Perjalanan menempuh pendidikan di perguruan tinggi ternyata ga semulus perkiraan Faqi. Apalagi jurusan bisnis dengan pelajaran ekonominya yang membuat pusing tujuh keliling karena banyak teori yang harus dipelajari. Walaupun dia menyandang bintang pelajar, itu dibidang eksak, bidang yang sangat jauh dengan yang sekarang dihadapinya. Mengejar sesuatu yang tidak disukainya adalah sesuatu yang berat. Tapi semangat untuk kembali ke tanah air dengan segera adalah impiannya.
Faqi bertekad untuk mendapatkan bekal ilmu yang cukup disini. Deretan tanggung jawab sudah menanti didepan mata. Bukan tidak ingin Haidar sehat kembali seperti sedia kala, tapi menurut diagnosa dokter, kalaupun sembuh dan sadar, tetap akan ada yang hilang dari diri Haidar. Dan pastinya akan sulit bagi Mas Haidar menjalankan tanggung jawab memimpin perusahaan sebesar sekarang.
Sebulan dalam kesendiriannya di negeri orang, membuatnya tersadar bahwa dia adalah anak lelaki yang menjadi satu-satunya andalan keluarga, menjadi tumpuan untuk menggantikan posisi Pak Isam di perusahaan. Ditambah sebentar lagi dia akan mempunyai "anak", pastilah makin besar motivasinya untuk bisa menjadi orang yang berhasil.
Sebagai perantau, banyak sekali tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh Faqi. Mulai dari sulitnya memahami materi kuliah yang terkadang harus dipelajari sendiri dengan bertanya dan mencari literatur di perpustakaan, menyelesaikan setumpuk tugas yang menguras waktu dan energi, serta berbagai ujian yang konon katanya berfungsi mengukur kedalaman pemahaman tentang materi yang sudah disajikan. Itulah bedanya kurikulum diluar negeri dengan Indonesia. Faqi merasakan banyak praktek mengungkapkan pendapat atas dasar teori dibandingkan harus menghapal teori semata.
Ditambah lagi, sejak awal menjejakkan kaki di negara orang, dia tinggal di dome (asrama) dengan kamar mandi bersama dan kamar tidur yang luasnya hanya setengah dari kamarnya di Jakarta. Makan pun harus bikin atau nyari sendiri, nyuci ditempat laundry koin, nyetrika baju untuk kuliah aja (baju rumahan hanya dilipat), nunggu jemur sepatu di rooftoop dome sambil ngerjain tugas kuliah di laptopnya. Bahkan bebenah dan ngepel kamar sendiri. Padahal dia bisa aja menempati Apartemen milik Pak Isam dan diberikan Asisten Rumah Tangga seperti Mas Haidar dan Mba Mentari, tapi dia harus menukarnya buat Nay. Tidak ada kemewahan lagi disini.
Bahkan kuliah pun harus berjalan kaki sekitar lima belas menit, kalo bangun kesiangan dia akan lari sekencang mungkin ke kampus. Makanya dia berencana minta dibelikan sepeda sama Pak Isam sebagai kado ulang tahunnya bulan depan. Ga perlu yang mahal, yang penting bisa ia pakai sehari-hari guna menunjang aktivitasnya.
🍒
Setelah dua bulan dalam kondisi koma, Haidar akhirnya siuman. Belum banyak bisa bergerak karena leher dan tangannya patah. Kenyataan pahit kembali ditelan keluarga Pak Isam, Haidar mengalami amnesia parsial, jadi ada ingatan Haidar yang hilang sebagian. Dia masih mengenali dengan baik keluarganya dan Anindya. Tapi ingatannya tentang Nay dan pekerjaan benar-benar musnah. Ada juga kisah masa lalu yang tidak bisa ia ingat lagi.
Mba Mentari pernah video call Nay dan ditunjukkan ke Haidar. Haidar ga ingat sama sekali siapa Nay dalam hidupnya. Nay hanya bisa menangis dengan kenyataan ini. Kalo sudah merasa down, biasanya Nay akan menghubungi Faqi untuk menumpahkan segala beban pikirannya.
Hingga empat bulan di Malaysia, kondisi Haidar makin membaik. Dia sedang menjalani terapi berjalan karena selama dia koma, praktis ga bergerak sehingga ototnya mengalami pengecilan. Anindya yang setia mendampingi.
Mba Mentari rencananya akan balik dulu ke Indonesia buat mengecek bisnis travelnya yang udah diujung tanduk akan gulung tikar karena tidak diawasi maka banyak karyawan yang melakukan penyelewengan dana.
