Faqi hari ini datang ke Hotel, niatnya menemui Haidar, ia ingin meminta kesediaan Haidar buat menjadi pendampingnya saat acara kelulusan di sekolah. Tadinya ia meminta Mba Mentari buat mendampingi, ternyata beliau ga bisa karena harus pergi mengurus bisnisnya. Mengharapkan Papi adalah sebuah hal yang mustahil karena sejak TK ga pernah menginjakkan kakinya di sekolah Faqi. Semua urusan pendaftaran sekolah, bayaran sekolah hingga pemberitahuan tentang masa sekolah Faqi adalah tanggung jawab Mba Gita. Bisa dibilang kalo Mba Gita menjadi asisten pribadinya Faqi sejak kecil. Hubungan mereka tidak terlalu dekat karena Faqi merasa Mba Gita hanyalah perpanjangan tangan Papinya, segala ucapan dan tindakannya atas arahan Papi.
Setiap Faqi bermasalah di sekolah atau keluar masuk kantor polisi, kontak Mba Gitalah yang akan dihubungi pertama kali. Makanya Mba Gita sampe dekat sama salah satu pengacara yang khusus dipersiapkan untuk mengurus Faqi juga. Sebaik apapun Mba Gita, dimata Faqi tetaplah ga bermakna. Bahkan Faqi sempat mencurigai kalo Mba Gita berminat menjadi Ibu sambungnya karena selalu ambil berat semua urusan Faqi.
Tapi seiring berjalannya waktu, Faqi tau kalo Mba Gita ga punya niat menjadi pendamping Papinya. Mba Gita terlalu dingin sama pria. Mungkin satu-satunya pria yang bisa membuat Mba Gita ketawa hanya Faqi. Hidup Mba Gita amat sangat serius, jadi sulit mengajaknya buat becanda. Gaya Faqi yang rada slengean terkadang membuat cair suasana yang ada.
🏵️
Setelah menemui sekretarisnya Haidar, Faqi duduk menunggu karena Haidar sedang berkeliling Hotel melihat beberapa ruangan. Faqi diminta Nay untuk menunggu di ruangan Haidar aja.
"Sekretaris baru ya? ga pernah liat sebelumnya" sapa Faqi.
"Ya .. maaf Mas ini siapa ya?" tanya Nay yang memang ga pernah melihat Faqi sebelumnya.
"Saya adiknya Mas Haidar .. Faqi ..panggil aja gitu Mba. Toh saya juga lebih muda dari Mba. Oh ya lupa nanya namanya Mba siapa?" jawab Faqi santai.
"Nama saya Nay, terserah mau manggil nama boleh, mau manggil Mba pun gapapa. Tapi saya ga enak Mas kalo panggil nama Mas aja .. ya Mas ini kan juga anak Pak Isam, owner Hotel ini" ujar Nay.
"Sama kaya Mba Gita aja manggilnya. Semoga betah ya Mba Nay .. Boss nya tuh cowo ga asyik. Hidupnya terlalu serius.. flat" canda Faqi.
"Ya Mas .." jawab Nay sambil tersenyum.
"Kan udah saya bilang, panggil Faqi aja. Ga ada embel-embel apapun" tukas Faqi.
"Maaf sekali lagi Mas .. saya ga bisa" jawab Nay.
Lima menit kemudian, Haidar sudah kembali ke ruangannya.
"Hei ... anak kecil berani-beraninya godain Sekretarisnya Mas ya" kata Haidar.
"Siapa yang godain .. cuma kenalan aja, soalnya Mba Nay ini keliatannya gimana gitu .. hawa-hawa bau Kakak Ipar" goda Faqi berbisik.
"Faqiiiii ... ayo masuk! makin lama kamu disini, makin kemana-mana pemikirannya" ajak Haidar.
Kakak beradik ini jalan beriringan menuju ruang kerja Haidar.
