AUTHOR POV
Kecemasan yang dirasakan oleh Nadine bukan tanpa alasan. Ayah dan kakaknya memang sedang menghadap masalah besar saat ini. Mereka sedang dilanda kepanikan karena seseorang yang datang dari masa lalu Harun telah kembali. Seseorang yang berpotensi membawa kehancuran, yang dengan mudahnya bisa mengancam keberlangsungan hidup Harun beserta kedua anaknya.
Pikiran Harun saat ini hanya terfokus pada keselamatan Nadine. Dia terus berpikir bagaimana cara untuk melindungi putri kecilnya itu agar jauh dari marabahaya. Hal yang sama dirasakan juga oleh Nathan, meskipun dirinya juga terancam..tapi dia lebih mementingkan Nadine terlebih dahulu sebab Nadine tidak mengerti apa-apa perihal ini.
"Gimana Nath? Adikmu apa sudah ditelpon?" tanya Harun pada Nathan.
"Sudah Ayah, ini barusan dia chat aku. Katanya dia akan pulang bersama Kelvin, teman satu kantornya itu."
"Syukurlah, lebih baik begitu saja! Ayah tidak akan tenang kalau dia pulang sendirian, mengingat situasinya seperti ini." Harun lega setelah mendengar Nadine yang akan pulang diantar oleh Kelvin.
Sejak pertama kali Nadine mengenalkan Kelvin pada Harun dan Nathan, dia sudah percaya dan yakin kalau Kelvin itu anak baik-baik. Harun bersyukur putrinya memiliki teman yang tulus.
"Ayah, kita harus segera mengambil langkah untuk mengatasi masalah ini. Jangan sampai terlambat, aku takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan! Apalagi kalau sampai Nadine tahu, bisa bahaya."
"Iya Nath, orang yang kita hadapi kali ini tidak sembarang orang. Bukan tidak mungkin suatu saat dia akan berbuat nekat agar tujuannya bisa tercapai. Apalagi mengancam Nadine, yang tidak tahu apa-apa..ayah jadi takut!" raut kekhawatiran nampak jelas di wajah Harun.
"Ayah tenang aja, aku pasti akan jagain Nadine dan mencari jalan keluarnya. Kita hadapi ini bersama."
Harun menghamburkan pelukannya ke Nathan sembari mengusap punggung putranya itu. Cukup lama mereka berpelukan erat, setidaknya hal ini bisa meringankan beban keduanya untuk sementara.
Sungguh, Harun merasa tersiksa karena masalah ini. Andai dia bisa kembali ke masa lalu, dia ingin mengubah semua yang sudah terjadi. Tapi sayangnya itu tidak bisa..nasi sudah menjadi bubur. Rasa sesal pun menggerogoti Harun.
Tidak seharusnya dia pernah terjerumus ke dalam dunia gelap di masa lalu. Akibatnya, nyawa kedua anaknya jadi terancam di masa depan.
"Ayah hanya titip satu pesan ke kamu Nath...kalau nanti terjadi apa-apa, jaga Nadine ya! Lindungi dan sayangi dia dengan segenap hati. Meski dia bukan anak kandung ayah dan bukan adik kandung kamu...tolong untuk tetap bersamanya!" Nathan cukup kaget mendengar ucapan Harun.
Tidak biasanya sang ayah bersikap aneh seperti ini. Setiap ada masalah, mereka dengan cepat bisa menemukan jalan keluarnya. Tapi baru kali ini, Nathan melihat ayahnya memiliki kekhawatiran yang berlebih. Kata-katanya barusan terdengar seperti orang yang mengucapkan salam perpisahan.
***
Di lain tempat, Adrian baru saja selesai mengecek dan menandatangani berkas-berkas yang sudah lama menumpuk di ruang kerja yang terletak di lantai 3 rumahnya.
Maklum, kepergian Adrian ke Barcelona selama dua minggu kemarin membuatnya harus meninggalkan beberapa pekerjaan untuk sementara. Alhasil semuanya harus dikebut sekarang juga.
Raymond, asisten Adrian yang sedari tadi duduk di sofa seberang juga masih berkutat dengan laptopnya. Dibalik itu, rasa senang menyelimuti dirinya. Beban yang dipikul selama atasannya pergi sudah teratasi. Jadwal meeting sudah kembali normal, kontrak kerja yang sempat tertunda juga sudah acc. Akhirnya dia bisa bernafas lega.
Tidak adanya kehadiran Adrian selama dua minggu benar-benar berdampak signifikan bagi Ray dan perusahaan. Walaupun Adrian lebih sering bekerja dibalik layar dan jarang menampakkan diri didepan rekan bisnis, setidaknya kalau ada Adrian..Ray jauh merasa lebih tenang. Sebegitu dahsyatnya aura dan karisma atasannya itu.
