Gita memasuki ruangan Haidar karena tadi dipanggil masuk kembali.
"Kedepannya tolong saya dibantu ya Mba" pinta Haidar.
"Siap Pak" jawab Mba Gita dengan tersenyum lebar.
"Oh ya... jangan panggil Bapak. Panggil aja Mas... saya kan masih muda" kata Haidar.
"Baik Pak.. eh Mas.." sahut Gita lagi.
"Oh ya Mba ... tadi yang jadi MC siapa ya? Biasa jadi MC disini? keliatan Mba akrab sama dia" tanya Haidar penasaran.
"Namanya Nay... receptionist di Hotel ini Mas. Biasa jadi MC diacara yang diadakan disini, kerjaan sambilannya Mas" jawab Gita.
"Udah lama dia kerja disini?" selidik Haidar.
"Baru bergabung tiga bulan ini. Dari outsourcing yang kerjasama dengan Hotel ini, tapi kalo Mas mau lebih jelas tentang status karyawannya saya bisa panggil manager HRD kesini" tawar Gita.
"Oke, tolong panggil manager HRD kesini sekarang ya" pinta Haidar.
"Maaf Mas sebelumnya, memang Mas ada apa ya sampai penasaran sama Nay? mau jadikan dia apa Mas? kok buru-buru mau ketemu pihak HRD" tanya Gita penasaran.
"Kayanya saya udah ketemu orang yang cocok buat dijadikan Sekretaris" jawab Haidar sumringah.
"Maksudnya Nay akan Mas rekrut jadi karyawan disini dan jadi Sekretarisnya Mas?" ujar Gita kembali mempertegas hal ini.
"Betul sekali, keliatannya dia smart, skill komunikasinya juga bagus, secara penampilan juga okelah. Masuk dalam kualifikasi yang saya butuhkan" jawab Haidar.
"Yang Mas nilai tentang Nay, bisa dibilang saya setuju, tapi apa Mas ga lapor dulu sama Pak Isam buat perekrutan ini?" tanya Gita.
"Papi udah mempercayakan Hotel ini ditangan saya, jadi segala kebijakan dan sebagainya jadi tanggung jawab saya, termasuk pemilihan karyawan yang saya butuhkan" kata Haidar.
"Gapapa seperti itu Mas? saya khawatir Pak Isam kaya dilangkahi, selama ini semua pasti atas persetujuan beliau" papar Gita.
"Mba Gita dengar kan tadi Papi bilang kalo segala kebijakan dan operasional Hotel ini sudah berpindah ke saya .. jadi ya apa yang saya inginkan itu yang saya dapat" tukas Haidar tegas.
"Baik Mas .. saya mau hubungi Manager HRD nya dulu" ucap Gita.
🍒
Selang sepuluh menit kemudian, Manager HRD memasuki ruangan Haidar, mereka tampak berbincang serius, pada intinya Haidar ingin Nay di test buat menjadi sekretarisnya. Haidar perlu profil dia secara keseluruhan dari kacamata pihak HRD.
Menurut catatan yang ada dipihak HRD, kalo Nay adalah lulusan SMK perhotelan, prestasinya lebih banyak di dunia modelling karena postur tubuhnya sangat menunjang, dengan tinggi 170 cm dan berat badan hanya 45 kg membuat dia sangat terlihat tinggi langsing. Semua pengalaman kerja sebagai receptionist selama dua tahun belakangan.
"Kalo memang dia memenuhi persyaratan psikotest sebagai sekretaris saya, segera Bapak hubungi pihak outsourcing buat mengurus statusnya dia pindah sebagai karyawan Hotel ini" harap Haidar.
"Baik Pak" jawab Manager HRD.
"Hari ini Bapak siapkan testnya, jadi besok udah bisa test, berapa lama saya bisa dapat hasil testnya?" tanya Haidar.
"Tiga hari setelah tanggal test Pak" jawab Manager HRD.
"Oke .. sekarang silahkan HRD memberikan info ke yang bersangkutan untuk ikut test sebagai Sekretaris besok, sekaligus mengatur jadwal kerja dibagian front office" perintah Haidar.
"Baik Pak, apa masih ada yang bisa dibantu lagi?" tanya Manager HRD.
"Cukup Pak, terima kasih" jawab Haidar.
🏵️
Seminggu berlalu Haidar menjadi pimpinan di Hotel ini, banyak yang sudah mulai dipelajari oleh Haidar dengan cepat. Nay pun sudah resmi menjadi Sekretarisnya Haidar mulai hari ini.
Sesuai penilaian dari pihak HRD dan feeling seorang Haidar, Nay terlihat sangat cekatan sekali menjadi Sekretaris, tipe cepat belajar. Banyak karyawan yang kasak kusuk dengan kenaikan jabatan Nay secara tiba-tiba.
Bagaimana ga heboh beritanya status Nay menjadi Sekretaris seorang direktur yang masih muda dan menjadi idola baru, terlihat baik pula. Hampir seluruh karyawan ngiri dengan keberuntungan nasib Nay. Tapi ada juga segelintir karyawan yang curiga sama Nay, banyak yang menduga kalo Big Boss baru ini udah jatuh cinta sama Nay.
Nay mencoba menepis semua berita miring tersebut, dia tetap makan siang bareng teman-temannya dibagian resepsionis yang udah enak komunikasinya.
Haidar pun tipe Boss yang ga rewel, bahkan buat makan siang hanya minta disiapkan di ruangannya aja. Hidangan apapun dia suka. Haidar memang mulai terlihat workaholic (gila kerja) seperti Pak Isam. Haidar jarang terlihat keluar ruangannya, bahkan sekedar untuk makan siang.
"Selamat bergabung Nay, nanti Mba Gita yang akan kasih tau semua job description kamu" sapa Haidar.
"Baik Pak" jawab Nay lembut.
"Udah saya bilang kan kalo panggil Mas aja, saya ga mau dipanggil Bapak di Hotel ini" pinta Haidar.
🏠
"Assalamualaikum..." sapa Faqi yang baru pulang sekolah, hari ini adalah hari terakhir Ujian Nasional (UN).
"Waalaikumsalam.. gimana UN nya Faqi?" sahut Mba Mentari yang lagi duduk santai di ruang keluarga.
"Alhamdulillah Mba... legaaaa, finally kelar deh SMA" jawab Faqi sambil menjatuhkan tubuhnya di sofa dan menyenderkan kepalanya penuh kepenatan.
"Yakin lulus nih? baru juga selesai UN kok ngomongnya udah kaya selesai pengumuman kelulusan" kata Mba Mentari sambil becanda.
"Mba meragukan otak adik bungsumu ini? tenang aja Mba, sekedar lulus mah pasti, tapi ga tau deh nilainya.. hahahaha" sahut Faqi santai.
"Mba bukan meragukan kemampuan kamu, diantara kita bertiga, justru otak kamu yang paling encer. Buktinya undangan masuk perguruan tinggi negeri udah kamu dapetin kan? sesuai sama jurusan dan kampus yang kamu mau" sahut Mba Mentari mengusap kepala adiknya yang sekarang tersandar di bahunya.
"Mba... sampe kapan ya Papi ga pernah anggap Faqi ada?" tanya Faqi mulai sedih.
"Faqi... semua butuh proses, sekarang kamu kan udah dewasa, coba deh kamu mulai berubah buat lebih nurut ke Papi, jangan berlawanan pandangan mulu sama Papi, curi hatinya, pasti nanti Papi akan melirik kamu. Mana ada orang tua yang ga sayang sama anaknya, sekarang Papi hanya masih dibawah bayang-bayang kesedihan kehilangan Mami saat melahirkan kamu dan segala kepusingan yang kamu kasih selama ini. Masa langganan ke kantor polisi tiap bulan, emang kamu ga malu apa?" nasehat Mba Mentari.
"Namanya juga anak muda Mba" jawab Faqi.
"Mba sama Haidar juga pernah muda, tapi ga pernah tuh sampe urusan digelandang ke kantor polisi" ujar Mba Mentari.
"Cuma Mba Mentari dan Mas Haidar yang sayang sama Faqi. Papi, keluarga besar Papi dan Mami semua ga sayang sama Faqi. Masa Faqi harus menanggung sebuah takdir yang Faqi pun ga harapin. Mereka kan ga tau rasanya ga dapat ASI seorang Mami, apalagi dekapan hangatnya seorang Mami. Faqi mengenal Mami hanya lewat foto dan cerita. Bahkan nama panggilan pun memang sudah Mami siapkan. Kan ga gaul banget panggilannya Faqi, kesannya kaya anak baik-baik" ucap Faqi sedih.