"Jangan ngeledekin Nay kaya gitu, kalo dia dengar kan ga enak" saran Haidar.
"Ga tau ya Mas kenapa tetiba keceplosan kaya gitu. Abis muka Mas sama dia mirip sih. Kan kata orang, kalo muka mirip itu tandanya jodoh" sahut Faqi dengan entengnya.
"Kamu kan tau apa status Mas sekarang ini" ucap Haidar.
"Sangat tau malah Mas. Tunangan seorang wanita tapi ga pernah bisa mencintainya. Kenapa harus dijalani kalo ga ada rasa Mas?" tanya Faqi.
"Anak kecil ga usah ikut campur" jawab Haidar.
"Usia Faqi udah hampir delapan belas tahun loh Mas, bisa dibilang kategori dewasa. Faqi cuma kasian sama Mas, kaya bola yang diarak kesana sini sekehendak hati Papi. Emang dalam hidup Mas ga ada gitu keinginan say no ke Papi?" ujar Faqi.
Haidar memperhatikan wajah adiknya.
"Mas banyak kerjaan, to the point aja ya .. mau minta apa sampe datang kesini?" tembak Haidar sambil mengaktifkan laptopnya.
"Bisa ya Mas Haidar.... please" rengek Faqi.
"Apaan sih baru datang udah bilang plas plis aja, mbok ya cerita dulu" ujar Haidar.
"Yang tadi di chat ... dampingin acara kelulusan sekolah" jawab Faqi.
"Tumben sampe sengotot ini, biasanya waktu perpisahan SD dan SMP, ga pernah didampingin keluarga" ujar Haidar.
Haidar ga pernah melihat Faqi seperti ini. Faqi itu sangat tegar dimatanya, hingga kalo dia bermanja seperti ini adalah hal yang luar biasa. Haidar memahami karena selama Faqi sekolah, saat kelulusan sekolah, dia ga pernah didampingi orang tua atau keluarga lainnya, padahal Faqi selalu mendapat predikat sebagai lulusan terbaik ditiap tingkat sekolah. Faqi selalu memberikan alasan kalo keluarga sedang ada perjalanan bisnis keluar negeri.
"Hari Sabtu kan ya? Kebetulan Mas libur, ingetin aja ya, takutnya lupa" jawab Haidar.
"Alhamdulillah... makasih banyak ya Mas... Mas emang kakak yang the best deh" puji Faqi.
"Kamu mau hadiah apa Faqi?" tembak Haidar.
"Faqi hanya minta Mas buat bantu ngomong ke Papi biar bisa ijinin Faqi kuliah arsitektur" jawab Faqi lantang.
"Kalo yang satu itu berat deh, kamu tau sendirilah gimana Papi. Kalo udah maunya ya maunya" jawab Haidar.
"Kan udah ada Mba Mentari dan Mas Haidar yang meneruskan bisnis Papi" tambah Faqi.
"Faqi... kali ini tolong kamu terima pilihan Papi. Mungkin ini adalah satu-satunya cara agar Papi tergerak buat sayang sama kamu. Emang ga pengen Papi memeluk kamu?" tanya Haidar serius.
"Dengan melupakan mimpi Faqi?" kembali Faqi bertanya.
"Bukan melupakan, hanya menunda sebentar, kelak kamu bisa raih kembali mimpi itu kalo kondisi udah kondusif. Kan Mas sama Mba Mentari akan selalu jadi support system buat adik bungsu tercinta ini" janji Haidar.
"Ga mau Mas .. Faqi ga bisa jadi orang kantoran yang berdasi seperti Mas Haidar" jawab Faqi.
🏠
Nay kembali ke rumah dengan rasa letih yang amat sangat, hari ini berat sekali. Dia harus mengetik banyak surat-surat penting untuk kerjasama dengan beberapa vendor, mengecek kembali draft kerjasama sebelum diserahkan ke Haidar, serta mendampingi Haidar meeting dengan beberapa klien.