Biasanya tidak jadi masalah untuk Ray kalau harus ditinggal Adrian bepergian. Karena sebelum keberangkatan, biasanya Adrian sudah mem-briefing Ray terlebih dahulu apa saja job desc yang harus dilakukan.
Tapi pengecualian untuk klien ADRIAN CORPS yang terbaru ini, orangnya agak sedikit rewel dan susah diajak negosiasi. Itu sebabnya Adrian sampai harus turun tangan langsung agar proyeknya bisa cepat jalan.
"Ray, untuk kontrak kerja dengan Madis Group apa sudah kamu pelajari? Minggu depan kan ada rapat, harusnya semua sudah siap dari sekarang" tanya Adrian.
"Sudah pak, untuk materi presentasi bisa bapak cek di kotak masuk email, tadi pagi sudah saya kirimkan langsung."
Saat sedang asyik mengecek pergerakan saham perusahaan, Ray dikejutkan dengan pesan yang baru saja masuk di handphone nya. Perlahan dia membaca chat itu dari awal sampai habis. Setelah paham akan maksud dan tujuan sang pengirim pesan, dia melapor pada Adrian.
"Pak Adrian, mohon maaf saya menggangu sebentar. Ini pak, saya baru saja mendapatkan sebuah pesan yang kurang mengenakkan, ini juga berkaitan dengan bapak."
"Boleh saya lihat?" tanya Adrian yang meminta izin kepada Ray untuk melihat pesan itu.
"Silahkan, pak!"
Adrian mendadak kehabisan kata setelah membaca pesan singkat dari pengirim yang tidak diketahui siapa itu. Saking terkejutnya, matanya sampai terbelalak dengan mulut menganga. Dia tidak menyangka tentang apa yang baru saja dilihatnya.
"Saya harus akui, ini masalah yang cukup serius Ray. Ancaman ini jangan sampai kita remehkan, mereka sudah mulai bergerak."
"Apa yang harus kita lakukan pak untuk kedepannya?"
"Kamu beritahu pada tim IT kita untuk melacak nomor ini! Cari tahu siapa pengirimnya dan dari mana dia berasal. Saya maunya identitas yang lengkap! Dalam waktu 2 hari, harus beres. Saya sendiri sudah punya gambaran untuk alternatifnya."
"Baik pak, saya akan langsung infokan mereka."
"Satu lagi Ray, saya tidak mau hal ini bocor kepada orang-orang yang tidak berkepentingan. Jaga rahasia ini baik-baik! Dari rekan bisnis, media, keluarga saya..dan terutama papa. Tahu sendiri kan, asisten papa saya orangnya sangat detail dan cermat. Pastikan berita ini tidak terdengar sampai telinganya."
"Saya mengerti pak, apa ada lagi yang ingin ditambahkan?"
"Perketat pengawasan dan penjagaan untuk orang tua dan adik-adik saya. Tapi jangan terlalu mencolok, nanti mereka bisa curiga. Cukup awasi dalam diam tanpa harus terlihat." Adrian hafal bagaimana adik-adiknya itu, mereka cukup pintar untuk mengetahui bahwa mereka sedang diikuti atau diawasi.
Dengan sigap, Ray menganggukkan kepalanya. Dia langsung mematikan laptop dan bergegas pamit meninggalkan ruang kerja tersebut. Setelah mendapat perintah, dia mulai mengerjakan tugas yang diminta Adrian.
Adrian sendiri sudah memprediksi bahwa cepat atau lambat, hal ini pasti akan terjadi. Tidak ada ketakutan sama sekali dalam dirinya. Yang ada hanyalah rasa puas. Puas karena pada akhirnya sang musuh mulai mencuat ke atas permukaan setelah bertahun-tahun lamanya dia menunggu. Dia merasa seperti mendapatkan titik terang akan keberadaan sosok yang paling dibencinya itu, sosok yang meninggalkan trauma mendalam bagi dirinya.
Sebuah rencana untuk menghadapi musuhnya yang satu ini sudah disusun oleh Adrian secara matang, rapi dan sistematis. Untuk plan b, juga sudah disiapkan sejak jauh-jauh hari. Setiap hari, Adrian selalu memastikan bahwa segala sesuatunya harus berjalan sesuai harapan. Dia yakin kalau dia tidak akan gagal, dan sejatinya dia tidak mau menerima kegagalan. Dia benar-benar tidak sabar untuk membalaskan dendamnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments