Faqi masih berusaha mengajukan keinginan buat kuliah arsitektur ke Papinya, dia sadar bahwa ga punya biaya buat kuliah, jadi ga ada pilihan selain berdamai sama Pak Isam. Dia juga belum punya penghasilan buat menyokong mimpinya. Selama ini dia banyak meminta ke Mba Mentari dan Mas Haidar kalo Papinya ga memberikan uang. Biasanya Faqi mengalokasikan uang buat modifikasi motor, sebagai sebuah pengakuan jagoan dibalapan liar atau ikut nyewa mobil buat kebut-kebutan di sirkuit bahkan sekedar menghabiskan malam mingguan di tempat hiburan malam bersama teman sekolahnya (tempat bilyard ataupun cafe yang buka 24 jam).
Faqi bersekolah disebuah SMA Islam yang memakai sistem pendidikan Internasional. Banyak orang tua berduit yang menyekolahkan anaknya disini, dulu Haidar dan Mentari mengenyam pendidikan di sekolah Internasional tanpa embel-embel Islami seperti Faqi.
Faqi yang memilih bersekolah disini karena males sekolah di SMA negeri yang aturannya ribet dan teman SMP nya banyak yang lanjut disini. Dia ga sealim yang orang bayangkan, sama seperti teman lainnya, masih seperti anak muda metropolitan, hanya bedanya dia ga merokok dan memakai narkoba seperti kawannya. Pemikirannya masih sehat, karena hidup ga sekedar buat kesenangan hari ini, ada masa datang yang harus dia persiapkan.
Sekolahnya Faqi sudah terakreditasi baik, mendidik para murid untuk berpikiran maju, kreatif, inovatif dan berakhlak mulia serta mampu menerapkan kaidah-kaidah Islam yang ada pada diri mereka. Sekolah ini sudah berbasis kurikulum IB atau International Baccaulaureate yang bisa menyalurkan lulusannya untuk melanjutkan sekolah diluar negeri lebih mudah.
Ketika SMA inilah Faqi banyak berubah, dia bergaul dengan para anak-anak konglomerat yang hobi otomotif dan nongkrong di Cafe. Sudah langganan pula digeret ke Kantor Polisi dengan sederet masalah. Ikut ditangkap karena balapan liar, taruhan judi ketika pertandingan, adu jotos karena kekalahan saat ngetrack, digelandang karena berada di tempat bilyard yang menjadi tempat transaksi barang haram serta banyak kasus kenakalan remaja yang kurang pengawasan orang tua.
Faqi merasa nyaman bersama teman dibandingkan di rumah karena Papinya sama sekali ga peduli sama dia. Menyandang predikat anak yang menyebabkan Maminya meninggal dunia sepanjang hidup memang menyebalkan. Dikalangan teman sekolah, dia dijadikan pimpinan karena kenekatan dan solidaritasnya yang tinggi. Bagi mereka, uang ga masalah, tapi teman sejiwa dan sehati pemikirannya susah dicari.
Weekend ini, Faqi kembali membicarakan dengan Papinya, dalam hati dia berjanji kalo akan jadi pembahasan terakhir dengan Papinya. Haidar dan Mentari sudah siap berada dibelakangnya jika Papi ga membolehkan Faqi mengambil jurusan impiannya.
"Lupakan kuliah di Indonesia Faqi. Gita sudah mengurus semuanya. Minggu depan kamu berangkat buat ikut test di universitas tempat kakak-kakakmu dulu kuliah" ujar Pak Isam tegas.
"Pi... tolonglah, cukup Mba Mentari dan Mas Haidar yang menjadi penerus kerajaan bisnis Papi, toh mereka adalah anak yang sudah Papi patahkan mimpinya, biarlah Faqi menentukan jalan hidup sendiri. It's my dream" pinta Faqi.
"Selama masih mau nama kamu tercantum dalam kartu keluarga Papi, maka ucapan Papi mutlak harus kamu laksanakan" ujar Pak Isam makin membentak.
"Pi .. kami bukan robot yang bisa diatur sekehendak hati, kami ini anak Pi .. punya hak juga dalam keluarga" sahut Faqi yang akhirnya ikut naik darah.
"Mau jadi apa kamu ambil jurusan itu? jutaan orang diluar sana sibuk nyari kerja setelah kuliah, tapi kamu itu udah dipinang sama kerjaan. Papi heran deh sama kamu, ga pernah mau bersyukur atas keberuntungan ini" ujar Pak Isam.
"Pi... nanti coba kita bicarain lagi baik-baik. Ga elok berdebat kaya gini terus" cegah Mba Mentari mencoba meredam situasi yang makin ga enak buat didengar dan dilihat.
"Anak ini emang keras kepala. Coba Mba aja yang kasih nasehat. Kalo masih ga mau juga, suruh dia angkat kaki dari sini. Bisa apa dia diluar sana tanpa fasilitas keluarga" marah Pak Isam.
Pak Isam menuju kamarnya, Faqi sudah ga bisa menahan emosinya, dibantingnya gelas yang dia pegang.
"Gelas seperti itu bisa dibeli lagi, tapi kalo kamu kehilangan keluarga, kamu ga bisa cari gantinya" nasehat Mba Mentari.
"Papi egois ... Papi diktator" teriak Faqi masih ga terima keadaan.
"Mba sama Haidar bisa aja menyokong kuliah kamu, tapi Papi dengan segala powernya pasti akan bisa mematahkan hal itu. Terima dulu aja permintaan Papi, kalo udah lulus kuliah kaya Mba dan Haidar, bisa kok membangun impian. Benar kata Papi, bersyukur kamu terlahir dalam kondisi yang lebih dari kata cukup. Dunia ini ga seramah bayangan kamu, dunia nyata diluar sana itu keras" lanjut Mba Mentari.
Faqi dengan segala kemarahannya langsung masuk kamar dan membanting pintu kamarnya.
🏵️
Haidar janjian makan siang sama Anindya di restoran yang ga jauh dari butiknya Anindya, dia sudah tiba duluan dan duduk sambil memperhatikan menu, bersiap makan dengan tunangannya. Ga lama kemudian Anindya datang memasuki restoran. Setelah berbasa-basi saling sapa, mereka memesan makanan.
"Makin maju bisnis kamu Nin .. udah lumayan banyak artis yang make baju dari butik kamu" buka Haidar.
"Alhamdulillah Mas, ini kan atas masukkan Mas Haidar juga buat menjaga link sama artis, ya jadi bisa dipromoin lewat support busana buat film" sahut Anindya semangat.
"Saya udah balik lama Nin, bagaimana dengan rencana pernikahan kita?" tanya Haidar hati-hati.
"Gimana ya Mas ... ehmmm... bisa ga Mas Haidar bantu Anin buat bilang ke Papa, Anin masih ingin berkarier dan belum siap nikah dalam waktu dekat. Tau kan kalo sekarang lagi ribet-ribetnya ngurus bisnis yang lagi berkembang. Diposisi ini susah Mas buat meraihnya" pinta Anindya memelas.
"Kamu masih mau nerusin pertunangan kita?" selidik Haidar.
"Masih Mas, ga usah raguin deh besarnya cinta Anin ke Mas Haidar. Kan Mas tau kalo Anin udah jatuh cinta sama Mas Haidar dari SMP. Kalo kita nikah sekarang, nanti kita akan jarang ketemu, buat apa coba, status menikah tapi tinggal ditempat yang berbeda. Anin lagi mau bikin jaringan distro kaya factory outlet yang menjamur di Bogor itu loh Mas. Pengen buka deket-deket Kampus se Jabodetabek, model ready to wear yang ga terlalu mahal, ya konsep harga ramah buat mahasiswa. Mereka pangsa pasar yang bagus Mas" jelas Anindya.
"Butik kamu udah sekelas artis yang pake kenapa malah turun ke pangsa pasar anak mahasiswa?" tanya Haidar heran.
"Mas .. Anin tuh banyak kenal sama UMKM yang tersebar diberbagai tempat, kasian mereka ga ada tempat berjualan yang menambah nilai produk mereka, ya konsepnya memajukan UMKM juga lah Mas. Kalo ga kita-kita ya siapa lagi Mas? serbuan barang branded dan barang KW membludak dari luar negeri, padahal produksi dalam negeri kita ga kalah ciamik. This is my world Mas .. fashion itu udah kaya nafas Anin. Para UMKM terkesan harga mahal itu karena mereka ga dapat fasilitas yang memadai, semua modal sendiri, dari mulai pelatihan sampe menjual dengan harga tempat sewa yang mahal" jelas Anindya secara gamblang.
"Sebenarnya .. Mas juga punya tujuan ngajak kamu makan kali ini, waktu kita dinner kan ga jadi ngobrol serius karena kamu dapat telepon kalo Papa masuk rumah sakit. Selain ingin ketemu, Mas juga mau bilang hal yang sama. Mas pikir juga sekarang belum tepat waktu buat kita menikah. Secara Mas baru pulang dan kerja di perusahaan Papi, belum banyak memberikan sumbangsih ke perusahaan keluarga, masa udah nikah aja. Ya .. bisa dibilang klise sih, mau mengaplikasikan ilmu yang Mas dapat dibangku kuliah dulu. Mas juga mau nyiapin lini bisnis baru, supermarket lokal aja yang harganya kaya agen tapi lebih tertata rapih. Selama ini kan supermarket yang ada itu retail jaringan, punyanya orang-orang besar dengan modal yang ga kehitung. Mas mau buka lapangan pekerjaan buat banyak orang. Usaha Papi memang sudah banyak membuka lapangan pekerjaan, tapi Mas juga punya impian punya supermarket dari dulu" jelas Haidar.
"Bagus tuh Mas, kalo bisa nanti produk lokal makanan juga banyak yang bisa diajak kerjasama, nanti kita kasih pelatihan buat produksi yang sesuai standar keamanan produk makanan dan pengemasan yang menarik. Selama ini kan mereka lebih banyak menjual ditempat pariwisata atau jalan sekitar tempat wisata. Kayanya kita seserver nih Mas. Mau mengangkat perekonomian menengah kebawah" sahut Anindya sangat antusias.
"Berarti deal ya, kita tunda pernikahan kita" ucap Haidar.
"Deal ... setahun dari sekarang baru kita rencanain pernikahan, tapi jangan berpaling ya Mas, saling setia dan yang penting itu saling percaya. I love you to the moon and back" kata Anindya sambil tersenyum dan menggenggam erat tangan Haidar.
Haidar hanya bisa membalas dengan senyuman, walaupun senyumnya tampak datar. Hanya tangan Anindya yang menggenggamnya, sedang tangannya Haidar hanya diam.
Tampak sekali hubungannya timpang, sang wanita keliatan cinta, tapi yang lelaki antara mau mau ga mau.
🍒
Dalam perjalanan pulang ke rumah, Haidar menyetir mobilnya sendiri, padahal dia disediakan supir oleh Papinya, tapi lebih nyaman pulang pergi sendiri.
Anindya bawa mobil juga dan dikemudikan oleh supirnya, jadi Haidar ga perlu mengantarnya pulang. Mereka berpisah di parkiran restoran.
Haidar mengingat memory saat dia baru lulus SMA dan harus kuliah keluar negeri sesuai dengan keinginan Papinya. Sebelum berangkat, Pak Isam meminta Haidar mengikat tali pertunangan sama Anindya. Desakan keluarga Anindya dan Pak Isam, membuat Haidar ga ada pilihan selain setuju.
Tampak sekali saat itu Pak Isam amat sangat bahagia, semua rencananya berjalan lancar. Haidar mengikuti semua keinginan tanpa membantah bahkan tanpa perlawanan buat menolak. Sebagai ganjarannya, Pak Isam menghadiahkan sebuah mobil keluaran terbaru. Saat kuliah, hanya ketika pulang ke Indonesia aja dia memakainya. Mobil yang hingga kini belum dia ganti. Bisa dibilang mobil ini adalah wujud rasa terimakasih Pak Isam karena Haidar sudah mau mempererat persahabatan keluarga dengan keluarga Anindya.
Anindya sendiri adalah anak tunggal seorang milyarder ternama juga di Surabaya. Karena sudah dari kecil kenal keluarga Pak Isam, mereka tumbuh besar bersama. Hingga pada akhirnya muncul bunga-bunga cinta Anindya terhadap Haidar. Walaupun saat remaja, cintanya bertepuk sebelah tangan, Anindya ga pernah putus asa dengan penolakan Haidar, justru makin menjadi ia penasaran. Sebagai anak tunggal, semua yang menjadi keinginan akan selalu dipenuhi oleh orang tuanya, termasuk keinginan buat memiliki Haidar.
Entah apa yang orangtua mereka bicarakan, hingga pada akhirnya, Pak Isam dan Papanya bersepakat buat menjodohkan Anindya sama Haidar. Padahal saat membesar bersama, ga pernah terlintas buat menjadi besan.
Hingga detik ini pun, Haidar belum sepenuhnya mencintai Anindya. Cintanya pada Anindya hanya sebatas kakak pada adiknya. Haidar sudah mencoba belajar menerima kehadiran Anindya, tapi seiring waktu berjalan, dia masih ga mampu membuka juga relung hati terdalamnya buat terima Anindya.
Hampir sempurna, itulah gambaran sosok Anindya. Wanita cantik, modern, smart, energik, pola pikirnya jauh kedepan dan poin plusnya adalah kekayaan yang dia miliki. Lelaki mana yang ga silau dengan apa yang dimiliki Anindya. Gambaran hidup yang nyaris sempurna tanpa celah.
Sejak pertemuan Haidar dengan Nay, bayangan Nay lebih menarik dimata Haidar, bisa dibilang love at first sight, jatuh cinta sama Nay sejak pandangan pertama mereka bertemu. Inilah yang mendasari kenapa Haidar sampe ngotot menjadikan Nay sebagai Sekretarisnya. Haidar selalu ingin dekat dan mengenal Nay lebih jauh.
Mungkin orang diluar sana ga akan percaya kalo Nay adalah wanita pertama yang membuat Haidar jatuh cinta karena statusnya sebagai tunangan Anindya, orang akan menduga cinta Haidar dah mentok di Anindya sampe memutuskan bertunangan selepas lulus SMA.
Semakin dekat dan sering berbincang sama Nay, cintanya pun makin bertambah dan makinlah Haidar ragu melangkah bersama Anindya. Gejolak batin pastinya sangat besar didalam diri Haidar. Dia harus mengolah hatinya karena terjebak dalam situasi yang ga enak. Statusnya sebagai tunangan Anindya tapi hatinya tertuju pada Nay. Disimpan rapat-rapat rasa cinta pada Nay, cukup dia menikmati dalam hati aja rasa yang udah terlanjur timbul, toh Haidar bahagia menikmati cinta sepihak ini, walaupun ga mudah untuk menjalaninya. Siapa bilang kalo mudah saja mencintai tanpa memiliki, tapi ga sama Haidar, dia hanya mampu melihat, menyapa dan bercengkrama dengan Nay tanpa tahu bahwa Haidar menyukainya sejak awal berjumpa.
"Bisakah aku berhenti mencintainya secara diam-diam dan menemukan cinta yang juga mencintaiku?” tanya Haidar dalam hati, ia menarik nafas panjangnya sebagai tanda hatinya lelah buat menahan rasa ini.
Mencintai diam-diam adalah cara Haidar mencintai Nay dengan sepenuh hati, sekalipun tak melukai Nay, pada akhirnya justru Haidarlah yang lebih terluka karena Nay. Bagi Haidar, saat ia memutuskan untuk mencintai dalam diam, saat itu juga dia harus siap terluka dalam diam.
🏢
Keesokan harinya, Anindya datang ke Hotel tempat Haidar bekerja. Karena Haidar masih menerima tamu, dia menunggu di kursi tunggu tepat didepan mejanya Nay.
"Sekretaris baru ya ? biasanya Mba Gita yang jadi Sekretarisnya Pak Isam" sapa Anindya.
"Ya Mba" jawab Nay.
"Lama saya ga kesini, ternyata udah banyak karyawan baru. Mas Haidar ga pernah cerita punya Sekretaris baru, jadi saya anggap dia masih didampingi Mba Gita. Perkenalkan, nama saya Anindya, tunangannya Mas Haidar, panggil aja Anin" sapa Anindya.
"Ya Bu... saya Nay" jawab Nay sopan.
"Panggil Mba aja ya" pinta Anindya.
Keduanya berjabat tangan dan melemparkan senyuman.
"Pantes aja buru-buru mau tunangan, ceweknya berkelas" ujar Nay dalam hatinya memuji Anindya.
"Kamu tuh bodynya oke loh Nay, cocok banget kalo jadi model" lanjut Anindya.
"Bisa aja Mba, tapi memang saya sering ikut modelling belakangan ini, buat nambah penghasilan juga sih Mba" kata Nay malu-malu.
"Kebetulan saya punya butik, kalo kamu libur kerja, main deh ke tempat saya, ini kartu nama .. call me aja kalo butuh kerjaan" ujar Anindya sambil menyerahkan kartu nama butiknya.
"Makasih Mba Anin, kalo ada waktu, saya main kesana" jawab Nay.
Haidar mengantar tamunya keluar kemudian berjabat tangan tanda berpisah.
"Udah lama sampe sini?" tanya Haidar seusai mengantar tamunya.
"Belum lama, ya sekitar sepuluh menit lah" jawab Anindya manja sambil melingkarkan tangannya ke Haidar dan mengajak untuk berbincang didalam ruangan Haidar.
Haidar tampak kikuk karena Anindya bermanja didepan Nay.
"Mas... Sekretarisnya kapan-kapan Anin pinjam ya kalo ada fashion show, keanggunan khas wanita Indonesia banget, kebetulan kan sebentar lagi Anin mau keluarin fashion ready to wear dari kain-kain khas Indonesia, ada batik, ulos, tenun, ikat.. pokoknya etnik gitu deh. Kayanya dia cocok jadi salah satu model yang bisa dipake saat peragaan nanti. Banyak artis dan fashion stylist yang akan datang. Ya sebulan lagi deh, ini lagi sibuk nyiapin acaranya" cerocos Anindya.
"Bilang aja sama orangnya sendiri, itu mah urusan wanita" jawab Haidar yang memang ga pernah tertarik sama dunia fashion.
"Udah, tapi kita belum bicara lebih lanjut sih. Makanya Anin ijin dulu sama Boss nya. Namanya fashion show kan waktunya lebih ke weekend tapi ada persiapan sebelumnya, kalo misalkan dia ikut keluar kota pas hari kerja, Mas harus ijinin ya ... anggap aja sebagai bentuk dukungan Mas buat tunangan tercinta" rayu Anindya manja bergelayut dipundak Haidar.
"Tunangan tercinta?" seringai Haidar dalam hatinya.
Haidar merasa ga nyaman ada wanita yang nyender-nyender dipundaknya, apalagi ini ada di kantor, tempat bekerja bukan tempat bercinta.
"Anin... please deh jaga sikap kamu, jangan dekat-dekat kaya begini, ini kantor, malu kan kalo diliat orang, lagian apa penilaian mereka nanti kalo liat kamu kaya gini" protes Haidar sambil berusaha menjauhkan tubuhnya dari Anindya.
"Come on Mas... ga usah sok agamis deh, pergaulan diluar kan juga bebas, udah terbiasa dong melihat dan merasakan pelukan seperti ini" jawab Anindya makin merapatkan duduknya.
"Aninnnnn, saya emang ga taat menjalankan agama saya, tapi please jaga sikap kamu jangan kaya wanita murahan gini. Saya kan laki-laki, punya nafsu pastinya kalo terus kamu goda" ujar Haidar sambil berusaha melepaskan pelukan Anindya dan berjalan menuju kursi kerjanya.
Anindya malah makin menjadi, dia menghampiri kursi Haidar, kemudian duduk di pangkuan Haidar.
"Mas... dari kita tunangan, belum pernah Mas mencium bibir Anin, cipika cipiki pun hanya saat kita tunangan aja. Apa Mas ga suka sama wanita?" tanya Anin sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Haidar yang tampak resah.
"Aninnn... please... " jawab Haidar memelas.
Haidar malah makin khawatir pertahanannya jebol dan terjebak permainan liar Anindya. Tangan Anindya sudah melingkar dibahu Haidar, dia pun sudah menggeser tubuhnya hingga sekarang posisi Anindya memeluk sambil dipangku Haidar.
"Maaf Mas... saya udah ketuk pintu tapi ga dijawab, maaf..." ucap Nay yang kaget melihat adegan didepan matanya.
Bibir Anin berhenti saat akan melekat ke bibirnya Haidar karena kaget dengan teriakan Nay.
Nay buru-buru keluar dari ruangannya Haidar. Kemudian mengatur hati dan pikiran agar tetap jernih. Tadi Nay sudah mengetuk pintu berkali-kali, sampai Nay menunggu sekitar lima menit sebelum memutuskan untuk masuk ke ruangan Haidar.
Tapi sepertinya Haidar sedang ga fokus hingga ga dengar ketukan dipintunya.
"Anin... kenapa kamu kaya gini sih" protes Haidar yang langsung berdiri dan hampir membuat Anindya jatuh, tapi tangan kekarnya mampu menahan tubuh Anindya.
Ditahannya pinggang Anindya dan dibimbing hingga berdiri tegak kembali.
"Anin cuma pengen tau, Mas udah cinta belum sih sama Anin, ternyata empat tahun berlalu, Mas masih sama, masih dingin dan kaku seperti dulu. Kalo Mas ga mau melanjutkan pertunangan kita, baiknya Mas bilang ke orang tua Anin, daripada kita terjebak dalam cinta bertepuk sebelah tangan. Selama ini hanya Anin yang cinta sama Mas Haidar" ujar Anindya lirih penuh kecewa, mulai terlihat menitikkan air matanya sambil mengambil tas dan berlari keluar ruangan Haidar.
"Anin... bukan begitu maksud Mas ... Aninn.. Anin.." Haidar berusaha menahan kepergian Anindya, tapi sia-sia aja, Anindya tetap memilih pergi dari Hotel ini.
Nay yang melihat Anindya keluar ruangan sambil menangis dan Haidar mengejarnya hingga depan pintu lift, hanya bisa duduk diam seolah ga melihat adegan yang baru terjadi didepan matanya.
"Nay, masuk ke ruangan saya, bawa dokumen yang tadi kamu bawa" perintah Haidar.
Nay masih terdiam terpaku, hingga Haidar mendekati meja Nay.
Haidar mengambil pulpen dan dijatuhkan tepat dihadapan Nay agar tersadar dari lamunannya. Nay langsung gelagapan karena kaget.
"Maaf Mas, saya sampe ga bisa berkata-kata melihat kejadian tadi, maaf ya Mas .. bukan ga sopan, tapi urgent ada telepon dari cake shop yang akan membuka tenant serta jadi rekanan buat acara yang diadakan di Hotel. Pihak sana mau berbincang dan kenalan sama Mas Haidar, karena sebelumnya hanya kenal Pak Isam aja" jelas Nay.
Haidar masuk ke ruangannya.
Gak lama kemudian Nay menyusul masuk ke ruangan Haidar dan langsung meletakkan dokumen diatas meja. Nay masih berdiri didepan meja menunggu instruksi selanjutnya dari Haidar.
"Duduk dulu Nay, kamu ga lagi upacara yang mengharuskan berdiri terus" ucap Haidar.
"Iya Mas" jawab Nay sambil menggeser kursi buat duduk.
"Apa yang tadi kamu liat ga seperti pikiran kamu Nay" jelas Haidar sambil membuka dokumen.
"Maksud Mas apa ya?" tanya Nay ga paham.
"Kamu pasti mengira saya atasan yang brengsek, yang gampang bercinta dengan wanita" ujar Haidar.
"Maaf Mas.. apapun yang Mas lakukan ga perlu dijelaskan ke saya, itu terserah Mas aja. Tapi saran dari saya, jangan lakukan di kantor lagi. Untung tadi saya yang masuk, kalo orang lain yang masuk gimana?" ucap Nay dengan polosnya.
"Saya pun belum pernah mencium bibirnya, memeluknya pun bisa dihitung jari, itu juga pas momen spesial aja. Ya merasa belum nyaman aja melakukannya" lanjut Haidar.
"Maaf sekali lagi Mas, saya hanya Sekretaris. Jadi ga perlu menjelaskan apapun ke saya. Itu hak Mas" jawab Nay yang makin ga enak hati terjebak dalam situasi seperti ini.
"Saya hanya ingin kamu ga mencap saya sebagai laki-laki yang ambil kesempatan diatas wanita. Walaupun saya ga taat beribadah, tapi saya masih sadar batasan hubungan dengan lawan jenis" jelas Haidar lagi.
"Sepenting itukah sampe harus dijelaskan sedetail ini?" tanya Nay balik.
"Pertanyaan yang cerdas Nay, saya hanya ingin kamu tau saya lelaki yang baik ... hanya itu aja, ga ada alasan lainnya. Dan penilaian kamu terhadap saya itu sangat penting" jawab Haidar.
"Hubungan kita hanya rekan kerja Mas, atasan dengan bawahan, saya rasa ga ada hubungannya tentang penilaian saya secara pribadi terhadap hidup Mas. Yang penting selama kita bekerja, Mas bisa memperlakukan saya secara profesional. Jadi atas dasar apa sampe saya harus tau tentang apa yang Mas lakukan?" ucap Nay to the point.
Haidar agak kaget dengan perkataan Nay.
Dalam hati Haidar berkata,
"karena aku ga mau kamu salah paham, aku mencintaimu ... bukan Anin"
"Ya kan udah bilang, biar kamu tau aja kalo atasan kamu ini bukan playboy, jadi kamu bisa nyaman kerja dan ga khawatir saya macam-macam sama kamu" jawab Haidar buru-buru buat menutupi rasa kagetnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Muhammad Dimas Prasetyo
lanjutkan mimpi mu faqi dan mas Haidar kejar terus wanita impianmu.
2022-06-03
2
☘️ gιмϐυℓ ☘️
Haidar takut turun harga dirinya, apalagi sampe dicap sbg playboy, makanya mati2an ngebela diri 🤭🤭🤭
2022-05-31
2
Sunny
kalo faqi berontak masalah kuliah..Haidar kedepannya kayaknya berontak soal jodoh deh.....itulah penerawangan saya 😂😂
2022-05-27
3