"Faqi .. emang kamu bukan anak baik-baik? selama ini Mba dan Haidar tau kok kalo kamu cuma butuh perhatian. Teruslah bersabar, Mba dan Haidar akan selalu sayang sama kamu. Mba tau kok kalo Papi juga sayang banget sama kamu, tapi karena kalian sering berseberangan jadinya makin sulit buat kalian bisa duduk berdua dan saling komunikasi dengan baik" ujar Mba Mentari.
"Mba.... apa Mba dan Mas Haidar ga pernah nyesel udah mengubur impian pribadi demi ambisi Papi? menjadi deretan pewaris bisnis Papi? melupakan mimpi hanya demi sebuah kata balas budi" tanya Faqi serius.
"Balas budi? Apa seorang anak yang mengikuti keinginan orang tuanya itu disebut balas budi?" kata Mba Mentari.
Faqi mengambil gelas berisi ice lemon tea yang tergeletak di meja.
"Ini minum Mba .. kok malah kamu minum sih" protes Mba Mentari.
"Haus Mba... " jawab Faqi ringan.
"Awalnya Mba juga merasa berat, tapi seiring berjalannya waktu, semua terbayar kok. Toh sekarang Mba bisa membeli mimpi Mba.." kenang Mba Mentari.
"Mba kan ga bisa jadi pramugari seperti cita-cita Mba buat keliling dunia" sahut Faqi.
"Tapi kan sekarang Mba bisa keliling dunia menjadi tour guide, bahkan Mba punya biro travel sendiri sebagai wujud mimpi masa lalu Mba. Faqi... kadang memang buat mewujudkan mimpi, kita harus jalan berbelok-belok dulu baru bisa sampai diimpian kita yang sesungguhnya. Allah punya ribuan cara mengabulkan mimpi hambaNya" ujar Mba Mentari menyejukkan.
"Tapi mimpi Faqi jadi seorang arsitek kayanya akan sulit Mba, Papi bisa bayar ratusan arsitek yang dibutuhkan, Papi kan hanya butuh pewaris kerajaan bisnis bukan arsitek. Faqi ga bisa jadi businessman kaya Mas Haidar. Dunia Faqi itu lebih bebas, ga terstruktur dengan segala ***** bengek manajemen dibelakang meja. Yang duduk terperangkap dengan tumpukan data yang harus diperiksa, meeting sana sini yang bikin pusing kepala. Belum lagi tuntutan buat mengejar target perusahaan yang pastinya akan makin banyak tiap tahunnya. Ngurus diri sendiri aja rasanya udah ribet, apalagi ngurus banyak kepala" tukas Faqi.
"Banyak kok sekarang yang bekerja ga sejalan dengan jurusan kuliahnya. Kamu bisa jadi arsitek seiring sejalan dengan menjadi salah satu Direktur di Hotel atau Restoran yang keluarga kita miliki" kata Mba Mentari memberikan semangat.
"Sampai Mba pun harus mengorbankan rumah tangga demi mewujudkan keinginan Papi?" potong Faqi serius.
"Mba salah milih orang... Papi benar, kita harus cari pendamping yang setaraf dengan kita. Mantan suami Mba kan hanya karyawan rendahan di kantor Papi. Seorang cleaning service. Atas nama cinta, mata Mba tertutup. Mba nekat menikah tanpa restu Papi, Haidar yang dulu menjadi wali Mba. Rupanya hidup sangat sederhana ga cocok buat Mba yang sedari kecil hidup dengan segala kemewahan yang Papi berikan. Tinggal di rumah kontrakan sempit dengan fasilitas kelas bawah, naik kendaraan umum dan ga punya pekerjaan membuat Mba jadi depresi. Belum juga masalah keluarganya yang cuma tau sekedar uang. Emang harus ya anak cowo sepanjang hidup jadi sapi perah keluarganya?" jawab Mba Mentari enteng.
"Ga gitu juga konsepnya Mba. Sebenarnya your ex itu baik, ibadahnya rajin, sopan sama kita semua. Cuma satu kekurangannya, yaitu ga sederajat sama kita dan Mba udah termakan gosokan Papi buat mengakhiri rumah tangga Mba" lanjut Faqi.
