...NADINE...
TINGG...TONGG...
Tombol bel yang tersedia di depan pintu telah dipencet oleh salah seorang gadis yang tadi kutolong. Tak lama setelah itu, aku melihat seorang wanita paruh baya keluar menyambut kedatangan kami.
"FIONA...ATHENA...." wanita itu berteriak seraya menghamburkan pelukannya kepada dua gadis tersebut.
Jadi nama gadis-gadis itu Fiona dan Athena? Nama yang cantik, sesuai dengan wajah mereka yang memang secantik namanya. Meski aku tidak tahu mana yang Fiona dan mana yang Athena.
Aku bisa menebak, kalau seorang wanita yang sedang memeluk dua gadis tersebut pasti mamanya mereka. Wajah mereka sangat mirip!
Kalau dilihat-lihat, sepertinya satu keluarga ini memiliki gen yang luar biasa. Kecantikan anak-anaknya menurun dari sang mama.
Kalian dari mana aja sih...kok pergi gak bilang-bilang? Ditelpon gak diangkat! Ini kalian bisa luka begini kenapa?" tanya wanita paruh baya itu yang masih terlihat cantik dan segar meski usianya tidak muda lagi.
"Mah.. ceritanya nanti aja! Mendingan kita masuk dulu! Ini tadi Fiona kakinya ketusuk bulu babi di pantai. Harus cepat ditangani, sebelum racunnya bereaksi!"
"Ayo...ayo, masuk sini!"
Aku hanya sekedar mendengar percakapan mereka tanpa mau ikut campur lebih dalam lagi. Setelah wanita itu mengizinkan kami masuk, aku memapah Fiona lagi untuk masuk kedalam.
Ya, aku tahu namanya Fiona. Karena tadi disebutkan kalau yang tertusuk bulu babi itu Fiona. Berarti yang kakaknya, bernama Athena.
"Sebentar, Mama mau telpon dokter pribadi kita untuk kesini. Kalian tunggu..!"
Sambil menunggu mamanya mereka kembali dan dokter datang, aku berinisiatif untuk mulai melakukan sesuatu.
"Hmm..saya mau nanya, kalian disini punya ember atau wadah gitu gak?
"Ada kak, di dalam kamar mandi" jawab Athena singkat namun wajahnya bingung.
"Kamar mandinya dimana ya? Boleh minta izin kesana?" tanyaku pada mereka
"Boleh kak, itu ada disitu..tinggal lurus terus belok kiri."
"Tunggu sini sebentar ya.."
Aku bergegas menuju kamar mandi dan mencari keberadaan ember tersebut. Ternyata memang ada, dan ember itu letaknya di dekat closet. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi sepertinya cukup untuk dibuat merendam kaki.
Ember itu mulai aku isi dengan air hangat. Tidak perlu repot-repot memanaskan air lagi, karena memang hot shower-nya sudah otomatis tersedia disini.
Kebetulan sekali, disamping kamar mandi ini ternyata langsung ada dapur. Aku langsung mencari-cari dimana mereka menaruh garam. Setelah ketemu, aku mencampurkan garam didalam ember yang sudah aku isi air hangat tadi. Aku mengangkat ember itu keluar dan membawanya ke ruang tamu. Tak lupa aku juga membawa kotak P3K yang kudapat dari loker di kamar mandi.
Seketika, ketiga orang yang sedang menduduki sofa di depanku merasa kebingungan melihat tingkahku.
"Permisi sebelumnya, maaf kalau saya lancang masuk-masuk kedalam. Tadi saya mengambil rendaman air hangat dengan garam. Saya pernah baca, jika hal itu bisa ampuh untuk meredakan nyeri pada bagian yang tertusuk bulu babi. Setidaknya kakinya direndam selama beberapa menit supaya bagian yang bengkak bisa kempes juga" ucapku.
"Boleh dicoba kak, soalnya ini makin nyeri. Kali aja ampuh!"
Fiona menurut saran dariku, dia langsung memasukkan kakinya dalam rendaman air yang kusiapkan tadi. Meski tidak tahu pasti apakah ini manjur atau tidak, yang jelas tidak ada salahnya mencoba.
"Oh ya, untuk kamu...tadi saya enggak sengaja lihat betis kiri kamu terluka karena kena karang di pantai. Boleh saya obatin? Kotak P3K ini saya ambil dari loker di kamar mandi..."
"Ini kak.."
Aku mulai mendekati Athena dan meletakkan kakinya di pangkuanku. Waktu aku amati lebih detail, ternyata goresannya cukup panjang juga. Pasti perih sekali ini, dia saja meringis saat aku memberi obat merah pada lukanya itu.
"Terima kasih banyak ya nak, kamu sudah berbaik hati menolong anak saya. Sampai mau repot-repot mengantar kesini dan mengobati mereka."
"Iya Tante, sama-sama. Saya gak kerepotan kok, kebetulan aja bisa nolong mereka. Selagi saya sanggup enggak masalah" jawabku.
"Oh iya, sampai lupa mau ngucapin makasih. Terima kasih banyak ya kak, udah mau nolong kita berdua. Kalau gak ada kakak tadi yang lewat, ga tahu deh bakal gimana. Tahu sendiri kan tadi lagi sepi.."
"Aku juga kak, mau bilang terima kasih udah bantu aku..dan ini kakiku jadi enakan pas direndam air hangat."
Tanpa sadar aku mengelus pipi gadis itu, "Iya sama-sama.. semoga cepat sembuh ya kalian berdua. Biar bisa jalan-jalan lagi" aku tersenyum.
"Oh ya, Tante belum tau nama kamu siapa? Tadi udah keburu panik lihat anak-anak Tante pas pulang udah begini,"
"Nama saya Nadine, Tante."
"Ahh..Nadine, makasih banyak ya Nadine. Nama Tante adalah Diana. Kalau putri Tante yang ini namanya Athena...yang satunya itu Fiona" Tante Diana melakukan perkenalan. Meski aku sudah tahu tapi aku mengangguk saja.
"Kamu tinggalnya dimana nak?" Tante Diana bertanya.
"Saya bukan orang sini Tante, saya kesini juga liburan. Tempat menginap saya hanya beda beberapa rumah dari sini."
"Ohh..begitu, bisa pas sekali ya. Ini sayang, diminum dulu..Tante cuman adanya ini." Tante Diana membawakan aku 2 botol jus buah.
"Gak apa-apa Tante, terima kasih." Karena haus, aku mengambil sebotol jus buah yang terlihat segar itu.
Tak lama..dokter pribadi keluarga mereka akhirnya datang juga, dengan membawa 2 perawat untuk ikut serta. Fiona lalu dibawa ke dalam kamarnya untuk segera diobati, sedangkan perawat yang lain membantu Athena untuk memasang perban pada luka di betisnya.
Bersamaan dengan dokter yang datang, aku melihat ada seorang laki-laki paruh baya dengan tinggi semampai beserta dua orang laki-laki yang usianya masih sangat muda, berjalan memasuki ruang tamu.
"Mah, dimana Fiona dan Athena..beneran sudah kembali mereka berdua?" ucap pria paruh baya itu.
"Sudah Pah..mereka sedang ditangani dokter di kamarnya masing-masing. Mereka baik-baik aja kok..hanya luka sedikit, masih bisa diobatin biasa" jawab Tante Diana.
"Terus ini siapa mah?"
"Kenalin pah, ini Nadine...dia yang tadi nolongin Athena sama Fiona pas mereka kena insiden di pantai. Nadine tadi ngobatin kakinya Athena yang tergores kena karang, bahkan dia juga membuat rendaman air garam untuk kakinya Fiona yang terkena bulu babi sebelum dokter datang"
Tante Diana menjelaskan semuanya pada pria paruh baya, yang aku asumsikan sebagai suaminya itu.
"Salam kenal Om, nama saya Nadine."
Om Alan mengulurkan tangannya untuk menjabatku, "Salam kenal juga, nama saya Alan. Om tidak tahu dengan cara apa Om harus membalas kebaikan kamu, terima kasih ya Nadine sudah menolong kedua putri Om."
Saat membalas uluran tangan tersebut, dua orang laki-laki yang tadi bersama Om Alan ikut memperkenalkan diri. "Halo kak, nama saya Arjuna..dan yang ini Arga, kami berdua kakak-kakaknya Athena dan Fiona. Mungkin kakak akan bosan mendengar kata terima kasih dari keluarga kita. Tapi tetap saja, saya ingin mengucapkan terima kasih karena sudah menolong adik-adik saya."
Aku mengulas senyuman tipis. "Iya sama-sama. Salam kenal juga ya untuk Arjuna dan Arga."
"Adrian kemana Pah?" bisik Tante Diana kepada suaminya.
Om Alan menjawab, "Dia lagi on the way kesini kok mah, tadi Adrian kalut nyariin Athena sama Fiona. Barusan Adrian juga telpon Papa, kalau pelaku upaya penculikan sudah ditangkap. Makanya Adrian gak bareng sama kita soalnya dia lagi beresin kasus ini."
Pelaku? Penculikan? Apa Fiona dan Athena tadi sempat mau diculik? Kalau iya, kedengarannya ngeri juga. Aku tidak berani bertanya lebih lanjut karena hal itu tidak sopan. Terlepas benar atau tidaknya, beruntung aku tadi cepat-cepat menemukan kedua gadis itu.
***
Jangan lupa untuk like dan vote ya teman-teman, support tersebut akan sangat membantu :) Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments