Haidar mengantarkan Nay ke apartemen miliknya. Jadi sewaktu lulus kuliah, Pak Isam memberikan uang tiga milyar sebagai hadiah kelulusan, dulu Mba Mentari juga dikasih uang dua milyar saat baru lulus kuliah, kebetulan sekali ada kawan yang saudaranya butuh uang untuk biaya pengobatan keluar negeri, jadilah apartemen yang baru dibeli orang tersebut akan dijual. Haidar sangat tertarik dan harganya cocok. Jadi Haidar membeli apartemen seharga satu milyar dan sisanya dia belikan dua unit apartemen lagi ditempat yang sama tapi yang satu cash dan yang satu lagi secara kredit.
Apartemen yang dimiliki Haidar semua tipe studio, hanya terdiri satu ruangan saja yang mencakup semua fungsi mulai dari tempat tidur, dapur, area duduk, lemari dengan tambahan sebuah kamar mandi. Luasnya pun tidak lebih dari 30 meter persegi.
Setelah mengantar Nay masuk, Haidar turun kembali ke supermarket yang ada dilantai dasar apartemen untuk membeli semua kebutuhan yang pastinya diperlukan oleh Nay.
Sekitar empat puluh menit kemudian, Haidar kembali ke unit apartemennya.
"Nay .. ini Handphone dan nomer perdana. Kamu pakai ya. Kamu akan aman disini. Jangan pernah membuka pintu buat siapapun kecuali Mas. Nomer ini pun kalo bisa hanya Mas dan orang yang kamu percaya aja yang tau" instruksi Haidar.
"Ya Mas" jawab Nay yang masih tampak lemah dan cemas.
"Dilemari ada kaos dan training Mas yang bisa kamu pakai. Untuk kebutuhan wanita, kamu pesan online sekarang dan dialamatkan kesini. Kasih catatan titip Security. Pakai nama Mas aja. Nanti Mas transfer" tambah Haidar.
Nay pun memakai HP Haidar untuk memesan kebutuhan kewanitaan, kemudian Haidar mentransfer semua belanjaan Nay.
🌷
Seminggu berlalu dari kejadian kebakaran tersebut, seolah ada sesuatu yang ga wajar dalam peristiwa yang menimpa keluarga Nay.
Nay dan Haidar masih mencari informasi keberadaan adiknya yang masih belum pasti. Nay mencoba untuk menerima jika kedua orang tuanya dikabarkan sudah meninggal dan entah dimakamkan dimana karena ada yang mengambil jenazahnya. Nay masih berupaya dan berharap bisa mendapat kabar tentang adiknya. Selama ini dia berhubungan sama Bu RT via nomer di HP lamanya.
Dilokasi kejadian pun sudah tidak diketemukan lagi mayat yang lain selain orang tua Nay saat kejadian. Kemungkinan adiknya keluar malam itu pun adalah sesuatu yang ga mungkin, karena adiknya masih baru lulus SMP, pastinya jam sepuluh malam sudah berada didalam rumah. Inilah yang masih menjadi tanda tanya besar.
Setiap pulang kerja, Haidar selalu menyempatkan diri ke apartemen untuk menyapa Nay. Dia pun sengaja naik ojek online agar ga dikenali. Pernah juga dia menukar mobilnya sama mobil salah satu karyawan agar mengecoh jika ada yang membuntutinya.
"Mas... apa ga merepotkan saya tinggal disini dan Mas harus tiap hari bolak balik kesini? saya kan udah ga kerja ditempat Mas lagi" ucap Nay.
"Sssttt, ga usah kamu pikirin dulu Nay. Tenangkan diri kamu ya, kalo ada apa-apa bisa hubungi Mas. Oh ya.. ini terima dulu uang buat kamu makan. Nanti kalo kamu udah dapat kerja baru deh kamu bisa bayar ke Mas" kata Haidar.
"Ya Mas... makasih atas segalanya" ucap Nay pelan.
"Kalo mau belanja, kamu rada nyamar ya Nay, kan ada kacamata sama topi punya Mas dilemari. Kalo merasa ada yang ngikutin ya buru-buru ke unit ini lagi" tukas Haidar.
