Disebuah medan perang besar yang melibatkan banyak makhluk bertempur didalamnya darah dan bau busuk dari banyaknya mayat yang mati memenuhi udara. tanah sudah berwarna merah Karan telah menyerap darah yang tak terhitung jumlahnya.
"hah..."
seorang pria duduk di atas gundukan mayat ditengah-tengah medan perang tersebut dia nampak mengatur nafasnya dan sedang beristirahat entah berapa lama dirinya sudah bertarung, dilihat dari pakaiannya yang banyak robekan dan tubuh dia yang dibanjiri dengan darah nampak sangat mengerikan.
"arah pertemuan ini diluar prediksi kita?"
sebuah suara terdengar entah dari mana tak lama kemudian sesosok pria tampan mengenakan armor berwarna putih muncul dari belakang pria yang sedang duduk itu. orang yang sedang duduk itu bahkan tidak menoleh kebelakang dan masih tetap diam dirinya masih fokus memperhatikan medan perang, sebelum akhirnya berbicara.
"Itu benar, karena pihak ketiga yang ikut ambil bagian dalam perang ini membuat segalanya menjadi semakin buruk."
Nada suaranya datar dan dingin, tetapi sorot matanya tidak bisa menyembunyikan kemarahan dan niat membunuh yang kuat.
"bagaimana dengan yang lain kapan mereka akan datang?"
Orang itu berbicara kepada pria tampan di hadapannya. Pria tampan itu diam dulu sebentar sebelum berbicara dengan nada yang sopan.
"sepertinya mereka akan sedikit telat untuk datang."
jawabannya dengan sedikit nada penyesalan orang itu cuma mengangguk. Detik berikutnya bayangan besar menutupi matahari disertai angin kencang saat bayangan itu mendekat dan semakin jelas menunjukkan wujudnya ternyata itu adalah sesosok naga besar dengan panjang ratusan meter berwarna hitam pekat. Sisik hitamnya yang berkilau seperti baja yang ditempa hingga ratusan tahun nampak kuat dan kokoh sehingga menciptakan perasaan tidak dapat dihancurkan. Dipadukan dengan kempat sayang besar yang cukup untuk menutupi cakrawala, menciptakan tekanan yang kuat dan mendominasi tapi ada yang aneh jika kalian memperhatikan lebih teliti dia atas kepala naga tersebut berdiri sebuah sosok yang menyerupai manusia jika mengabaikan tanduk di atas kepalanya.
Saat kedatangan naga besar tersebut seluruh medan perang menjadi sunyi, seluruh kebisingan dan teriakan dari pertempuran sekarang hilang seakan-akan itu cuma ilusi.
Naga itu terus terbang dengan kencang mengabaikan orang-orang di bawahnya naga itu terus maju menuju arah pria tampan itu dan orang di sebelahnya. tapi pria tampan itu nampak tenang dan tidak takut sedikitpun setelah cukup dengan dengan mereka berdua naga tersebut berhenti. setelah naga itu berhenti kita dapat melihat dengan jelas sosok yang berdiri atas kepala naga tersebut.
Seorang pria itu menatap tajam kearah kedua orang itu.
"tempat ini kan menjadi kuburan kalian?"
orang di atas naga berbicara dengan dining kepada mereka sementara kedua orang itu cuma saling memandang sebelum si pria tampan itu berbicara.
"Harus kah kita membunuhnya?"
tanya pria tampan itu kepada orang di sebelahnya nada suaranya tidak seramah dulu sekarang ada sedikit kesadisan di matanya aura membunuh mulai bocor keluar, orang disampingnya tersenyum.
Saat Dain membuak matanya ia sudah berada dalam kamar miliknya Dain mulai bangun dari tempat tidur dan berjalan kearah jendela cahaya mentari pagi yang indah langsung menyinari tubuhnya, membuat dirinya sedikit hangat.