🌺
Malam ini Nay sulit untuk tidur, kehamilannya menginjak usia empat bulan. Sudah mulai terlihat tonjolan di perutnya. Selama empat bulan pertama dia mengalami morning sickness tapi ga mengalami ngidam ingin sesuatu. Mungkin sang jabang bayi paham dengan kondisi sang Mama yang sendirian.
Beberapa kali Nay mencoba menghubungi nomer HP Haidar yang diberikan oleh Mba Mentari, tapi selalu tidak aktif, bahkan chat pun tak pernah berbalas. Hanya dari Mba Mentari dan Faqi lah, Nay tau perkembangan Haidar.
"Wanita bodoh... kamu ga akan pernah bisa menghubungi Mas Haidar lagi, dia punya saya dan selamanya akan jadi milik saya. Kamu boleh pernah memiliki hatinya, tapi sekarang semua sudah berubah, dia ga pernah mengenalmu... hahahha" Anindya tertawa bahagia sambil melihat HP Haidar, Anindya memblokir nomer Nay dan nomer-nomer yang ga dikenal agar ga ada akses dari siapapun ke Haidar tanpa sepengetahuannya.
Nay berbaring memandang kearah jendela, pemandangan malam yang indah sekali. Ia mengelus perutnya.
"Laki-laki yang kukira dapat melindungi dan mampu memberikan tanggung jawab justru menjadi orang yang paling menyakiti hidupku" ujar Nay bicara sendiri.
Perasaan Nay campur aduk, seharusnya ibu hamil ga boleh banyak pikiran yang membuat jadi stres. Setelah kepergian Mas Haidar ke Malaysia, meninggalkan luka yang begitu dalam, hampir tiap malam Nay menangis. Menyesali kebodohannya pun sudah terlambat.
Pak Isam memang memenuhi janjinya memberikan uang untuk Nay tiap bulan, usaha counter HP milik Faqi pun sudah ramai, bahkan sekarang ditambah jualan aksesoris HP juga. Tapi materi yang cukup untuk ia hidup aja terasa hambar. Andai saat ini dia sudah resmi menjadi istri Haidar mungkin ia akan menjadi wanita yang paling bahagia. Jangankan mengelus perutnya dan memberikan perhatian, bahkan Haidar pun ga tau kalo Nay sedang mengandung buah cinta mereka.
Disaat-saat seperti inilah, hanya Faqi yang bisa menguatkan hatinya agar mampu melawan kerasnya hidup ini. Faqi selalu memberikan semangat untuk Nay menata hati agar mampu bersikap tenang meski banyaknya cobaan yang hadir, serta harus bisa menghadirkan kebahagiaan ketimbang harus mengharapkan kebahagiaan dari orang lain.
"Mba ... Faqi akan selalu ada buat Mba" selalu itu yang Faqi ucapkan ke Nay.
🏵️
Mba Mentari hari ini akan kembali ke Malaysia, tukar jaga sama Anindya, karena Anindya akan balik dulu ke Indonesia buat mengurus butiknya yang udah dipercayakan ke karyawannya selama empat bulan terakhir.
Mba Mentari akan naik pesawat paling pagi yaitu jam 6.15 WIB. Cuaca memang ga bagus dari semalam. Pagi ini pun hujan masih mengguyur Jakarta tapi ga selebat semalam. Penerbangan tetap sesuai jadwal tidak delay. Pesawat sudah lepas landas lima menit yang lalu, tapi meminta ijin kembali untuk balik ke Bandara asal karena ada kerusakan pada salah satu baling-baling pesawat dibagian sayap akibat terkena sambaran petir. Pesawat memutar balik ke bandara. Hujan turun dengan lebatnya, ditambah kilatan petir yang menyambar-nyambar. Landasan pacu pesawat menjadi basah dan licin. Sehingga pilot kesulitan untuk mengemudikan laju kendali pesawat. Pesawat tergelincir lantaran runway (landasan) terlalu basah akibat guyuran hujan. Selain hujan lebat, kondisi angin yang terlalu kuat juga mempersulit pilot untuk mengendalikan pesawat. Segala daya upaya pilot sudah dikerahkan tapi pesawat masih meluncur bebas dan sayapnya mulai menabrak pembatas landasan pacu. Roda pun belum keluar sempurna karena macet. Ga lama kemudian ada kobaran api yang langsung terlihat tinggi. Pesawat tersebut bertabrakan dengan truk pengangkut avtur (bahan bakar pesawat) yang sedang melintas dan akan mengisi bahan bakar ke pesawat lain, jadi kondisinya masih full tank. Ga ada penumpang yang selamat termasuk Mba Mentari. Bahkan dari seratus tiga puluh lima penumpang berserta awak pesawat hanya ada lima jenazah yang bisa dikenali dengan kondisi masih utuh tapi sudah gosong. Korban yang lain sudah habis tak bersisa.
Pak Isam langsung menuju Bandara setelah mendapat informasi tersebut, ia ingin mencari informasi tentang putri satu-satunya yaitu Mba Mentari. Menurut manifest pesawat, nama Mentari Zahra Abrisam ada didalam salah satu penumpang di pesawat naas tersebut. Nay yang sedang menonton televisi kaget melihat breaking news pesawat yang terbakar.
Dia melihat ada nama-nama penumpangnya. Ntah kenapa tiba-tiba matanya tertuju pada satu nama di layar televisinya, Mentari Zahra Abrisam. Nay tambah yakin karena sebelum berangkat Mba Mentari mengirim pesan kalo dia akan kembali ke Malaysia untuk menjaga Haidar.
#Jaga kesehatan Nay .. ingat sekarang ada janin dalam tubuh kamu yang perlu kamu jaga. Pelan-pelan Mba akan bilang ke Haidar tentang kondisi kamu. Bersabarlah Nay, setelah hujan akan ada pelangi diujungnya#
itulah pesan Mba Mentari kepada Nay.
.
Nay langsung menghubungi Mba Gita untuk mengkonfirmasi berita tersebut. Mba Gita membenarkan berita tentang Mba Mentari yang menjadi salah satu korban di pesawat tersebut. Sekarang ini Mba Gita sedang bersama Pak Isam di Bandara. Tubuh Nay lemas seketika, tangannya bergetar sambil memegang HP.
"Nanti kalo ada berita lanjutan, Mba hubungi ya ... sorry sekarang Mba sibuk banget" ujar Mba Gita yang buru-buru menutup sambungan telepon.
Nay masih ingat bagaimana Mba Mentari membantunya mempersiapkan pernikahannya dulu. Walau baru beberapa kali ketemu, Mba Mentari mampu menjadi sosok seorang kakak yang baik dan menerima kondisinya. Apalagi sejak Haidar di Rumah Sakit, Mba Mentari lah yang memberikan video atau foto-foto perkembangan kesehatan Haidar kepada Nay.
🌺
Faqi sudah diberi kabar sama Mba Gita. Dia ga bisa pulang karena sedang ada ujian semester yang harus dilaluinya. Dengan kawan-kawan di PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Faqi menggelar sholat ghaib untuk para korban. Ucapan duka cita pun mengalir untuk kakak tercintanya.
"Rama .... kami semua turut berdukacita yang sedalam-dalamnya, semoga almarhumah diterima di sisi Allah SWT, diampuni segala dosanya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini" ucap ketua PPI di Inggris.
Sejak kuliah di sini, panggilan Faqi berubah menjadi Rama (diambil dari nama belakangnya Ramadhan) karena dalam bahasa Inggris, Faqi itu terbaca seperti **** (brengsek), akhirnya dari banyak saran-saran temannya, ia pun mengganti panggilannya demi kebaikannya juga.
.
Sore hari, Rama terdiam di taman kampusnya selepas ujian. Keping kenangan perlahan muncul. Kepergian Mba Mentari adalah sesuatu yang ga pernah disangka dan menyisakan luka yang nyata. Terakhir bertemu saat ia akan pamit berangkat kuliah. Nasihat, kasih sayang dan cinta yang selama beliau hidup tak pernah lelah selalu diberikan buat Rama. Masih teringat dalam kenangan, hari keberangkatan Rama ke Inggris, yang tak pernah disangka menjadi tatapan kenangan terakhir bagi Rama, lambaian tangannya ketika ia akan boarding pesawat akan menjadi cerita yang mengalirkan air mata. Nasihat di pagi itu sama sekali tak terbayang akan menjadi wejangan terakhir.
“Hati-hati di jalan. Jaga kesehatan, cepat lulus dan jadi kebanggan keluarga. Kamu pasti bisa jadi anak paling hebat yang Papi dan Mami miliki" menjadi nasehat terakhir Mba Mentari.
Selama ia kuliah pun, Mba Mentari yang selalu rajin menghubungi, paling ga seminggu sekali mereka bertukar kabar, itupun kebanyakan hanya seputar Haidar.
Mba Mentari selalu memberi semangat untuk terus berjuang menggapai harapan dan selalu berusaha membantu untuk mewujudkan semua impian Rama. Kepergiannya terlalu cepat meski sesungguhnya setiap manusia sudah punya waktunya sendiri-sendiri.
"Mba.... Aku rindu, sangat merindukanmu" ucap Rama sambil menatap langit cerah sore ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Arni 1705
ini yg jahat papinya anin atau aninnya sendiri.
2022-10-19
1
Sunny
baru ninggalin jejak lagi.....moga Rama bisa jadi kebanggan keluarga sesuai harapan mb Mentari 😭😭
2022-07-08
2
Azzam
nyesek😭😭😭
2022-07-04
1