Kali ini Faqi memilih untuk diam. Dia ga mau menambah beban pikiran Papinya. Walaupun mereka selalu berseberangan, tapi melihat Pak Isam dengan kondisi sakit seperti ini membuatnya khawatir. Sesuatu yang wajar jika seorang anak menyayangi orang tuanya. Tidak ada yang bisa memungkiri kalo antara Ayah dengan anaknya pasti ada ikatan rasa kasih sayang sekalipun tidak bisa diungkapkan.
"Papi mau tidur dulu, kamu mau temenin Papi di kamar malam ini? Papi khawatir masih terasa agak pusing. Mba Mentari sama Mas Haidar kayanya masih sibuk sama kerjaannya masing-masing" pinta Pak Isam.
Faqi mengangguk pelan. Entah apa yang ada di otaknya sekarang, dia hanya ingin menjaga Papinya malam ini.
Pak Isam memejamkan matanya, Faqi melihat sekeliling kamar. Sebuah ruangan yang selama hampir delapan belas tahun tidak pernah diinjaknya. Ada foto saat Papi dan Mami menikah hingga foto keluarga saat Papi Mami baru punya dua orang anak yaitu Mba Mentari dan Mas Haidar. Hanya Faqi yang ga punya foto bersama Mami. Boro-boro sempat mengabadikan foto kelahirannya, karena emergency jadi semua panik.
Kebersamaannya dengan Mami di dunia ini hanya lima belas menit. Ga ada memory yang tersimpan tentang dekap hangat seorang Ibu pada otaknya Faqi. Mengenal Maminya hanya lewat cerita, video dan foto-foto yang diabadikan saja. Setiap ulang tahun Mami dan ulang tahun Faqi, pasti dia pergi ke makam. Meletakkan bunga anggrek kesukaan Mami. Ternyata didalam kamar pun, Pak Isam meletakkan anggrek di vas bunga.
"Mami ... terlalu cepat Mami pergi, ga nunggu Faqi besar. Mungkin akan berbeda cerita kalo Mami ada. Faqi pasti jadi anak kesayangan Mami, bisa kuliah ditempat yang Faqi mau tanpa ada paksaan, merasakan kehangatan rumah yang selama ini jarang Faqi rasakan. Mami ... Faqi rindu" ucap Faqi sambil mendekap salah satu bingkai foto Maminya.
Lama kelamaan akhirnya Faqi pun tertidur di ranjang, tepat disebelah Pak Isam.
Pak Isam terbangun dan melihat Faqi tidur persis disebelahnya. Beliau menarik selimut menutupi tubuh Faqi.
"Nak.... maafkan keegoisan Papi menyalahkan kehadiranmu. Hingga hampir delapan belas tahun ini Papi mengabaikanmu. Setiap melihatmu, Papi seperti melihat kepergian Mami. Tapi sepanjang perjalanan, Papi melihat potensimu yang mumpuni dibanding dua anak Papi yang lain. Papi mau kamu jadi pengganti Papi kelak, karena kemampuan berpikir kamu jauh lebih baik dari Haidar. Sekarang Haidar hanya menjaga tahtamu sementara Nak, kelak kalo kamu sudah lulus kuliah, tampuk pimpinan itu akan Papi serahkan padamu. Sikap kita yang berseberangan itu sekedar didikan Papi ke kamu. Papi sadar kedua kakakmu sudah hidup dengan mengikuti seluruh keinginan Papi. Tapi berbeda denganmu, Papi bebaskan keinginanmu hingga sekarang, kini saatnya kamu mengikuti keinginan Papi. Kamu udah jadi kesayangan Mami sebelum kamu lahir" bisik Papi perlahan dalam hatinya sambil membelai rambut Faqi.
Selama ini tidak ada yang tau kalo sebenarnya Pak Isam akan menyerahkan mahkotanya ke Faqi, anak yang ketika dalam kandungan Maminya membawa banyak keberuntungan. Bisnis Pak Isam makin melejit dan dibangunnya Hotel kedua milik Pak Isam. Mami sering bilang kalo anak yang didalam kandungan ini harus dididik dengan lebih baik lagi, harus berbeda dari kedua kakaknya yang bisa dibilang manja karena mendapat perhatian seluruh keluarga dan gelimang harta yang ga habis sampe tujuh turunan delapan tanjakan. Faqi diharapkan menjadi pribadi yang lebih matang dengan tempaan hidup. Tapi Pak Isam malah kebablasan dalam mendidik Faqi hingga anak ini lebih banyak berontak dengan aturan yang ada.