"Jadi ini benar kenyataan aku kembali ke masa lalu?"
Dain bergumam pelan dia masih sedikit tidak percaya bahwa dirinya dihidupkan kembali. Dan saat Dain memikirkan segala kejadian dari masa lalu yang dia alami wajahnya nampak muram banyak kenangan buruk yang dia ingat. tapi sekarang aku diberi kesempatan untuk merubah nasibku aku akan melindungi orang-orang yang aku sayangi!
"tapi sebelum itu?"
Dain melihat kearah meja di atas meja tersebut ada sebuah kalender dengan tanggal 10 Desember tahun 2510. Mata Dain menjadi redup dia mulai berpikir merencanakan langkah kedepannya.
"Fase pertama kan dimulai dalam dua Minggu lagi. aku harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang."
Malam tahun baru bisanya di rayakan dengan kembang api banyak orang bersuka cita dimalam itu. berharap tahun baru menjadi awal hidup yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Tapi tahun itu di awali dengan jeritan bukan dengan sorak-sorai bahagia, kembang api yang berwarna warni berubah menjadi satu warna tunggal yaitu warna merah darah dikarenakan banyaknya orang yang mati karena insiden tersebut.
Ketuk.. ketuk!
Ketuk terdengar dari pintu kamar Dain dan disusul dengan sebuah suara perempuan dari balik pintu itu.
"Dain apakah kamu sudah bangun? jika sudah ayo makan dan berkata sekolah."
Cailing berbicara dari balik pintu, menyadarkan Dain dari lamunannya Dain berbalik dan berkata.
"Aku sudah bangun, aku akan segera kesan."
"Baiklah."
Setelah itu Cailing pergi, Dain yang masih berada di kamarnya melihat kearah cermin dari pantulan cermin itu nampak serong anak berusia 14 tahun wajahnya sedikit menunjukan ketampanan, Itu adalah wajah Dain sendiri.
"Sekolah kah? sudah lama aku tidak kembali ke sekolah setelah tahun-tahun yang gila aku lewati."
Dain tertawa getir sebelum mengambil serangan sekolahnya yang tergantung di dinding dan melangkah keluar kamarnya.
"Dain kenapa kamu tidak banyak bicara belakang ini?"
Saat sedang berjalan menuju sekolah Cailing berbicara di samping Dain karena kurangnya berkomunikasi antara Dain dan dirinya, beberapa hari belakangan Dain terlihat banyak diam dan melamun sendiri. dirinya sedikit khawatir dengan keadaannya sekarang jadi memilih bertanya untuk memastikannya.
Dain tersenyum dan menggelengkan kepalanya dan berkata dengan tenang.
"Aku tidak apa-apa kak. Kamu tidak usah khawatir."
"benarkah, jika kamu ada masalah kamu bisa berbicara padaku."
Cailing tersenyum manis dengan penuh perhatian dan mengusap kepala Dain dengan penuh kasih sayang. Dain tersenyum kecil dengan kelakuan kakaknya dia tidak ingin membebani pikiran Cailing dengan masalah yang akan datang, lagi pula jika dia berbicara kepadanya tentang kiamat yang akan terjadi dalam waktu dekat siapa juga yang kan percaya dengan itu orang-orang pasti akan menganggapnya gila.
"Cailing kamu mau berangkat sekolah?"
Sebuah suara terdengar dari belakang mereka berdua, Cailing dan Dain berbalik dan menemukan sekelompok anak muda semuanya seumur dengan Cailing, mereka semua memakai seragam sekolah yang sama dengan Dain dan Cailing kenakan wajah Cailing sedikit berubah saat mereka datang mendekat.
"Jika kamu mau berangkat sekolah kenapa tidak bersama kami saja?"
Seorang pria ditengah menyarankan dengan tersenyum dia memiliki badan yang tinggi dan rambutnya di sisir rapih.