"Tau apa sih kamu, saat Mba nikah kan kamu masih kelas enam SD, ga paham deh anak kecil tentang rumah tangga yang complicated" sahut Mba Mentari.
"Mba ga ingin menikah lagi? kan selama ini Papi banyak ngenalin lelaki ke Mba. Atau ga bisa move on dari ex husband yang sekarang dah punya istri lagi bahkan dua orang anak yang lucu-lucu" cecar Faqi.
"Usia Mba udah tiga puluh lima tahun, siapa yang mau coba? lagian kalo mau cari yang mapan melebihi Mba pastinya orang itu udah rumah tangga, amit-amit deh jadi pelakor" alasan Mba Mentari.
"Mba bahagia sekarang?" tanya Faqi meyakinkan.
"Bahagia ga bisa diungkapkan Faqi, cukup kita yang bisa merasakan" jawab Mba Mentari diplomatis.
"Mba.... Faqi mau tidur dulu ya, cape udah tiga hari begadang buat UN" pamit Faqi.
"Ya... istirahat sana, jangan lupa nanti makan ya, Mba nanti mau pergi dulu" ujar Mba Mentari.
Faqi menaiki tangga menuju kamarnya. Mba Mentari pun masih duduk di tempat yang sama, belum beranjak. Dia masih mencerna kalimat adiknya.
"Bahagiakah saya dengan kesendirian ini? Harta berlimpah, fasilitas mewah, usaha yang berkembang pesat bahkan memiliki tiga cabang di kota yang berbeda. Berjalan tanpa restu orang tua itu berat. Kalo buta karena cinta lagi gimana? kayanya terlalu sakit kalo nantinya mengalami perpisahan lagi" dalam hati Mba Mentari bicara sendiri.
Faqi meletakkan tas di meja belajarnya. Ga sengaja menyenggol foto almarhumah Maminya. Diambilnya bingkai foto tersebut, seperti biasa, hanya fotolah menjadi obat rindu akan kehadiran sang Mami. Memang selepas meninggalnya Mami, Papi ga berniat menikah lagi. Sudah pernah beberapa kali anak-anak dan keluarga Pak Isam dikenalkan sosok teman wanitanya, tapi selalu ga cocok pada akhirnya. Jadinya Pak Isam memutuskan ga pernah ada sosok pengganti Mami di rumah ini.
🏠
"Mi... Faqi udah selesai UN hari ini, saatnya Faqi membangun impian. Faqi udah diterima di jurusan arsitektur Mi... melalui jalur prestasi. Tinggal daftar ulang aja dan Faqi akan tinggal disana. Empat tahun lagi Faqi akan jadi arsitek Mi... Semoga mimpi Faqi ga terhalang restu Papi yang ingin semua anaknya menjadi penerus kerajaan bisnisnya" ujar Faqi sambil meletakkan foto Maminya kembali ke meja belajar.
Faqi melepaskan baju dan menuju kamar mandi buat membersihkan tubuhnya, setelah berganti baju, dia meletakkan kepalanya diatas bantal.
"Mi... jiwa Faqi cacat. Hati ini terluka, hanya bisa menangis disudut kamar setiap kali merindukan Mami. Ga ada orang yang tahu, karena Faqi simpan cerita lara ini dari siapapun. Yang orang lain lihat, Faqi tumbuh layaknya anak lainnya, selalu tersenyum dan baik-baik aja. Mi... Faqi selalu dapat juara di kelas. Berbagai pujian dan rasa bangga berdatangan. Tapi Faqi ga pernah bangga. Buat apa nilai-nilai ini? untuk siapa juara ini? Mami udah pergi dan Papi pun ga peduli sama semua yang Faqi capai" rutuk Faqi dalam hati.
Dipandanginya foto Mami tercinta.
"Alhamdulillah masih ada Mas Haidar dan Mba Mentari yang selalu ada buat Faqi. Mi... disaat anak lain memperlihatkan hasil terbaik ke orang tua mereka, disaat orang tua mereka datang ke sekolah.. Faqi hanya bisa melihat teman-teman diberi ucapan selamat, diberi pelukan hangat oleh orang tua mereka. Melihat itu seperti fatamorgana bagi Faqi. Mi... Faqi iri. Bahkan jurusan impian sudah menanti pun, Papi masih ga peduli... masih mau Faqi kuliah ditempat Mas Haidar dan Mba Mentari menuntut ilmu dulu" lirih Faqi bicara sendiri hingga akhirnya dia tertidur pulas.
🍒
"Nay, sore ini masih ada jadwal meeting atau tamu?" tanya Haidar saat Nay lagi mengantarkan berkas yang ia minta.
"Saya cek dulu ya Mas" jawab Nay sambil membuka ipadnya untuk mengecek jadwal.
"Sudah free, ga ada meeting lagi, tamu juga udah semua datang. Berkas yang perlu Mas periksa juga sudah ga ada" tambah Nay.
"Nay, tolong booking restoran XYZ buat saya dinner ya malam ini, sama tolong pesan buket bunga yang bernuansa pink" pinta Haidar.
"Ya Mas, dinner buat jam tujuh atau jam delapan?" tanya Nay lagi.
"Jam delapan aja, Anin masih sibuk kalo jam tujuhan, lagian Jakarta itu macet kalo jam pulang kerja" ujar Haidar.
"Baik Mas, akan saya siapkan tempat dan buketnya disana. Ada lagi yang perlu dipesan?" tanya Nay meyakinkan.
"Ga.. itu aja cukup. Kamu bisa pulang sesuai jadwal, ga perlu lembur" jawab Haidar.
Nay ga perlu bertanya siapa Anindya yang akan diajak dinner sama Haidar. Karena memang dia sudah tau dari Mas Alfan, kalo Haidar itu sudah bertunangan dengan seorang wanita. Semua karyawan di Hotel ini pun tau karena pertunangan dilaksanakan di Hotel ini empat tahun yang lalu.
"Oh ya Mas .. apa perlu ada greeting card di buket bunganya?" tanya Nay meyakinkan.
"Ga usah, nanti saya yang akan ngomong langsung" jawab Haidar.
🏵️
Mba Mentari dan Papi udah siap di meja makan buat makan malam. Bi Ipah mengetuk pintu kamar Faqi buat kasih tau kalo dia sudah ditunggu buat makan malam.
Faqi mencuci mukanya, kemudian menuruni tangga dan berjalan kearah meja makan. Ada Papinya dan Mba Mentari duduk disana.
Faqi duduk berhadapan dengan Papinya, dia mengambil piring. Mba Mentari menyendokkan nasi ke piring Faqi.
"Kata Mba Mentari, kamu mau tetap nekad ambil arsitektur, mau bikin apa kamu kuliah disana? Rumah Papi udah banyak, Hotel dan Restoran juga udah jalan, hanya tinggal meneruskan aja. Ga perlu bangun-bangun lagi. Lagipula kita bisa pakai jasa kontraktor buat ngebangun, ga perlu repot-repot kuliah arsitektur segala. Kelak gaji kamu sebagai pimpinan di perusahaan Papi itu bisa menggaji lima orang arsitek" ucap Pak Isam saat Faqi baru mau ambil lauknya.
"Tapi ini mimpi Faqi Pi.. passion Faqi disana. Faqi ga mau kuliah bisnis, percaya deh Pi, Faqi akan berjuang buat membanggakan Papi walaupun ga berada di perusahaan Papi" janji Faqi serius.
"Kuliah bisnis itu harga mati, sama kaya kakak-kakak kamu. Buat apa kerja sama orang kalo kita punya banyak perusahaan yang bisa diurus. Semua ini Papi bangun buat anak-anak Papi. Toh buktinya sekarang Mba Mentari dan Mas Haidar bisa kan mewujudkan mimpi pribadinya. Mba Mentari dulu mau jadi pramugari karena ingin keliling dunia, sekarang dia bisa keliling dunia bahkan bisa punya tour travel dan tiap dia mau pergi ya tinggal jalan aja berlibur kebelahan dunia mana pun. Mas Haidar juga gitu, walaupun dia baru pulang kuliah, tapi mimpinya punya bisnis retail supermarket akan segera terwujud. Sekarang Papi lagi menggojlok dia dulu dibisnis Hotel. Supermarket yang dia inginkan sedang dalam tahap mengurus perijinan dan dua tahun kedepan akan beroperasi supermarketnya" tambah Pak Isam mencontohkan.
Mba Mentari dan Faqi hanya bisa makan dengan wajah tertunduk. Susah payah Faqi telan makanan yang ada dipiringnya. Situasi udah ga kondusif buat berbincang. Pak Isam tetap pada pendiriannya, demikian pula sama Faqi. Sebenarnya Faqi mau menyampaikan berita ini seminggu yang lalu, tapi Pak Isam ga pernah ada waktu buat berbincang. Makanya Mba Mentari yang berinisiatif buat cerita dan meminta kesediaan Pak Isam buat menyetujui rencana Faqi.
"Kamu udah ga ke sekolah lagi kan? mulai ikut Mas Haidar ke Hotel, belajar bantuin disana. Dibagian apa yang kamu mau aja pokoknya. Yang penting kamu dapat feel memiliki bisnis. Jangan sibuk sama geng motor dan balapan mobil ga jelas itu. Pokoknya kalo sekali lagi masuk kantor polisi, Papi ga bakalan menjamin kamu dan ngeluarin lagi. Terserah kalo mau membusuk di penjara" titah Pak Isam.
Mba Mentari dan Faqi masih mengunci rapat mulutnya buat berbicara, keduanya hanya mengunyah makanan yang masuk ke mulut. Malam ini bukan hidangannya yang ga sedap, tapi pikirannya Faqi yang rasanya udah engap. Pada akhirnya dia juga merasakan perasaan kedua kakaknya saat dipaksa melakukan hal yang Pak Isam inginkan. Keduanya ga berontak, entah kenapa hanya dia yang inginnya berontak.
Mba Mentari memberikan sepotong ayam bakar lagi ke piring Faqi.
"Makan yang banyak, ini kesukaan kamu kan?" ujar Mba Mentari.
Faqi diam aja dan melanjutkan makannya.
"Haidar kemana?" tanya Pak Isam.
"Tadi bilangnya mau dinner sama Anin, kan hari ini anniversary pertunangan mereka yang keempat tahun, ya mungkin mereka mau membicarakan hal penting Pi malam ini" jawab Mba Mentari.
"Semoga mereka bisa memutuskan buat segera menikah, Papi rasanya udah mau momong cucu, kan Papi udah ga ada kesibukan lagi. Semua akan diurus sama Haidar dan kamu Mba. Next akan dilanjutkan sama Faqi" ucap Pak Isam.
Mba Mentari batuk-batuk, Faqi segera mengambilkan segelas air putih dan diberikan ke Mba Mentari.
"Oh ya Mba ... untuk kelanjutan rencana buat bikin kerjasama dengan beberapa hotel di Bali, bahas bareng Haidar aja ya. Papi mau Haidar yang take over ini semua. Sekarang Papi mau main tenis meja lagi, ikut club kaya dulu. Sambil melebarkan koneksi. Tugas Papi sekarang itu menebar umpan, kalo ikan udah mendekat, ya tugas kamu sama Haidar yang memancing dan menyeroknya agar jadi keuntungan buat perusahaan kita" jelas Pak Isam.
"Pi .. kita bahas bisnis jangan di meja makan ya, nanti kita bahas di waktu jam kerja aja. Kalo waktu kaya gini lebih cocok ngomongin tentang keluarga aja" saran Mba Mentari.
"Apa yang mau kita bahas? ucapan Papi adalah hukum yang mengikat di rumah ini. Kalo ga mau nurut ... bersiap angkat kaki dari sini dan semua fasilitas akan dicabut. Papi ga main-main ya sama ucapan Papi. Kalo berani mencoba silahkan aja" kata Pak Isam tegas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Sutris Heppy
baru Nemu karya bunda .kesan di awal..sangat menarik
2024-04-29
1
Nani Rahayu
sukanya ma karya bunda ...kayaknya dikehidupan nya semua punya peran ...
2023-02-11
1
❤️⃟Wᵃf✰͜͡ᴠ᭄ᴇʟᷜᴍͣuͥɴᷤ✪⃟𝔄⍣⃝కꫝ🎸
Kisahmu penuh pilu & menyesek Faqi... kenapa takdirmu sungguh apes & menyedihkan
2022-10-15
2