"Ya Mas" jawab Nay lagi.
Nay masih aja tampak terpuruk dalam kesedihannya.
🌺
"Pasti ini semua karena Nay .... NAY .... JANGAN PERNAH MAIN-MAIN SAMA ANINDYA ..." teriak Anindya histeris karena Haidar memutuskan pertunangan via telepon seminggu yang lalu.
Papanya lari masuk ke kamar Anindya.
"Anin... Anin ... tenang ... jangan kaya gini.. nanti Papa akan bicara sama Haidar. Mungkin Haidar lagi banyak masalah dan kalian bertengkar jadinya sama-sama panas" ingat Papanya Anindya.
🌷
Kali ini Haidar pulang lebih cepat karena ada meeting diluar, dia langsung memacu mobilnya ke apartemen untuk menemui Nay. Dia membelikan seloyang pizza untuk dinikmati bersama.
Ternyata hari ini Nay masak rujak kangkung dan tempe tepung. Haidar makan lahap sekali dengan hidangan sederhana seperti itu.
setelah itu mereka ngobrol, waktu menunjukkan pukul empat sore tapi sudah gelap karena mendung sudah menggelayut sejak satu jam yang lalu.
Haidar rencananya mau keluar dulu, mulutnya terasa asam karena belum merokok. Tapi diliatnya Nay masih sedih aja wajahnya.
"Salah satu bagian dari fitrah manusia yang akan menimbulkan perubahan dalam hidup itu kehilangan. Jangan larut dalam kesedihan Nay, hidup harus terus berlanjut dengan atau tanpa orang yang kita sayangi ada disisi kita" ujar Haidar yang menghentikan langkahnya dan kembali menghampiri Nay yang duduk di sofa kecil yang hanya muat untuk duduk berdua.
"Nay siap buat menghadapi berbagai macam masalah sehebat apapun itu, asalkan bukan kehilangan keluarga Mas... Nay ga sanggup hidup sendirian Mas" ujar Nay yang makin bercucuran air matanya.
"Nay.. kamu ga sendirian, ada Mas yang akan selalu ada bersama kamu. Mas janji.." ucap Haidar sambil mencoba memeluk Nay.
Nay tidak menolak, malah kini kepalanya rebah didada Haidar. Dekapan keduanya makin erat, mereka memang sama-sama memendam rasa cinta yang mendalam selama ini. Hingga bak saling tersihir suasana romantis dengan posisi apartemen di lantai paling atas (lantai 15), pemandangan dari jendela tampak makin gelap. Hujan yang sudah turun sejak dua menit yang lalu pun makin membuat keduanya enggan beranjak dari kehangatan saling berpelukan.
Haidar makin berani, perlahan dengan gerakan lembut mencium bibir Nay. Nay pun ga menolak dan merasakan sebuah perlindungan dari ciuman Haidar. Lalu intensitas ciuman tersebut menjadi lebih dalam dan panas. Dengan perlahan, Haidar mengisap bibir bawah Nay, menguasai situasi. Haidar mulai memegang tengkuk leher Nay untuk lebih mendekatkan keduanya, hingga tahap ini pun Nay tampak makin menikmati setiap sentuhan Haidar. Ditengah berciuman, Haidar melepaskan sebentar sambil menatap Nay dengan tatapan penuh cinta.
"I love u Nay....." bisik Haidar ke telinga Nay yang membuat keduanya makin melayang.
"Mas ... " panggil Nay lembut.
Belum sempat Nay berbicara, Haidar sudah kembali membungkam bibir Nay dengan bibirnya.
"Mas akan melindungi kamu Nay, walaupun harus berlawanan sama Papi. Kamulah wanita pertama yang menggetarkan hati Mas. Pertunangan Mas itu paksaan dan Mas udah memutuskan untuk tidak melanjutkan. Mas udah menyelesaikannya Nay" jelas Haidar sambil menempelkan hidungnya ke hidung Nay.
Jiwa Nay yang labil, membuat dia merasa nyaman ada sosok yang melindungi. Memberikan harapan hidup baru setelah seminggu hidupnya seakan terhempas ke lubang paling dalam.
"Mas ... Nay pun sayang sama Mas. Tapi Nay sadar diri siapa Nay" jawab Nay.
"Mau kamu menjadi pelengkap hidup Mas? Menjalani semuanya dari awal? di apartemen ini kita akan memulai hidup kita Nay. Mas janji, selepas ini akan ngomong ke Papi. Kalo Papi melarang, Mas akan meletakkan jabatan Mas demi kamu. Mas akan cari kerja lagi ditempat lain. Mas juga punya dua apartemen yang sudah lunas, bisa Mas jual buat kita modal usaha dan beli rumah sederhana" kata Haidar yang makin menyihir suasana.
"Mas ga takut kalo Pak Isam akan memisahkan kita dengan segala cara?" tanya Nay meyakinkan.
"Ga akan ada seorang Ayah memakan anaknya sendiri. Mungkin awalnya beliau akan marah, tapi kita harus terus berusaha Nay .. biar Papi bisa merasakan kekuatan cinta kita. Papi harus bisa menerima kalo kita ditakdirkan bersama" ujar Haidar.
Haidar makin mengeratkan pelukannya, kali ini Nay sudah mulai bereaksi dengan mengusap punggung Haidar. Keduanya pun saling berpagut tanpa jeda.
"Nay ... memelukmu seperti ini membuat Mas bahagia... amat sangat bahagia" ungkap Haidar lagi.
"Mas ... Nay pun merasa tenang ketika dekat sama Mas" sahut Nay sambil menyunggingkan senyuman.
Haidar menggendong tubuh Nay ke ranjang empuknya, diletakkan tubuh Nay perlahan, lampu utama dimatikan, hanya ada cahaya dari nyala lampu tidur disamping ranjang. Remang cahaya menambah keromantisan yang telah membuncah diantara keduanya.
Cinta dan kenyamanan membuat keduanya makin lupa daratan. Mereka melanjutkan berciuman diatas kasur dengan posisi tubuh Haidar berada diatas tubuh Nay. Haidar makin liar karena ga ada perlawanan dari Nay sedikitpun. ******* Nay yang mulai memburu, membuat Haidar makin terlena dengan suasana yang sudah makin "memanas".
Haidar mulai mencium seluruh tubuh Nay. Nay yang sudah mulai terpancing permainan panas dari Haidar pun mulai mengusap pipinya Haidar bahkan membalas mencium kedua pipinya Haidar.
"Sayang ... Mas ga bisa menahan lagi" bisik Haidar.
Nay tampak pasrah saat Haidar mulai menyingkap kaos yang dipakai oleh Nay. Tanpa basa basi, Haidar menikmati tubuh bagian atas Nay, tanpa malu pula Nay malah tampak makin menggoda Haidar.
Hingga sore itu terjadilah hubungan terlarang diantara keduanya. Dua insan manusia yang terbuai cinta, tanpa berpikir telah melakukan zina.
Entah berapa ratus kali ucapan "I love you, sayangku, cintaku" terlepas dari bibir keduanya. Bukan hanya sekali, tapi mereka melakukannya hingga nafsu setannya terlampiaskan.
🌺
Saat fajar mulai menyingsing, memancarkan sinarnya melalui celah tirai yang terbuka. Menyapa wajah Nay hingga terbangun.
Nay langsung meraih selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos tanpa busana memeluk Haidar dalam keadaan yang sama.
Punggungnya Nay mulai bergetar, tampaknya ia menangis. Haidar yang terbangun karena mendengar isak tangis Nay langsung memeluknya dari belakang.
"Mas akan menikahimu Nay, Mas akan bertanggung jawab atas perbuatan Mas semalam" janji Haidar.
"Tapi seharusnya kita ga melakukannya sekarang Mas. Seharusnya kita ga melakukannya Mas ..." tangis Nay makin menjadi didalam dekapan Haidar.
"Nay... Mas jatuh cinta padamu, begitu juga sebaliknya. Mas kini berjalan menuju cinta dan memilih setiap langkah bersamamu. Ga ada yang membuat Mas bahagia selain bersamamu sayang" ucap Haidar.
"Mas janji ya akan menikahi Nay... " pinta Nay.
Haidar membalikkan tubuhnya Nay kehadapannya. Merapihkan rambut Nay yang acak-acakan dengan lembut.
"Iya sayang... Mas akan menikahimu secepatnya, dengan atau tanpa restu Papi. Percayalah sama Mas" ungkap Haidar merayu.
"Bener ya Mas, Mas ga akan membuang Nay setelah menikmati tubuh Nay?" tanya Nay meyakinkan.
"Ga sayang.... Mas akan secepatnya mengurus semua hal, besok kamu hubungi keluarga yang kamu kenal, bilang ke mereka kalo Mas akan datang melamar" ucap Haidar sambil mengecup kening Nay.
"Mas .. Nay ga ada keluarga. Tapi ada teman orang tua Nay yang udah dianggap keluarga. Jadi kalo ada apa-apa, Nay pasti ke mereka" jelas Nay.
"Gapapa Nay .. yang penting kamu ada yang mendampingi" ujar Haidar.
Haidar kembali memeluk Nay.
"Jangan nangis lagi ya sayang. Sebentar lagi kita akan menikah. Kita akan jadi pasangan yang berbahagia" lanjut Haidar.
Haidar membimbing Nay untuk duduk dipangkuannya. Nay pun mengikuti apa yang Haidar mau kemudian mendekap tubuh Haidar. Wajah Nay mengarah ke wajah Haidar.
"Mas ... walaupun ini salah, tapi Nay merasa bahagia. I love you Mas Haidar" ucap Nay yang membuat Haidar kembali terangsang dan kembali menghujani kemesraan ke tubuh Nay.
🍒
Jam sebelas siang barulah Haidar masuk ke kantor. Hari ini Haidar tampak ceria sekali. Semua karyawan tentunya heran dengan sikapnya hari ini yang full senyuman.
Papi dan Mba Mentari yang sudah menunggunya sedari pagi di ruangan Haidar, saling bertatapan heran melihat keceriaan diwajah Haidar.
Sejak kejadian Haidar memutuskan pertunangan dengan Anindya, Haidar tampak muram dan diam seribu bahasa sama keluarganya.
"Seneng amat Bro... ada proyek goal nih" ledek Mba Mentari.
Haidar hanya menjawab dengan senyuman yang makin ia lebarkan.
"Kemana aja kamu .. ga pulang ke rumah" kata Pak Isam.
Mba Mentari menyenggol lengan Papinya.
"Ada apa sih Haidar? ada apa gerangan sama adikku yang tersayang ini" tanya Mba Mentari kepo.
"Nanti ya...." ujar Haidar sambil meneguk segelas air putih dihadapannya.
Mereka meneruskan pembicaraan bisnis. Tapi Pak Isam dan Mba Mentari makinlah bingung karena Haidar tampak bersemangat dengan rencana bisnisnya dan banyak ide yang mengalir deras dari mulutnya.
Faqi yang diminta Papi untuk ikut Haidar kerja, baru aja datang. Dia bersalaman dengan semua keluarganya. Kemudian duduk dihadapan Haidar yang masih senyum-senyum sendiri.
"Mas .. are you okay?" tanya Faqi heran.
Belum pernah Faqi melihat Haidar sebahagia ini. Bahkan sedari Faqi kecil hingga lulus SMA, baru kali ini melihat senyum Haidar yang selalu merekah. Bak melihat sebuah sosok baru, Faqi tentunya senang melihat hal ini, karena terlalu lama melihat Haidar dengan muka datarnya.
Rupanya Pak Isam sudah membuat janji dengan salah satu klien yang anaknya kuliah diluar negeri semua. Papi ingin Faqi mendapat channel buat kuliah keluar negeri dan punya semangat buat mencoba lagi.
Udah bisa ditebak kalo Faqi ogah-ogahan mendengar pembicaraan mereka semua. Dia ga sebodoh yang Papi kira. Saat test kemarin selama sebulan, ia ga hadir ketika test berlangsung dan malah memilih jalan-jalan menelusuri tiap kota di negara itu. Yang terlintas dalam pemikiran Faqi adalah bagaimana ia harus gagal dalam test jadi ga kuliah diluar negeri. Papinya ga tau kalo dia ga hadir saat test, karena semua pembayaran test sudah ditransfer oleh Mba Gita dan ada berkas-berkas diemailnya Mba Gita. Faqi berharap kalo dia gagal kuliah diluar negeri maka ga ada pilihan selain ambil jurusan arsitektur yang sudah ada dalam genggamannya.
Selepas jam makan siang, Faqi malah tidur di sofa yang ada di ruangan Haidar. Semalam dia habis mabar (main bareng) game online sama teman-temannya.
.
Usai jam kerja, keduanya pulang naik mobil Haidar menuju rumah.
"Faqi... Mas Haidar mau nikah" ucap Haidar happy.
"Menikah sama Mba Anin?" tanya Faqi ragu.
"Bukan ... tapi sama Nay" kata Haidar mantap.
"Mba Nay yang sekretarisnya Mas itu? yang tiba-tiba menghilang? Mas kapan ketemu sama dia?" berondong pertanyaan Faqi.
"Ya... takdir yang mempertemukan kita. Itulah cinta Faqi... sejauh mana kami terpisah, kalo jodoh akan bertemu jua" kata Haidar.
"Kenapa ga berterus terang ke Papi tadi? Mba Anin juga bolak-balik cari Mas ... selesaikan baik-baik Mas, kan waktu tunangan juga kedua pihak keluarga hadir memberikan restu. Banyak keluarga dan handai taulan yang tau hubungan Mas dan Mba Anin. Gentleman lah Mas .. selesaikan apa yang udah Mas mulai" saran Faqi sok dewasa.
"Ya Mas akan melakukannya. Besok Mas mau ke rumah Anin dan bilang kalo udah ga bisa melanjutkan hubungan lagi. Kamu mau ikut ga?" ajak Haidar.
"Ga ah Mas... Faqi masih anak bawang buat ikut masalah kaya gitu. Pusing-pusingin kepala aja" jawab Faqi cuek.
"Ya udah kalo ga mau ikut ya gapapa. Seperti yang kamu bilang, Mas yang memulai, Mas juga yang akan mengakhirinya" tegas Haidar.
Haidar masih tersenyum sendiri. Faqi mengamati kakaknya.
"Mas... bahagiakah Mas sama pilihan yang sekarang?" tanya Faqi penasaran.
"Ya Faqi.... Mas amat bahagia. Nay mampu membuat Mas menerima tekanan Papi sebagai pewaris keluarga, Nay mampu melengkapi sisi yang telah lama kita ga dapetin.. cinta... ya cinta sederhana yang memberikan energi positif buat kita menapaki hidup selanjutnya" ujar Haidar berbunga.
"Mas udah kenal kepribadian Mba Nay keluarganya? Yakin Papi bisa terima semua keputusan Mas ini?" tanya Faqi lagi.
Dengan runut, Haidar menceritakan semua kejadian yang menimpa keluarga Nay, Faqi hanya menganggukkan kepala.
"Begitu lah ceritanya. Mas ingin melindungi dia" ujar Haidar.
"Jangan karena rasa kasihan, terus Mas mengambil tindakan terburu-buru" saran Faqi.
"Kami saling cinta" tegas Haidar.
"Faqi senang kok kalo Mas bisa menjadi lelaki yang siap memikul tanggung jawab baru. Mungkin kalo Faqi diposisi Mas, pastinya Faqi ga akan membiarkan Mba Nay sendirian ngadepin cobaan ini" ucap Faqi.
"Selain kasian sama dia yang sebatang kara, kami.... kami udah melakukan zina... ah... hal bodoh yang pernah Mas lakuin dalam hidup tapi mengubah hidup Mas jadi sebahagia sekarang" cerita Haidar tanpa beban.
"Astaghfirullah Mas Haidar....." pekik Faqi sambil meninju tangan kakaknya.
"Itulah Faqi yang membuat Mas harus secepatnya menikah sama Nay. Kita ga tau apakah kejadian semalam membuat ada tumbuh satu benih cinta kami berdua dirahim Nay" ujar Haidar.
"Mas... Mas... kok ya bodohnya ga ketulungan. Udah tau kan itu dosa, kenapa dilakuin sih?" kesal Faqi.
"Khilaf..." jawab Haidar.
"Khilaf Mas bilang? kenapa khilaf kok keliatannya bahagia" rutuk Faqi.
"Paling ga, Mas dan Nay bisa membuktikan cinta diantara kami. Karena kejadian semalam lah membuat Nay bisa lebih terbuka terhadap perasaannya" jawab Haidar.
"Meluahkan perasaan itu bisa dilakukan tanpa hubungan badan Mas. Terkesan Mas ambil peluang terhadap kegamangan Mba Nay .. sumpah Mas .. ga laki banget" ujar Faqi.
"Ya semua udah terjadi .. yang penting kan Mas mau bertanggung jawab terhadap Nay. Mau hamil atau ngga, Mas akan menikah sama dia. Membangun cerita indah berdua" khayal Haidar.
"Ya haruslah .. masa udah Mas rampas mahkotanya, terus Mas mau kabur. Lagian ya .. kalian kan udah dewasa ... udah gede-gede .. masa ga bisa nahan sih. Atau paling ga pake pengaman gitu, ga mikir apa ya kalo sampe Mba Nay hamil dalam situasi yang kaya gini apa ga beresiko? tobat deh Mas sebelum semua impian Mas malah jadi bumerang buat hidup Mas" kata Faqi kesal.
"Ya... Mas tau .. Tapi jaga rahasia ini dulu ya. Mas akan berterus terang kalo udah nikah aja sama Nay" kata Haidar.
"Terserah Mas ajalah, tapi ingat ... jangan lari dari tanggungjawab. Mau Mba Nay hamil atau ga, Mas harus menikah dengan dia. Mas harus mengembalikan harga dirinya yang udah Mas renggut" ancam Faqi.
"Ya pastilah... Mas akan perjuangin cinta Mas, tanpa atau dengan restu Papi" jawab Haidar.
"Berarti Mas udah siap berseberangan sama Papi? Siap berhadapan kaya Faqi dan Papi yang jarang akur? Siap ga disanjung Papi seperti biasa? Dan yang lebih penting .. Mas siap kehilangan pekerjaan dan harta dari Papi?" tanya Faqi.
"Demi cinta Mas sama Nay, Mas pun udah siap kalo didepak dari keluarga Abrisam" kata Haidar yakin.
"Mas udah punya kerjaan lain buat hidup kelak sama Mba Nay?" tanya Faqi.
"Belum, tapi Mas ada tiga unit apartemen yang bisa disewakan, yang dua lunas dan yang satu masih nyicil. Tapi kan ada uang sewa buat bayar kewajiban cicilan Mas. Mas juga lagi main saham, ini bulan pertama aja dapat untung lumayan" kata Haidar.
"Bingung juga ya mau komen apa, yang penting sekarang ini Mas segera menikahi Mba Nay dan pada akhirnya Mas udah nemuin kebahagiaan yang selama ini Mas cari" ucap Faqi simple.
"Sabtu ini ikut Mas ngelamar Nay di rumah saudaranya di Pamulang ya" pinta Haidar.
"Ya Mas, kalo perlu nikah agama dulu aja sekalian, daripada terlanjur lagi" jawab Faqi.
"Ide yang bagus, besok kalo Pamannya udah oke, Mas siap aja langsung ijab kabul sama Nay. Nay pasti setuju" sahut Haidar semangat.
*
Nay menelpon Pamannya. Kebetulan dia punya nomor-nomor HP penting yang dicatat disebuah buku kecil.
Nay menghubungi teman orang tuanya yang udah dianggap seperti Pamannya sendiri. Dia mengutarakan maksud baik Haidar untuk melamarnya, tapi part adegan khilafnya di skip ga dia ceritakan demi menjaga harga dirinya. Pamannya setuju aja jika Sabtu ini Haidar bisa datang ke rumahnya. Meminta Nay secara baik-baik.
"Nay ... Alhamdulillah kalo kamu ada yang mau jagain. Paman bingung ... kedua orang tua kamu udah tiada, kamu pun hilang ga tau dimana rimbanya. Akhirnya kamu hubungin Paman juga dan memberikan kabar bahagia. Menikahlah Nay .. susah dapetin lelaki yang menerima dengan kondisi kamu seperti ini" nasehat Pamannya.
"Iya Paman.. terimakasih ya, Nay ga tau harus hubungin siapa lagi. Nanti Nay transfer ya uang buat masak-masak. Ga enak nanti ada tamu datang ga dijamu" kata Nay.
"Iya .. tenang aja Nay .. Paman dan keluarga akan mengatur agar terlihat pantas dimata keluarga calon suami kamu" ucap Pamannya.
🏵️
Amarah keluarga Anindya ke Haidar ga terbendung lagi. Makan siang kali ini penuh dengan ketegangan.
Haidar berterus terang kalo selama ini ga pernah cinta sama Anindya, dan kini sudah ada wanita lain yang mengisi relung hati terdalamnya, Haidar pun berkata kalo selama ini ia selalu ikut kehendak Papi. Tapi kini demi masa depannya ia akan berusaha memperjuangkan kebahagiaannya sendiri.
Keluarganya Anindya ga tau kalo wanita itu adalah Nay, mantan Sekretarisnya Haidar. Keluarga Anindya terlalu masa bodo terhadap omongan desas-desus yang belakangan ini beredar tentang Nay dan Haidar.
Anindya tiba-tiba histeris menerima kenyataan berpisah sama Haidar, lelaki pertama yang ia cintai sejak SMP. Anindya ga pernah melirik lelaki manapun selain Haidar. Baginya Haidar sudah lengkap memenuhi kriteria lelaki pujaannya.
Ketika keluarga sedang menenangkan Anindya, Haidar mohon diri untuk meninggalkan rumah kediaman keluarga Anindya untuk kembali bekerja.
Dalam langkah menuju mobilnya, Haidar sadar pastinya setelah ini Pak Isam akan berisik menelponnya dan ia sudah mempersiapkan diri buat hal tersebut.
Ga habis-habis Pak Isam menelpon dan meminta Haidar untuk segera pulang ke rumah. Secara dewasa, Haidar menghadapi Pak Isam.
"Jangan pernah berhadapan sama Papi. Lepaskan wanita itu dan segera menikah sama Anin" geram Pak Isam.
"Pi .. untuk kali ini ga bisa, Haidar berhak menentukan arah jalan hidup sendiri. Papi paksa bagaimana pun, Haidar ga akan mengucapkan akad terhadap Anindya" tegas Haidar.
"Baru kenal dunia udah berani menantang Papi? entah setan apa yang merasuki kamu sampe membela wanita itu. Kita ga kenal keluarganya seperti apa" omel Pak Isam.
🏵️
Haidar menepati janjinya datang ke rumah Pamannya Nay untuk melamar. Dia membawa Faqi dan Mba Mentari, keduanya sudah tau cerita sebenarnya dan mendukung langkah Haidar. Walau tampaknya ketiga bersaudara ini jarang menghabiskan waktu bersama, tapi ada kasih sayang diantara mereka yang sangat erat, ditambah Pak Isam yang selalu memaksakan kehendak, jadinya mereka saling menguatkan menghadapi kehendak Pak Isam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Nani Rahayu
Aq tim fagy aja deh...😀😀😀
2023-02-11
1
ki_ra_ra Harahap
kasian😢
2022-09-29
1
Arsyilla Maharani
Gak tau harus ngomong apa Nay 😓😭
2022-08-18
1