Dain yang melihat pria itu sontak melotot amarah dan niat membunuh yang intens meluap dari dalam dirinya.
Bagaimana aku bisa lupa dengan wajah bajinga ini!
Kembali kemasan lalau saat dunia di landa kiamat Dain dan Cailing melarikan diri dengan frustasi. Lalu pria itu datang menawarkan bantuan disaat mereka berdua tidak mempunyai harapan, Dain dan Cailing tentu saja menerima tawarannya karena mereka juga sudah saling mengenal, tapi segalanya berubah dari apa yang mereka bayangkan saat mengikuti dirinya.
Saat bergabung dengan kelompok itu Dain cuma di jadi umpan dan tumbal bagi para monster yang mendekat disaat-saat berbahaya. sudah tidak terhitung berapa banyak dirinya hampir mati, tapi dia harus tetap bertahan hidup dengan berburu monster walaupun ia akan mendapatkan bagian yang sangat kecil dari hasil berburu tersebut.
Tapi hal yang membuatnya sedih adalah keadaan Cailing saat dalam kelompok tersebut dirinya diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi. ia cuma diperlakukan sebagai pemuas nafsu bagi para pria tubuhnya tidak lebih tinggi dari sebuah batu sihir kelas imitasi, karena terus diperlakukan dengan buruk dan dilecehkan setiap saat akhirnya Cailing mengalami gangguan mental sebelum akhirnya meninggal bunuh diri dengan mengorok lehernya sendiri sesaat sebelum dia meninggal Cailing berpesan kepada Dain, Untuk tetap lah hidup karena Dain ada orang satu-satunya yang dia sayangi dan miliki setelah ayahnya meninggal.
Semakin Dain mengingat kejadian itu dan melihat wajah pria tersebut tubuh Dain bergetar karena marah ingin sekali Dain mencabik-cabik tubuh orang itu. Dain mengeratkan giginya dan mengepal tangganya, Cuma satu kalimat yang terus terngiang-ngiang di dalam kepalanya.
...Bunuh!...
...Bunuh!....
...Bunuh!......
...Bunuh!.....
...Bunu......
...Bu......
"Bunuh."
Ucap Dain dengan pelan matanya menjadi semakin gelap Cailing yang berdiri disampingnya mendengar samar-samar Dain berkata tapi dia tidak dengan jelas atau apa yang dikatakan oleh Dain. Cailing melihat kearah sekelompok orang di hadapannya dan berpikir Dain sedikit takut atau terganggu dengan kedatangan mereka, lalu Cailing membuka mulutnya dan berbicara dengan sopan kepada pria dihadapannya.
"Terima kasih tuan Tom atas ajakan anda, tapi saya dan adik saya sedang terburu-buru tidak ingin merepotkan anda."
Setelah berbicara seperti itu Cailing memegang tangan Dain dan melangkah pergi meninggalkan mereka. setelah Cailing dan Dain pergi wajah Tom yang tadinya ramah berubah menjadi dingin.
"Tuan muda kenapa anda repot-repot dengan berbicara dengan dia? kenapa tidak kita culik saja perempuan itu supaya anda dapat menikmatinya dengan cepat."
seseorang bicara kepada Tom dengan wajah yang penuh dengan nafsu, Tom mengangguk sebelum akhirnya bicara.
"kamu benar, aku akan berbicara lagi saat nanti jika dia menolak ku, makan tidak ada cara lain selain berbuat kasar padanya."
Senyum mengerikan muncul dari wajah Tom setelah itu sekelompok orang itu berjalan menuju sekolah yang sama dengan Cailing dan Dain berada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Akira san
dining🗿
2023-11-27
1
Z3R0 :)
weh susah juga ngebadain yang kek gini
2023-10-08
0
Ayano
Dan sekarang langsung jungkir balik ke tragedi. Menggorok leher sendiri katanya 😱😱😱
Aduh.... ngilu banget
2023-05-31
0