Sekujur tubuh Haidar masih terpasang jarum infus dan alat-alat medis untuk memantau kondisinya.
Mba Mentari dan Anindya hanya bisa melihat lewat kaca. Pasca operasi memang dokter tidak membolehkan siapapun masuk ke ruangan kecuali perawat dan dokter.
"Ayo bangun Haidar ... banyak urusan yang harus kamu selesaikan, terutama Nay dan calon buah hati kalian" ucap Mba Mentari dalam hatinya.
🏵️
"Mas... bagaimana aku mampu menghidupi anak kita nantinya? Sekarang aja udah ga punya kerja tetap. Apalagi dalam kondisi hamil kaya gini, mana ada yang menjadikanku model. Belum lagi pandangan orang diluar sana yang pastinya akan jijik dan mencapku sebagai wanita murahan" ujar Nay bicara sendiri.
Nay sudah bertekad bulat, besok dia harus ke rumah Pak Isam untuk berterus terang tentang keberadaan anak Haidar. Dengan membawa testpack dia akan membuktikan ucapannya. Karena lelah ia pun tertidur lena diperaduannya.
🍒
Kenekatan Nay pun dibuktikan, ia datang pagi-pagi ke rumah Pak Isam. Karena kalo dia memaksakan untuk ketemu di kantor malah nanti menghebohkan kantor.
Nay menceritakan semua yang terjadi antara dirinya dan Haidar tanpa ditutupi. Pak Isam hanya memandang dengan mulut terkatup rapat. Padahal Nay penuh cucuran air mata membuka aibnya sendiri.
"Tolong saya Pak ..." mohon Nay.
"Sudah saya peringatkan untuk menjauhi anak saya kan? kenapa masih nekat?" tegas pak Isam dihadapan Nay yang duduk bersujud di lantai ruang tamu rumah Pak Isam.
"Tapi anak yang saya kandung ini anaknya Mas Haidar, ini cucu bapak juga" sahut Nay dengan nada bergetar.
"Berapa uang yang harus saya transfer untuk mengugurkan janin itu?" tanya pak Isam.
"Pak... saya hanya butuh tanggung jawab" kata Nay.
"Kamu mau minta tanggung jawab ke orang yang lagi terbaring koma? yang ga tau masih bisa bertahan hidup atau ga? hei .. pake logika. Lagipula mana buktinya kalo anak itu punya darah seorang Abrisam. Kamu punya bukti otentik? Bisa aja kan kamu hamil dengan yang lain tapi anak saya yang kena getahnya" tanya Pak Isam tajam
"Pak...saya mohon .. percayalah sama saya. Saya ga akan mengarang cerita hanya demi rupiah" ratap Nay.
"Gugurkan kandungan kamu, hanya itu satu-satunya jalan terbaik saat ini. Kamu jangan mencoreng nama baik keluarga kami ya. Kamu kira akan berhasil dengan trik kuno kamu ini" ujar Pak Isam.
"Trik kuno? Maksud Bapak apa ya?" tanya Nay balik.
"Iya.. kamu goda anak saya pakai tubuh kamu agar dia jatuh kepelukan kamu, lalu kamu buat dia mabuk dan tanpa sadar menidurimu. Nanti kalo hamil minta dinikahin dan bisa menguasai harta kami" jelas Pak Isam.
"Astaghfirullah... sampe sehina itu Bapak menilai saya?" ujar Nay marah.
"Ga usah menyebut nama Allah atas dosa kamu ... kalo kamu beriman pastinya ga akan ada kejadian seperti ini" tangkis Pak Isam.
Isak tangis Nay pun makin menjadi. Badannya pun makin melemah menahan rasa mual yang timbul tenggelam.
"Pergi sekarang dari rumah saya sebelum saya minta pengawal menyeret tubuh kamu ke jalan" kata Pak Isam sambil membalikkan tubuhnya, bersiap pergi meninggalkan Nay.
"Pak.... saya akan ingat penghinaan ini. Karma itu ada Pak... kalo bukan saya yang membalas ucapan Bapak hari ini, kelak mungkin anak ini yang akan membalasnya" ucap Nay dengan penuh emosi.
"Berani mengancam? hehehehe ... sebelum itu terjadi, saya akan lebih waspada dibandingkan kamu" ingat Pak Isam.
Nay segera bangkit dari duduknya dan bersiap keluar rumah. Setengah berlari ia mempercepat langkah menuju pintu masuk yang masih terbuka lebar. Pak Isam hanya memandang tanpa belas kasih.
Ga sengaja Nay bertabrakan sama Faqi yang baru aja pulang jogging. Faqi segera menahan tubuh Nay yang oleng. Faqi buru-buru mengulurkan tangannya dan menarik tubuh Nay hingga bisa berdiri tegap lagi.
"Mba Nay... ada apa datang sepagi ini kesini? Maaf ya Faqi ga ngabarin tentang Mas Haidar. Ini juga Faqi baru pulang semalam dari sana. Mba Mentari juga masih ada disana" ujar Faqi.
"Gapapa Faqi... Mba mau pulang dulu" pamit Nay.
"Mba.. kenapa nangis?" tanya Faqi sambil melihat wajah Nay yang udah banjir air mata.
"Papi menghina Mba?" tanya Faqi lagi.
"Biarkan dia pergi Faqi" perintah Pak Isam.
"Ga ada yang pergi sampai semua bisa jelasin ke Faqi ada apa ini" kata Faqi.
Faqi mempersilahkan Nay buat duduk di sofa ruang tamu.
"Faqi.... ini" kata Nay sambil menyerahkan testpack.
"Ini apaan Mba Nay? kok bentuknya kaya termometer tapi ga ada indikator suhu" tanya Faqi polos.
"Testpack" jawab Nay dengan suara bindeng habis menangis.
"Tespen? Buat ngecek listrik? Listrik apartemen bermasalah? Kenapa lapor ke Papi... ah ga ngerti nih .. coba dijelasin deh Mba" kata Faqi yang masih bingung.
"Itu testpack.. alat buat tes kehamilan dan hasilnya positif. Mba mengandung anak Mas Haidar" ucap Nay.
Faqi terpaku sambil masih memegang testpack.
"Sebenarnya Mba Mentari sudah cerita tentang ini Mba" kata Faqi.
Hal yang selalu Faqi khawatirkan akhirnya terjadi juga. Sejak di Malaysia kemarin, Faqi berbincang sama Mba Mentari yang bilang kemungkinan Nay akan menghadap Pak Isam untuk menceritakan semuanya.
Faqi masih berharap semua bisa menahan emosinya tentang berita ini, karena melihat kondisi Haidar yang belum menunjukkan perbaikan, justru yang ada penurunan kondisi jika dipaksa untuk tau.
"Mba Nay... kita bicarakan baik-baik pakai kepala dingin. Kondisi Mas Haidar belum memungkinkan untuk kita mengambil langkah" ucap Faqi sambil meminta kesediaan Nay tetap berada di rumah ini hingga ada solusi.
"Pi... bisa tolong duduk juga... Kita bicarakan dengan kepala dingin" pinta Faqi buru-buru begitu melihat Pak Isam siap meninggalkan ruang tamu.
"Papi ga percaya itu anak Haidar. Papi ragu sama cerita wanita ini. Haidar ga akan melakukan hal senista ini, bertahun-tahun tunangan sama Anin, mereka ga pernah ada niat melakukan hal itu. Karena mereka berdua paham bagaimana menjaga kesucian hingga gerbang pernikahan" ucap Pak Isam.
"Tapi Mas Haidar pernah cerita ke Faqi kalo dia sudah meniduri Mba Nay, itulah kenapa Mas Haidar ngotot mau menikahi Mba Nay. Selain bertanggung jawab, mereka saling cinta. Pi... ini cucu Papi, ga bahagiakah punya cucu?" tanya Faqi.
"Bahagia? Kamu udah ga waras seperti kakak kamu. Mana ada orang tua yang bahagia dapat keturunan haram seperti itu. Kamu masih kecil untuk melihat seisi dunia dengan tipu dayanya" kata Pak Isam.
"Istighfar Pi... anak itu bukan anak haram. Kedua orang tuanya memang telah melakukan kesalahan. Tapi mereka mau memperbaiki kesalahannya dengan menikah" ucap Faqi.
"Kamu mau apa Faqi? Mengambil tanggung jawab Haidar dengan memberikan status ke anak itu?" Pak Isam makin memuncak marahnya.
"Kalo memang itu pilihan yang terbaik Pi..
Faqi siap, Faqi ikhlas menggantikan posisi Mas Haidar, bukan karena kasian. Tapi keturunan dari Abrisam haruslah menjadi orang yang bertanggung jawab. Jangan menimpakan kesalahan dan kesedihan ke Mba Nay aja. Harusnya Papi bisa adil" ucap Faqi yang langsung mendapatkan tamparan dari Pak Isam.
Faqi mengelus pipinya yang memerah. Nay memekik kaget.
"Pi... akankah kita menyumbang dosa yang sama dengan cara meminta Mba Nay menggugurkan anak itu? anak itu ga salah Pi.. Faqi mohon Pi... biarlah anak itu bisa terlahir ke dunia ini dengan selamat dan menyandang nama Abrisam dibelakang namanya" pinta Faqi lagi.
"Kamu mau mencoreng nama baik keluarga kita dengan hadirnya anak itu? Faqi .. jangan sampai Papi malah ikut mengusir kamu dari rumah ini" hardik Pak Isam.
HP Pak Isam berbunyi, telepon dari Mba Mentari. Mengabarkan kondisi Haidar yang makin memburuk, kini jantungnya kesulitan memompa darah keseluruh tubuhnya.
"Minta do'anya ya Pi .. dokter sedang melakukan tindakan yang terbaik buat Haidar" ucap Mba Mentari sambil menangis.
"Minta dokter melakukan apapun untuk mengembalikan Haidar seperti semula" perintah Pak Isam.
"Pi .. semua sudah melakukan hal terbaik. Sekarang tinggal tubuh Haidar yang bekerja. Mau sembuh atau menyerah kalah" lanjut Mba Mentari.
Sambungan telepon ditutup. Faqi dan Nay memandang kearah Pak Isam.
Pak Isam langsung menelpon Mba Gita, beliau minta disiapkan tiket pesawat buat ke Rumah Sakit tempat Haidar rawat inap.
"Dengar ga tadi Mba Mentari bilang apa? kondisi Haidar menurun. Apa kalian akan tetap memaksakan Haidar buat bertanggungjawab? kalo saya jadi kamu Nay, lebih baik terima penawaran dari saya dan pergi ke daerah lain buat memulai hidup baru. Dua ratus juta cukup? atau tiga ratus? empat ratus? satu milyar?" tawar Pak Isam dengan pongah.
.
Faqi mengantar Nay pulang ke Apartemen, karena hari ini Faqi akan ada test masuk di jurusan arsitektur tapi Universitas Swasta di Jakarta. Karena impiannya kuliah di Bandung terkubur akibat kecelakaan Haidar. Menghadapi kenyataan yang membuatnya ga bisa daftar dihari terakhir sudah ia terima.
Dalam perjalanan pulang menuju Apartemen tempat Nay tinggal.
"Mba Nay.... saya akan menikahi Mba, saat ini saya memang baru lulus SMA, tapi saya punya penghasilan dengan mengajar les dan jual beli HP, baru aja Faqi sewa counter buat jualan HP dan pulsa.. lumayan Mba penghasilannya. Sekarang juga pegang uang dua puluh juta, keuntungan kemarin bantuin teman jual mobilnya. Kita menikah di KUA aja" kata Faqi.
"Kenapa kamu harus memikul tanggung jawab ini Faqi? Masa depan kamu masih panjang" ucap Nay sedih.
"Faqi hanya menikahi Mba untuk memberikan status anak ini aja, Faqi janji ga akan menyentuh Mba. Kita hidup terpisah, tapi Faqi akan menafkahi Mba selama kita terikat pernikahan. Jika kelak Mba merasa ga nyaman dengan pernikahan kita, silahkan Mba ambil tindakan" kata Faqi yakin.
"Mba pertimbangkan dulu ya" ucap Nay sambil menatap jalan.
"Biar bagaimanapun anak Mas Haidar, itu anak saya juga" ucap Faqi.
Ketika sampai di Apartemen, Faqi dan Nay kaget, ada Pak Isam yang sudah menunggunya didepan pintu apartemen dengan membawa tas milik Nay.
"Kamu ga layak tinggal disini. Apartemen ini milik Haidar yang notabene punya saya juga" ujar pak Isam kejam.
"Papi... bisa kita masuk dulu, ga enak disini diliat orang" ajak Faqi.
Mereka duduk bersama di meja makan. Ada dua bodyguard Pak Isam berjaga didepan pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Bagja
wkwkwk. bisa2nya anak ini ngelucu saat kondisi kaya gini.. hahaha
2023-02-22
1
Bagja
iya juga ya kata pak isam???
2023-02-22
1
Partiah Yake
pak isam terlalu tangguh untuk dibohongi
2023-01-05
1