...NADINE...
"Apa kabar kamu Nadine?" tanya laki-laki itu.
"Aku baik."
Arghhhhh...kenapa juga aku harus membalas pertanyaan dari laki-laki yang paling aku benci di dunia ini! Gara-gara menjawabnya tadi, sekarang dia malah menatap mataku dengan intens. Tapi apa boleh buat, nasi sudah terlanjur menjadi bubur.
Laki-laki yang barusan berbicara denganku adalah Sean Malik-Santoso, mantan kekasihku. Dia seorang pengusaha yang namanya cukup terkenal di kalangan pebisnis, CEO dari salah satu perusahaan startup dan pewaris tunggal Santoso Empire.
Kami sempat berpacaran selama 4 tahun lamanya. Hubungan yang semula baik-baik saja, harus kandas seketika karena sebuah alasan yang sampai detik ini masih membuatku sakit hati apabila mengingatnya.
Apa lagi kalau bukan perselingkuhan! Aku jadi sering merutuki diri sendiri karena dulu pernah mempercayainya begitu saja. Capek-capek aku memberikan cinta, kasih sayang dan perhatian penuh padanya, tapi dia malah berselingkuh dengan wanita lain. Dan ternyata, usut punya usut..selingkuhannya itu adalah wanita yang akan dijodohkan dengan Sean oleh mamanya.
Sejak awal mamanya Sean memang tidak pernah setuju kalau aku dan anaknya berpacaran. Dia selalu berpikir bahwa aku ini hanya wanita biasa yang tidak selevel dengannya.
Benar sih aku terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja, tapi bukan berarti dia bisa seenaknya berbicara. Bagiku, yang penting itu cukup dan sederhana. Aku bangga dengan pencapaian ayahku dan usahanya yang bekerja banting tulang untuk menghidupiku dan kakak sehari-hari.
Parahnya, mamanya Sean pernah berkata kalau aku hanya akan memanfaatkan kekayaan Sean saja. Padahal aku benar-benar mencintai Sean dengan tulus tanpa memandang materi.
Saat nge-date atau bepergian saja, aku selalu melarang Sean untuk membayariku meskipun dia selalu memaksa. Terkecuali saat kami makan bersama, pasti dia yang selalu membayar. Sisanya, aku selalu bayar dengan uangku sendiri.
Kami berdua memang belum lama putus, baru sekitar 4 bulan yang lalu. Dan bisa dibilang aku dan Sean putusnya dengan cara yang tidak baik-baik. Lagipula, apanya yang bisa dibaikin kalau perpisahan yang terjadi diantara kami itu karena faktor perselingkuhan?
Tidak ada pembenaran akan hal itu. Meski sampai detik ini rasanya masih susah untuk melupakan Sean, tapi tekadku untuk move on sangat kuat!
Kalau saja dari awal Sean mau jujur tentang perjodohannya dengan wanita lain, atau jujur dengan mengatakan bahwa dia tidak mencintai aku lagi, aku pasti akan menerimanya. Aku akan merelakan dia untuk pergi, tidak perduli betapa besarnya cintaku. Tapi Sean, dia malah memilih jalan selingkuh dan membohongiku.
Bukannya aku tidak mau berjuang, tapi kalau memang tidak berjodoh mau bagaimana lagi? Berbicara tentang usaha, aku juga sudah berusaha! 4 tahun mencoba untuk melunakkan hati keluarganya Sean, terutama mamanya. Tapi semua sia-sia, restu atas hubungan kami tidak pernah aku kantongi dari keluarganya. Sampai akhirnya aku lelah dan menyerah....
Melihat ketegangan diantara kami, Sean berinisiatif untuk membuka obrolan agar tidak timbul kecanggungan, "Kamu mau makan di restoran ini ya Nad? Kebetulan dong, aku juga mau makan disini. Kita makan sama-sama yuk"
"Enggak jadi, aku makan di tempat lain saja, permisi!" gara-gara Sean aku jadi mengurungkan niat untuk makan ramen di resto ini.
"Nad tunggu...!!" dengan tidak tahu malunya Sean memegang pergelangan tanganku dan menarikku untuk mendekat padanya.
Aku merasa risih dan langsung memberontak, "Lepasin Sean, jangan bertindak tidak sopan! Ini tempat umum!".
"Maaf kalau membuatmu merasa nggak nyaman Nad, aku nggak bermaksud tadi. Hmm..mumpung kita ketemu disini, ada sesuatu yang pengen aku omongin sama kamu. Ini penting!" ucap Sean.
"Sayangnya aku enggak perduli, mau sepenting apapun itu..aku enggak akan mendengarnya. Jadi aku mau pergi sekarang!" dengan kasar aku melepaskan cengkraman tangan Sean padaku.
"Aku mohon Nad, izinin aku untuk ngejelasin kejadian yang sebenarnya sama kamu. Tolong jangan menghindar tanpa memberiku kesempatan!" Sean memohon padaku.
Setelah kami berdua putus, aku memang tidak ingin bertemu dengannya sama sekali. Aku telah memblokir semua akses, agar dia tidak bisa menghubungiku.
Aku sedang dilanda dilema yang besar sekarang. Kalau aku mengiyakan ajakannya, dia pasti akan merasa besar kepala dan akan membuat pembelaan atas perbuatannya padaku 4 bulan yang lalu. Tapi kalau aku menolak, dia tidak akan berhenti menggangguku.
"Please Nad, you do know that there's always two sides to a story" Sean yang bermulut manis ini mulai merayuku.
Dia memang masih berhutang banyak penjelasan padaku. Mungkin dengan pertemuan kita kali ini, setidaknya aku dan Sean bisa sedikit mengangkat beban yang ada di pundak kami.
"Tapi kamu harus janji, setelah kita bicara...jangan berani ganggu hidupku lagi! Dan apabila kita bertemu di lain tempat, anggap saja kita berdua seperti orang yang tidak saling mengenal" kataku dengan ketus.
"Tapi Nad.."
Belum selesai Sean melanjutkan ucapannya, aku langsung memotong, "Iya atau enggak?"
"Apa kamu tidak mau mendengar penjelasanku terlebih dulu? Kamu pasti berubah pikiran nanti.."
"Kamu terlalu bertele-tele Sean" ucapku sambil beranjak pergi karena mulai jengah dengan Sean.
Namun dengan cepat, dia menahan tanganku, "Okay..aku cuman butuh kamu untuk mendengarkan aku kali ini saja. Ayo kita masuk ke resto ini!" ajak Sean.
***
"Aku masih mencintai kamu Nadine."
"Uhuk...uhuk..." aku yang sedang meminum jus jambu langsung tersedak mendengar ucapan Sean yang frontal itu.
"Pelan-pelan Nad minumnya," Sean menyodorkan sekotak tisu padaku.
"Kamu ngomong apa sih Sean! Jangan main-main.." aku menatap Sean dengan tajam.
"Aku enggak main-main Nad! Tatap mataku dan kamu bisa melihat kalau aku serius. Buat apa aku bercanda soal ini. Aku masih mencintai kamu!"
"Jujur aku enggak ngerti apa yang ada dipikiran kamu sekarang! Kita baru ketemu lagi setelah 4 bulan...dan secara tiba-tiba kamu bilang masih cinta? Untuk apa? Kata-kata cinta dari kamu itu enggak akan mengubah apapun!"
"Aku enggak menginginkan perjodohan itu Nad, aku enggak mau menikah sama Gadis, aku maunya kita balik lagi kayak dulu...kamu dan aku!"
Jadi nama wanita yang aku pergoki sedang berciuman dengan Sean 4 bulan yang lalu adalah Gadis.
"Sean, semuanya udah berakhir. Tentang kamu dan aku..kita udah selesai. Kamu sudah dijodohkan sama orang tua kamu dengan wanita yang bernama Gadis itu, dia pilihan mama kamu kan? Turuti aja permintaannya" jelasku panjang lebar pada Sean.
"Tapi aku enggak bisa Nad, aku cuman mau kamu! Apa kamu menyerah mendapatkan restu mama? Kita bisa backstreet Nad..!" Sean belum menyerah.
"Kapan aku pernah menyerah? Selama 4 tahun kita bersama, aku selalu mempertahankan cinta kita walau tanpa restu dari mama kamu..aku bahkan rela untuk tahan menerima cibiran keluarga kamu yang enggak pernah ada habisnya..."
"...kamu selalu menuntut aku untuk mengambil hati mama, tapi aku sendiri enggak pernah melihat usaha kamu. Aku yang berjuang sendiri, meski aku lelah..aku tetap berusaha bertahan."
Aku menjeda ucapanku sebentar karena tak terasa air mata sudah jatuh mengalir di pipiku.
"Sampai suatu ketika...aku datang ke perusahaan kamu, dan aku melihat...aku lihat kamu dan wanita itu sedang berdua bermesraan, kalian bahkan berbuat..." aku tak kuat meneruskan ucapanku. Rasanya sakit sekali saat mengingat kenangan buruk itu.
"Nad, kejadiannya bukan seperti itu!" Sean mengelak.
"Tapi yang aku lihat seperti itu Sean! Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu terlihat menikmati saat menyentuhnya."
Sean refleks memegang tanganku, "Dia yang memaksaku Nad, aku enggak bereaksi apa-apa saat itu. Aku diam karena aku bingung harus apa!"
"Jangan melimpahkan semua kesalahan pada wanita itu. Perselingkuhan itu terjadi karena adanya dua belah pihak. Dia memang merayu kamu, dan kamunya mau. So it's vice versa!"
"I'm truly sorry Nad, I was so stupid...and I didn't know what to do at that time."
(Aku benar-benar minta maaf Nad, aku sangat bodoh ...dan aku enggak tahu harus berbuat apa saat itu)
"Apapun pembelaan kamu, aku enggak butuh. Dan tolong, jangan berani-beraninya kamu berkata kalau aku menyerah Sean. Kamu sendiri yang menyerah akan hubungan kita."
Mata Sean berkaca-kaca menatapku. Aku bisa melihat penyesalan yang besar dalam dirinya, tapi aku tidak akan terbuai oleh hal itu. Disaat aku mengucap kata putus, aku tidak akan menariknya kembali. Keputusanku sudah bulat!
"Sesuai kesepakatan kita sebelumnya, kamu jangan pernah ganggu aku lagi. Aku permisi."
Aku pun bergegas meninggalkan Sean dan meletakkan selembar uang diatas meja untuk membayar jus jambu yang kuminum tadi. Sean masih berteriak memanggilku dari belakang, tapi aku tidak perduli. Aku benar-benar sudah tidak tahan..melihat wajahnya hanya akan menambah luka bagiku.
Semuanya berakhir.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments