Rombongan kecil Haidar datang membawa buah tangan sekedarnya, tapi mereka membawa hantaran mewah untuk Nay, semua Mba Mentari yang menyiapkan. Mereka juga beralasan kalo Papinya sedang diluar negeri, jadi ga bisa ikut rombongan kali ini.
Dalam pertemuan tersebut, Haidar mengutarakan keinginannya untuk memperistri Nay. Dari pihak keluarga Nay menyerahkan semua keputusan ke Nay.
Nay saat ditanya udah langsung setuju dan ingin secepatnya menikah, maka disepakati sebulan lagi mereka akan menikah. Jika surat identitas Nay yang terbakar bisa diselesaikan dengan cepat maka akan dilangsungkan pernikahan secara sah dimata negara. Tapi jika surat-surat keterangan identitas Nay belum lengkap maka disepakati akan nikah secara agama dulu dan akan diurus legalitasnya setelah itu. Kedua belah pihak tidak ada yang keberatan dengan hal tersebut.
Secara garis besar, semua akan dihandle oleh pihak Haidar dan akad nikah akan diselenggarakan di Mesjid dekat sini. Mereka akan menikah secara sederhana dulu, alasan Mba Mentari karena orang tuanya masih ga bisa pulang dalam waktu dekat ke tanah air, sehingga yang penting sah dulu aja. Nanti untuk pesta dan lainnya bisa menyusul.
Mba Mentari memberikan uang ke Nay untuk mengurus surat menyurat dan makanan buat keluarga dalam persiapan pernikahan. Karena nantinya ketika akad nikah, Mba Mentari bilang akan memakai jasa catering. Haidar menyerahkan satu set perhiasan sebagai pengikat diantara keduanya. Mba Mentari yang memakaikan kalung ke lehernya Nay.
Setelah acara makan siang dan ramah tamah, rombongan Haidar pun pamit dari kediaman keluarga Nay. Tadinya mereka akan mengantarkan Nay pulang, tapi rupanya Nay akan menginap dulu dan besok baru pulang dijemput Haidar sepulang kerja.
🌺
Dalam perjalanan pulang, ketiga bersaudara ini berbincang mengingat memory masa kecil mereka. Yang menjadi supirnya kali ini Faqi, Haidar duduk disebelahnya dan Mba Mentari dibelakang.
"Tau ga... hubungan persaudaraan yang sebenarnya adalah ketika nanti semua dari kita ini udah berumah tangga" tiba-tiba Mba Mentari angkat bicara.
"Maksudnya gimana Mba?" tanya Faqi penasaran.
"Ya karena disaat itu semua udah sibuk sama keluarga masing-masing. Ingat kan saat kecil kita main bersama, pasti nanti ga bisa kaya dulu yang bebas waktu kapan aja bisa kumpul" jelas Mba Mentari.
"Papi kan selalu bilang ke kita, kalo nanti kita udah nikah, diusahakan tinggal serumah atau berdekatan" ingat Faqi.
"Kalo serumah sama Papi kayanya ngga deh, Mas mah mau mandiri" jawab Haidar.
"Itu mah gimana nanti aja, tergantung situasi dan kondisi" lanjut Mba Mentari.
"Tapi selama Papi ga berubah, akan berat buat pasangan kita" kata Haidar.
"Udah deh ... ga usah bahas itu dulu, mendingan kita mengingat masa lalu. Mumpung ada kesempatan bisa jalan bertiga. Jarak usia Mba sama Haidar sepuluh tahun, jarak Haidar ke Faqi juga tujuh tahun. Dengan jarak seperti itu, kita tuh jadi bisa saling menjaga. Apalagi sejak Mami meninggal, otomatis Mba ikut jagain kamu Faqi... emang sih didampingi baby sitter juga. Membatasi waktu main jaman muda buat jagain kalian karena Papi super sibuk. Kayanya Mba lebih kaya jadi seorang Ibu daripada seorang kakak buat kalian berdua" jelas Mba Mentari.
"Iya juga ya, oh ya Mba .. ingat ga waktu ada ada temen cowo satu sekolah sama Mba yang godain dengan bersiul gitu, Haidar nih yang masih kelas tiga SD berani menantang anak SMA.. hahaha" ingat Haidar sombong.
"Ingat dong ... yang akhirnya kamu masuk selokan karena didorong terus didalam mobil, ditelanjangin terus ditutup pake sarung supirnya Papi karena bajunya bau banget. Pada masih inget juga ga ... kalo tiap lebaran kita rebutan salam tempel dari saudara, terus itung bareng-bareng, kalo jumlahnya ga sama bisa nangis" tambah Mba Mentari.
"Ah..... betapa sangat rindu hal-hal kaya gitu ya.." kenang Haidar.
"Mas sama Mba mah enak.. banyak kenangan berdua. Pas Faqi kecil mah udah ga terlalu banyak bareng, kan begitu Faqi TK, Mba Mentari udah nikah dan ninggalin rumah. Pas Faqi kelas lima SD, gantian Mas Haidar yang pergi keluar negeri buat ambil S1 dan masternya disana" ucap Faqi rada mellow.
"Hehehe.. resiko jadi anak bungsu tuh ... apa momen kebersamaan kaya gitu masih ada ya ketika kita semua udah berumah tangga?" ucap Mba Mentari.
"Ciee.. Mba Mentari udah niat nikah lagi ya? ga mau kalah sama Mas Haidar nih. Abis dari tadi ngomongnya rumah tangga mulu" ledek Faqi iseng.
"Mba juga wanita normal Faqi. Masih ingin bermanja dan dilindungi laki-laki" sahut Mba Mentari spontan.
"Tumben jawabannya begitu Mba, biasanya bilang belum bisa ngelupain masa lalu. Tapi apapun pilihan Mba, semoga kelak datang jodoh yang bisa Mba terima apa adanya" sindir Haidar.
"Apaan sih Haidar .. orang mah yang bisa terima kita apa adanya" kata Mba Mentari gemes.
"Ya iyalah Mba, kalo ditanya mah pasti lelaki mana yang ga bisa terima Mba dengan segala yang Mba punya. Tapi ini kan poinnya bagaimana Mba yang bisa terima dengan kondisi lelaki itu. Kalo liat harta, ga ada habisnya Mba. Kita pakai logika aja, misalnya Mba pengen dapat yang lebih kaya dari Mba, ya pasti rada susah, mengingat diusia seperti itu pasti banyak lelaki yang udah berumah tangga. Ga mau kan jadi yang kedua? Kalo Haidar boleh kasih saran, yang penting laki-laki itu punya tanggung jawab, punya kerjaan atau usaha buat kasih nafkah ke Mba ... itu aja cukup" beber Haidar.
"Ngomong pada kaya sok iye aja... pada lupa apa ya sempat jadi korban perjodohan Papi dengan anak temannya .. hahaha" timpal Faqi.
"Sok tau aja nih Faqi .. Tapi Mba ga mau kaya dulu lagi.. Mba jadi sapi perah keluarganya mantan. Nanti kalo nikah lagi pasti akan buat perjanjian pranikah buat pemisahan harta" ujar Mba Mentari.
"Terserah Mba aja lah... kan yang jalanin Mba" kata Haidar.
"Ini pada ngomongin apa sih.. Faqi ga paham arahnya" sela Faqi masih bingung.
"Ya ngomongin masa depan kita lah sama pasangan masing-masing" sahut Haidar.
Jalanan lumayan macet, haus melanda, Mba Mentari membeli air mineral dingin di pedagang asongan.
"Ini misalnya ya, suatu ketika salah satu dari kita menjadi pejabat terhormat, sementara yang lain hanya rakyat biasa, atau ketika yang satu telah menjadi sangat alim tapi yang lain masih mencari hidayah, maka sebaiknya kita tetap berpandangan kalo saudara tetaplah saudara. Dilahirkan dari rahim Ibu dan gen Bapak yang sama, maka darah saudaramu juga akan sama denganmu, sepatutnya saling mengingatkan, saling membantu, saling bergandengan tangan. Jangan malah saling mengejek kekurangan masing-masing. Jangan yang satu terpuruk kalian tertawa diatas penderitaannya. Kadang kitanya yang udah bener jaga persaudaraan eh malah pasangan kita yang malah jadi penghancur persaudaraan" beber Mba Mentari.
"Makanya kita sama-sama janji ya, kalo pasangan kita harus bisa menerima saudara kita juga" ucap Haidar.
"Jadi intinya .. Jagalah saudaramu selagi ada, dalam keadaan apapun, karena kelak dia juga akan menjagamu walau pun hanya lewat do'a" tutup Faqi yang langsung mendapat pelukan dari Mba Mentari dari belakang.
"Ihhh sweet banget sih nih adik bungsu Mba... kalo ngomong sedikit tapi makjleb..." ucap Mba Mentari.
"Dia emang laki-laki sweet Mba, tapi sayangnya sampe sekarang masih jomblo aja" ledek Haidar.
"Kata siapa jomblo?" sahut Faqi.
"Oh jadi udah ada toh? kenalin lah ke kita. Tenang aja, kita kan prinsipnya asal bahagia sama pilihannya maka akan kita dukung. Buktinya sekarang kita dukung Haidar karena Haidar sangat bahagia sama Nay" ujar Mba Mentari sumringah.
"Hehehe... Faqi ga jomblo tapi single, alias belum punya gandengan" bela Faqi.
"Bedanya dimana Bambang???? sama aja dewekan juga intinya" canda Mba Mentari.
"Beda Mba... kalo jomblo itu nasib, tapi single itu prinsip. Padahal mah Mba, kalo Faqi mau tuh udah banyak yang antri hati buat Faqi pilih" jawab Faqi sambil menepuk dadanya.
"Syombong amatttt" tambah Haidar.
Lalu gelak tawa ketiganya terdengar. Sudah lama mereka ga berbincang sesantai ini.
"Faqi... jangan mengulangi kesalahan Mas Haidarmu ... jatuh cinta boleh tapi jangan sampe mencoreng muka keluarga. Hal ini kita rahasiakan dulu ya. Semoga Nay ga hamil sampe waktu pernikahan nanti. Kamu juga Haidar, ga usah ketemu dulu sama Nay sampe akad, lewat telpon aja berhubungannya, Mba khawatir kamu khilaf lagi" nasehat Mba Mentari.
"Iya Mba... lagi mah kalo khilaf sekali aja, kalo ngulang kesalahan itu namanya doyan ... hahahaha" jawab Haidar.
"Kalo dibilangin sama yang tua becanda aja" kata Mba Mentari sambil mencubit tangan Haidar.
"Makanya pilihan Faqi jadi single tepat kan Mba? Jadi bangga nih karena telah menjadi single berkualitas yang menghasilkan karya, daripada pacaran dan merasakan galau, terus jadi menghambat buat berkarya" timpal Faqi.
"Iyess... raih mimpimu Faqi. Kelak akan ada wanita luar biasa yang akan mampu mendukungmu menapaki mimpi" tambah Haidar.
"Widih ... omongannya dah kaya orang tua. Sebenarnya tuh yang harus kita takutin bukan saat menjadi jomblonya, tapi saat kita punya pasangan tapi ga bisa membahagiakannya. Kan lebih ambyar jadinya tuh hubungan" kata Mba Mentari.
"Hehehe curhat Mba?" kata Haidar meledek.
🌷
Di ruangannya, Pak Isam membanting lembaran foto di meja kerjanya. Dia meminta bodyguard yang telah memberikan informasi buat keluar dari ruangan. Pak Isam tampak sangat serius melihat foto itu kembali. Kemudian dia mengangkat telepon dan berbicara dengan sosok misterius di seberang telepon.
"Jangan khawatir, saya akan bayar kamu dua kali lipat dari biasa. Cukup gertak aja jangan sampe ada yang terluka... ingat juga.. kalo pihak berwajib tau, jangan pernah menyebut nama saya atau keluarga kamu yang akan jadi taruhannya" ujar Pak Isam sambil menutup telepon.
Pak Isam masih memandang kearah lembaran foto.
"Maaf Pak ... ada jadwal meeting lima belas menit lagi, semua sudah siap, apa ada lagi yang Bapak butuhkan?" tanya Mba Gita.
"Gita .. " ujar Pak Isam sambil menyodorkan foto.
Mba Gita melihat dengan raut wajah serius.
🏵️
Haidar meminta bantuan orang yang biasa jadi calo dokumen buat mengurus dokumen penting milik Nay yang sudah terbakar serta semua surat menyurat yang diperlukan untuk pernikahan. Untunglah Nay pernah kerja di perusahaan Haidar, jadi masih ada fotocopy ijazahnya.
Mba Mentari juga ikut turun tangan buat mengurus kelengkapan numpang nikahnya Haidar. Semua dilakukan secara rahasia, karena sudah sepakat menyembunyikan dari Pak Isam. Mereka akan berterus terang jika sudah menikah.
Faqi pun sedang mempersiapkan dokumen buat dia mendaftar ke Bandung. Papi hanya diam aja saat Faqi bilang akan berangkat ke Bandung. Haidar dan Mba Mentari lah yang kasih uang buat Faqi urus sendiri, kedua kakaknya sudah berkomitmen buat bantu kuliah Faqi selama di Bandung. Karena mereka yakin Pak Isam ga akan setuju dan ga akan nurunin dana buat kuliah kalo ga sesuai dengan keinginan beliau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Azzam
foto apa ya🤔 ...
2022-07-04
3
Rita Tani
baru baca sampe di part ini kepala rasanya udah brasa berat beuttt
2022-06-04
3
☘️ gιмϐυℓ ☘️
Jadi kepo itu foto apaan yg dipegang Pak Isam
2022-06-01
4