.
"Dain tadi kesurupan di sawah. mungkin sekarang pikirannya sedikit terganggu."
ucapan Nan dengan nada datar dan kembali makan Cailing yang mendengar perkataan ayahnya cuman bisa melebarkan matanya dengan kaget, sebelum pandangan matanya beralih ke Dain. Cailing menyentuh dahi Dain dengan tangannya.
"Apakah benar apa yang dikatakan oleh ayah?"
Cailing khawatir dengan keadaan Dain sekarang, dirinya pernah mendengar salah satu kasus seseorang kerasukan ia akan bertindak ane dan diluar logika seperti memanjat pohon meminta kopi hitam atau berguling-guling di tanah.
"Ayah cepat siap kan kopi hitam untuk Dain!" ucap Cailing dengan paniknya Nan nampak atau apapun yang sedang dipikirkan oleh anaknya dan langsung pergi ke belakang dengan cepat.
"Untuk, apa?" Dain mengerutkan keningnya dan nampak bingung.
"tentu saja untuk kamu." jawaban Cailing dengan tegas
"Oh, benar ambil dupa dan bunga ayah!"
"Tunggu dulu ak-" Dain mencoba menghentikan tindakan aneh ayah dan anak ini. Dan mencoba menjelaskannya kepada mereka tapi dirinya bahkan tidak di berikan waktu untuk berbicara.
"jangan lupa daun kelornya!"
Ssshit! sepertinya bukan aku yang kerasukan tetapi kalian?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Z3R0 :)
🗿dah langganan ternyata
2023-10-08
0
Ayano
Udah beneran kek nyiapin sesajen dong 😱😱😱
2023-05-17
0
Ayano
Kopi hitam 😱
Kok kek nyiapin kopi buat jin
2023-05-17
0