Sebenarnya Faqi masih bangun, tapi dia berpura-pura tidur. Dia ga mau kenikmatan kasih sayang Papinya terganggu. Baru kali ini dia merasakan kepalanya diusap oleh Pak Isam. Faqi tau kalo semua orang tua pasti sayang sama anaknya, tapi dia ga mengerti kenapa Papinya terlalu keras dan mendikte anak-anak tanpa mau mendengar keinginan anak-anak.
Karena masih merasa pusing, Pak Isam pun akhirnya terlelap disamping Faqi, hatinya terasa tenang berada disampingnya Faqi, sang putra yang justru dipersiapkan menjadi putra mahkota. Kenapa terkesan mereka sering berbenturan, hal ini karena sedari kecil Faqi tipe pemberontak dalam keluarga. Makanya Pak Isam ingin Faqi kenal bagaimana ga ramahnya dunia. Toh selama ini selalu diback up kalo ada masalah. Faqi ga pernah merasakannya sampe masuk sel tahanan di Kantor Polisi, karena Pak Isam menyiapkan tiga lawyer ternama di negeri ini sekedar membebaskan putranya jika ada masalah. Demikian pula dengan pihak sekolah, Pak Isam menjadi donatur terbesar disetiap sekolah tempat Faqi menuntut ilmu, jadinya setiap kenakalan remaja yang Faqi lakukan ga pernah ditegur sama pihak sekolah.
Setelah Pak Isam terlelap, gantian Faqi yang bangun dan menyelimuti tubuh Papinya. Mendekatkan tubuhnya mendekati tubuh Pak Isam. Dipandanginya wajah Papinya dalam-dalam.
Wajah lelaki yang sangat keras kepala dan terkesan diktator, hal ini sangat tampak dari rahang kotaknya. Bak pinang dibelah dua sama Haidar rupanya. Tanda lelah sudah tampak terlihat, semakin dipandang semakin Faqi merasa bersalah.
Selama ini selalu melawan keinginan Papinya, tapi Faqi selalu menjawab ketidaksukaan Pak Isam dengan deretan prestasi. Kenakalan yang dilakukannya hanya sekedar mencari perhatian keluarga aja disamping ingin jadi "jagoan" pastinya.
"Mi ... akhirnya malam ini Faqi tau kenapa Mami jatuh cinta sama Papi. Lelaki yang terkesan garang ketika bangun, tapi dalam kondisi terlelap amat sangat rupawan dan meneduhkan. Belaian tangannya pun hangat dan mendamaikan. Kita memang belum pernah berbincang tentang hal ini Mi, tapi Faqi yakin, inilah yang membuat Mami bertahan disisi Papi" ucap Faqi dalam hatinya.
🌺
Haidar hadir diperesmian Factory outlet pertama milik Anindya. Dia datang bersama Pak Isam dan Mba Mentari, Faqi ga ikut karena sudah terbang ke Inggris buat mengikuti test masuk beberapa universitas, mereka menjadi tamu spesial bagi Anindya hari ini selain keluarga intinya. Pak Isam terlihat asyik berbincang dengan orang tua Anindya di ruangan Anindya.
Sementara itu di back stage, Nay menjadi salah satu model yang ikut memperagakan busana-busana yang akan dijual di factory outlet ini.
Haidar ga pernah datang di acara fashion show seperti ini, baginya melihat lenggak lenggok orang berjalan dibungkus pakaian yang kadang terlihat aneh dengan riasan yang ga wajar membuat dia malas hadir. Tapi kali ini dia duduk dideretan paling depan karena tau ada Nay yang akan menjadi salah satu model dalam peragaan busana kali ini.
Anindya sedang sibuk menyiapkan para model dibelakang panggung. Dia benar-benar tipe perfeksionis, jadinya sampe ikut turun tangan melihat kesiapan serta tampilan para model-modelnya.
Riuh tepukan tangan terdengar ketika fashion show dimulai, apalagi saat Nay muncul. Langkahnya mantap dan pasti, membawakan busana dengan sewajarnya. Mata Haidar ga mampu beranjak dari panggung terutama kearah Nay.
"Tumben serius banget liat fashion show, biasanya ada aja alasan kalo Anin ajak keacara kaya gini" ledek Mba Mentari yang duduk disampingnya Haidar.
"Ya kami kan tunangan, dah sewajarnya menjadi support system satu sama lain" jawab Haidar mencoba menutupi rasa hatinya.
"Nah gitu dong, Anin itu punya segalanya. Dengan segala potensi dan kekayaan yang dia punya, kamu pasti akan menjadi sosok suami paling beruntung dimuka bumi ini. Kalian tuh klop, sama-sama pekerja keras" lanjut Mba Mentari.
"Semoga ya Mba" ucap Haidar.
"Kok semoga ... ini real udah ada didepan mata. Jangan bikin ulah ya ... nanti Mba cubit nih" canda Mba Mentari.
Namanya orang sedang jatuh cinta, setiap melihat wanita yang amat sangat dicintainya pasti akan memancarkan sebuah senyuman dari bibir.
"Haidar ... hei ... Haidar..." panggil Mba Mentari sambil menyenggol lengan Haidar.
"Apa sih Mba????" ujar Haidar.
"Kenapa senyum-senyum sendiri? ngebayangin nikah sama Anin ya? disuruh nikah maunya nunda, eh sekarang ngeliat Anin yang berdiri disamping panggung kok tuh mata ga berkedip" kata Mba Mentari.
"Siapa yang bengong Mba ... ini lagi merhatiin semua busananya kok. Bener-bener konsepnya simple, ready to wear dan kekinian banget gayanya. Dan yang lebih penting semua dibanderol dengan harga yang ramah dikantong mahasiswa dan kawula muda" spontan Haidar memberikan alasan.
Empat tahun sudah Haidar bertunangan sama Anindya dan selama ini semuanya berjalan baik-baik aja. Anindya pun wanita yang baik dan nyaris tanpa cela. Tetapi, entah mengapa hati Haidar terasa hampa dan hambar terhadap Anindya sejak hatinya terusik oleh kehadiran Nay. Dia ga menemukan percik cinta dari Anindya, semenjak dulu hingga sekarang udah berkali-kali dicoba, namun berkali-kali juga dia gagal membangun rasa itu.
Memang dulu ia menerima pertunangan ini hanya karena ingin menyenangkan hati orang tuanya. Tapi rasa sudah berubah dengan keadaan. Apalagi posisi Nay yang menjadi sekretarisnya, lama kelamaan hubungan mereka semakin dekat, walaupun beberapa kali Haidar mengirimkan sinyal-sinyal cinta ke Nay tapi Nay dengan santunnya berusaha menghindari sinyal-sinyal itu dan bersikap masa bodo.
Dua bulan sudah kedekatan itu semakin membuat Haidar makin ga ingin berjarak sama Nay. Itulah mengapa Haidar selalu hadir disetiap langkah Nay. Tiada hari yang bisa ia lewati tanpa melihat wajahnya Nay.
Anindya sudah membooking kamar hotel buat Nay, karena Nay besok masih menjadi model dari kaos distro yang Anindya produksi sendiri.
Karena Anindya hari ini masih sibuk, Haidar dengan cepatnya menawarkan untuk mengantar Nay menuju hotel yang hanya berjarak sepuluh menit dari factory outlet punya Anindya.
Ketika Haidar mengantar Nay, posisi Pak Isam, keluarganya Anindya dan Mba Mentari sudah pamit pulang.
Mereka mengira kalo Haidar pastinya akan tetap stay di daerah ini buat mendukung opening hari kedua dari usahanya Anindya.
Saat menuju parkiran mobil, langkah Nay terhenti.
"Mas seharusnya tetap stay disamping Mba Anin. Dia butuh dukungan moril dari Mas. Saya liat dari tadi Mas ga ke back stage, hanya duduk dideretan tamu" ucap Nay ga enak hati.
"Bosan disuasana seperti itu, saya kan bukan penggila fashion. Udah bagus kan saya hadir hari ini disini" sahut Haidar santai.
"Tapi kan ini lini bisnis tunangan Mas. Seperti Mba Anin yang selalu support kegiatan Mas, kalo ada undangan dinner atau pernikahan juga dia ikut sama Mas" jawab Nay.
"Santai ajalah .. hubungan kami tuh beda sama pasangan lain. Kami bukan anak abege yang baru pacaran terus maunya deket-deket terus. Hubungan kami nih hubungan dewasa, saling mengerti dan mensupport" lanjut Haidar sambil meneruskan langkahnya dan membukakan pintu mobil bagian depan untuk Nay.
Nay memandang kearah Haidar. Makin dia ga enak hati dengan perlakuan Haidar yang sangat manis padanya.
"Ayo naik .. apa mau saya gendong biar kamu naik kedalam mobil?" canda Haidar.
"Ya ga lah ... cuma kayanya liat Mas Boss hari ini kok gimana gitu" jawab Nay pelik.
"Kenapa? makin ganteng?" lanjut Haidar dengan pedenya.
Nay ga menjawab, dia langsung masuk kedalam mobil.
"Awas kakinya kejepit" canda Haidar.
Haidar menutup pintu mobil dan bergegas menuju bangku dibelakang kemudi. Dia memasang safety beltnya dan menyalakan mesin mobilnya.
Nay membersihkan make up diwajahnya. Jalanan tampak padat di waktu menjelang sore hari seperti ini.
"Pertunangan kami itu kehendak orang tua aja. Sudah empat tahun saya berusaha belajar mencintainya, tapi selalu gagal. Anin sudah saya anggap seperti adik karena kami kenal dari kecil. Sulit mengubah rasa dari seorang kakak menjadi kekasih" buka Haidar dengan nada sinis.
Nay kaget ketika Haidar tiba-tiba berbicara seperti itu.
"Ga ada yang pernah bisa mengerti betapa tersiksanya menjalani sebuah hubungan seperti ini. Memasang topeng ketika bertemu, menjalani kisah hanya demi sebuah nama baik keluarga" lanjut Haidar.
"Mas harus tanggung jawab atas pilihan itu, keliatannya Mba Anin cinta banget sama Mas. Jangan kecewain wanita yang tulus mencintai Mas, karena yang tulus itu susah dapatnya dijaman sekarang. Lagi apa kurangnya Mba Anin coba? banyak wanita iri terhadap hidupnya. Lahir dengan segala kelebihan, pekerja keras, cantik dan keliatannya juga sangat sayang sama orang disekelilingnya" ujar Nay memberikan pendapat.
"Entahlahhh... males mikirin begitu mulu. Sekarang ngerasa kaya jadi bola. Ditendang sana sini hanya demi sebuah gol dan membawa kebahagiaan dengan gol kemenangan" Haidar menarik nafasnya, tampak sekali dia terlalu lelah hati dan jiwanya.
Haidar malah terus melajukan mobilnya menuju puncak, dia beralasan ingin makan di restoran favoritnya. Nay ga bisa menolak karena sudah terlanjur berada didalam mobil Haidar. Sesampainya di Restoran yang berkonsep garden, pemandangan sore menjelang terbenam matahari menambah kesan eksotis tempat itu.
"Mas.. jangan lama-lama ya, ga enak kalo Mba Anin telpon dan tau kalo kita jalan berdua kaya gini" ingat Nay.
Haidar hanya diam sambil memandang kearah Nay. Jantungnya bergemuruh menahan semua rasa yang udah sering dipendamnya.
Restoran ini tampak sepi, mungkin karena sudah terkenal dengan harga yang mahal. Makanan yang disediakan sebenarnya standar aja, ga ada yang spesial, tapi pemandangan yang disajikan menjadi daya jual yang tinggi. Yang datang kesini rata-rata tertarik dengan suasana yang banyak beredar di media sosial.
Haidar memilih saung tepat dibibir tebing, sehingga bisa melihat pemandangan dengan lebih sempurna.
Hembusan angin mulai terasa menyentuh kulit. Rambut panjang Nay juga menari-nari sejak tadi karena tidak dikuncir.
Setelah memesan makanan, keduanya mengarahkan pandangan kearah barisan pegunungan.
"Nay.... bahagia ga sama hidup kamu yang sekarang ini?" tanya Haidar tiba-tiba.
"Alhamdulillah bahagia, walaupun keluarga hidup sederhana, tapi kami ga kekurangan. Kami pun saling menyayangi satu sama lain. Ya pokoknya semua udah berada di rel nya. Punya keluarga yang bahagia, punya kerjaan yang bagus, punya situasi kerja yang asyik, termasuk punya Boss yang ga kaku kaya Mas Haidar. Bukannya ini semua berkah dari Allah? dibagian mana saya ga mengucapkan rasa bahagia?" sahut Nay.
"Saya malah baru sekarang ini ngerasain bahagia. Bisa melakukan hal yang menurut hati saya senang" lanjut Haidar.
"Kok bisa Mas? Bukankah apa yang Mas miliki sekarang adalah impian semua orang? keliatannya Mas bahagia aja ada diposisi ini" tanya Nay heran.
"Orang selalu bilang begitu, tapi Nay... kebahagiaan ga bisa diukur sama materi. Apa yang tampak luar ga seperti kenyataannya. Itulah ... rumput tetangga lebih terlihat hijau kan dibanding rumput di rumah sendiri" ujar Haidar.
"Sekarang apalagi coba yang ga buat Mas bahagia. Mas punya orang tua yang tajir melintir, Mas dikasih jabatan pimpinan tanpa perlu jenjang karier dari bawah, selalu dapat fasilitas yang terbaik dari kecil dan tentunya tunangan yang cantik... betapa Mas harus banyak bersyukur atas kondisi ini. Ga semua orang dapat apa yang Mas dapat" kata Nay sambil memandang matahari yang mulai akan tenggelam keperaduannya.
"Harta kekayaan yang saya miliki hanyalah sebatas bonus akan kerja keras pendahulu keluarga termasuk Papi. Kunci dari kebahagiaan itu ga bisa kita nilai dari kesuksesan serta harta yang dimiliki saat ini Nay, bahkan tidak dari bagaimana sifat dan mimik muka" ujar Haidar sambil memakai kacamata hitamnya.
"Mimik muka?" tanya Nay heran.
"Iya, kita ga bisa pungkiri, demi membahagiakan dan membuat tenang hati orang lain kita harus mampu menyembunyikan kegelisahan hati dengan raut muka yang ceria. Berpura-pura bahagia .." jelas Haidar dengan nada yang amat berat.
Makanan disajikan dihadapan mereka. Ga banyak yang mereka pesan, karena masih kenyang rasanya sudah makan siang.
"Kebahagiaan itu lahir dari hati dan pikiran yang positif bukan dari pemalsuan identitas diri" sambung Haidar makin sedih nada bicaranya.
"Maksudnya? Mas ga bersyukur atas kondisi sekarang? arah pembicaraan kita mau bahas apa ya? apa belajar definisi bahagia?" balik Nay.
"Karena bahagia kan bukan sesuatu yang bisa kita sentuh, tapi hanya bisa kita rasakan. Saya penat Nay sama segala situasi dan kondisi yang menerpa. Padahal dalam tiap langkah, saya selalu berusaha menanamkan pada pikiran tuh rasa syukur dan selalu optimis, karena dengan itulah kita bisa melalui banyak masalah dan cobaan yang hadir, membuat kita tetap bangkit walaupun dalam keadaan yang terpuruk sekalipun" ucap Haidar.
"Kenapa tiba-tiba Mas Haidar ngobrol seserius ini ya? ada masalah?" Nay mencoba menyelidiki.
"Kan tadi saya bilang ... saya udah lelah Nay... lelah menjadi boneka Papi, lelah berpura-pura menerima tunangan yang tidak saya cintai, lelah dengan kehidupan yang seakan hanya menjalani skenario yang udah Papi buat. Saya ingin jadi Haidar yang sesungguhnya. Saya ga mau selalu berada dibalik bayang-bayang nama besar Papi" mulai berkaca-kaca mata Haidar saat berbicara.
"Mas... berat banget ya jadi seorang Haidar Zhafran Abrisam?" hati-hati Nay bertanya.
Haidar menarik nafasnya panjang dan melepaskan perlahan. Dipandanginya wajah Nay yang meneduhkan jiwanya.
"Makan dulu Nay.. " ajak Haidar.
Nay yang memesan pancake dan strawberry smoothies menikmati sajian yang ada. Haidar memesan spaghetti bolognese, tampaknya enak tapi karena ga sedap hati, dimulut Haidar jadi terasa hambar.
"Nay... Bolehkah sejenak Mas memandang wajahmu... Sebentar aja.. Mas ingin memperhatikan semua keindahan yang ada pada wajahmu. Karena ada keteduhan disana. Tau ga kalo Mas selalu teduh jika bersama kamu... " ucap Haidar yang pindah duduk dekat Nay.
Nay merasa canggung, tapi tangan Haidar udah memegang tangannya.
"Mas udah menahan ini sejak awal kita berjumpa, menahan rasa yang sering membuat tidur jadi sering terjaga. Nay... hari ini Mas akan utarakan sebuah rasa yang selalu ingin Mas ucapkan ... mari kita bersama Nay, membangun kebahagiaan kita" ucap Haidar sambil membelai rambut panjang Nay yang tertiup angin.
Haidar makin mendekatkan tubuhnya ke dekat Nay yang masih diam mematung, ga percaya dengan apa yang baru aja dia dengar.
Dikecupnya kening Nay, hingga lamunan Nay buyar dan segera berdiri dari duduknya, tapi tangan kekar Haidar langsung menahan tangan Nay.
"Nay... percayalah sama Mas" pinta Haidar.
"Mas... sadar Mas ... siapa saya ini. Ga semestinya Mas punya rasa yang kaya gini" jawab Nay.
"Kamu takut karena status Mas? Status ga bisa jadi penghalang kita Nay, saya akan bilang ke Papi dan Anindya buat memutuskan tali pertunangan kami. Karena Mas sayang dan cinta sama kamu" ucap Haidar.
"Mas... Nay ga bisa jadi pelakor seperti ini" kata Nay.
"Kamu ga merebut laki orang Nay, saya belum nikah, masih bebas memilih. Pernikahan itu kan bukan main-main. Sebuah dunia yang akan kita jalani sampai tutup usia" jawab Haidar meyakinkan.
"Udah hampir Maghrib, baiknya kita balik ke Hotel, besok pagi Nay masih harus kerja sama Mba Anin" potong Nay sambil meninggalkan meja makan dan berjalan kearah parkiran mobil.
Haidar menuju meja kasir untuk membayar makanan. Setelahnya dia menyusul Nay yang sudah berdiri disamping mobil Haidar.
Setelah tombol pintu dibuka, Nay buru-buru masuk kedalam mobil sebelum Haidar membukakan pintu buatnya lagi.
Awalnya didalam mobil keduanya tampak kikuk karena pembicaraan tadi.
"Nay.... salahkah Mas mencintai kamu?" kata Haidar memecah kesunyian.
Nay ga menjawab, ada bulir air mata siap jatuh kepipinya. Banyak memang yang menyatakan cinta padanya, tapi dia selalu berhasil menolak dengan cara halus. Baginya memenuhi kebutuhan keluarga lebih utama dari sekedar bermain cinta. Bisa dibilang dia masih polos terhadap dunia percintaan. Ketika dia merasa Haidar menyimpan rasa padanya, dia berusaha menjauh karena ga mau timbul konflik. Ya pemikirannya simple aja, ga mau ribut sama Mba Anin. Dia sendiri ga tau apa yang dirasakan hatinya. Karena dia sendiri ga tau apa itu cinta.
"Nay... Are u okay?" Haidar kembali memastikan.
Hujan turun dengan derasnya, petir saling menyambar. Bersamaan dengan itu air mata Nay ga bisa terbendung lagi. Jebol sudah pertahanannya. Haidar menepikan kendaraannya. Dipegangnya jari jemari lentik Nay. Diusap lembut wajah Nay sambil menghapus air matanya.
"Jangan menangis Nay, Mas ga sanggup melihat wanita yang Mas cintai harus menangis. Maafin Mas yang sudah lancang mencintaimu" ucap Haidar sambil mengecup bibir tipis Nay perlahan. Entah terbawa suasana atau entah setan apa yang merasuki keduanya. Cukup lama bibir keduanya berpagut. Nay segera menyudahinya dan meminta Haidar melanjutkan perjalanan.
Banyak yang berkecamuk dalam batin Nay saat ini. Ini pertama kalinya tubuhnya dipeluk dan bibirnya disentuh pria. Selama ini Nay selalu bekerjasama dengan perancang wanita kalo dia jadi model partime karena ga mau tubuhnya tersentuh laki-laki, baginya tubuhnya akan dia persembahkan buat suaminya kelak. Dia memang bukan muslim yang taat, tapi paling ga dia tau mana yang dilarang oleh agamanya.
"Maaf Nay... maaf atas ciuman tadi, ga bermaksud kurang ajar, tapi Mas ga bisa menahan lagi rasa ini" pinta Haidar.
"Kita lupain aja ya Mas. Anggap aja ga pernah kita lakuin" jawab Nay langsung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Bagja
yah nay di nodai haidar....😢😢
2023-02-22
1
Nani Rahayu
gak mau nay diteriakin pelakor...mas Haydar selesaikan dulu deh ma mbak Anin...ya....ya....please ...
2023-02-11
1
Ririez
Marathon bacanya 😁👍🏻👍🏻
2022-07-18
1