"Cape banget Nay keliatannya" ucap Ibunya Nay.
"Ya Bu... ini kaki sampe lemes banget rasanya, udah banyak mondar mandir di kantor, eh tadi pulang juga berdiri desek-desekan didalam kereta" papar Nay.
"Mandi dulu sana, terus makan deh. Kita semua udah makan duluan" timpal Ibunya Nay.
"Iya Bu .. ga usah nungguin Nay, tau sendiri kalo sampe rumah selalu jam sembilan malam, ya abis gimana lagi, kerjaan makin banyak" papar Nay.
"Tapi kan jadinya waktu kamu banyak tersita buat kerjaan" protes Ibunya Nay.
"Ya sebanding sih Bu gaji dan lemburannya, Alhamdulillah kan kemarin bisa ajak keluarga makan di restoran dan beli kebutuhan rumah agak lumayan banyak" ujar Nay
"Bilang sama Boss kamu, kayanya perlu satu orang lagi buat jadi Sekretarisnya, jadi ga cape banget kaya gini" saran Ibunya Nay.
Saat mandi, Nay mulai berpikir atas sikap Haidar belakangan ini. Sudah dua pekan ini Nay merasa ada sesuatu dihatinya. Haidar selalu memperlakukannya dengan sangat amat baik. Dia menjadi orang pertama yang perhatian banget sama Nay, apalagi urusan makanan, sejak tau kalo Nay punya penyakit maag, Haidar selalu membawakan makanan bekal dari rumah yang disiapkan oleh asisten rumah tangganya setiap pagi.
Nay pun mulai merasa ada sebuah rasa dari Haidar kepadanya. Nay ga mau kepedean sendiri dengan berasumsi kalo Haidar suka sama dia. Karena sadar akan posisinya dan tau status Haidar sebagai tunangan orang. Tapi dari sekian banyak tanda-tanda orang jatuh cinta, Haidar menunjukkan beberapanya dihadapan Nay. Haidar selalu ingin didekatnya, kalau libur weekend pun Haidar menanyakan kabarnya bahkan menelpon untuk sekedar bertegur sapa yang ga penting. Ketika awal mengenal Haidar pun, sosoknya tampak serius, tapi sekarang dia bisa melucu walaupun masih garing. Beberapa kali pun Nay menangkap Haidar curi-curi pandang melihatnya dengan tatapan yang lebih dalam dibanding saat dia melihat orang lain. Ga jarang juga Haidar selalu mencari kesempatan untuk bisa berbincang empat mata dengan Nay. Haidar juga sering memberikan kritik dan pujiannya terhadap penampilan Nay. Tapi semua harus Nay kubur dalam-dalam, status Haidar sebagai tunangan orang dan dia pernah melihat Haidar dan Anin berpelukan mesra membuat Nay menarik nafas panjang. Nay terus menanamkan dalam otaknya agar ga menjadi pengganggu hubungan Haidar dan tunangannya. Baginya ga perlu jadi perusak hubungan orang lain dan menghancurkan kebahagiaan orang hanya untuk dicintai dan mendapatkan kebahagiaan. Karena untuk bahagia ga perlu melakukan hal serendah itu. Diri kita terlalu berharga dan pasti kita bisa mendapatkan seseorang yang bisa mencintai dan membuat bahagia.
💐
Faqi mengambil HP nya, dua hari lagi acara wisuda SMA nya.
"Mas... jangan lupa ya, Sabtu ini datang ke sekolah Faqi" ingat Faqi melalui sambungan telepon.
"Ok" jawab Haidar singkat.
🏵️
Haidar memanggil Nay untuk masuk ke ruangannya.
"Ada yang perlu saya siapkan Mas?" tanya Nay.
"Ga ada, semua dah beres .. kamu pulang kerja free ga?" tanya Haidar.
"Ehmm.. kayanya free" jawab Nay.
"Bisa temenin cari hadiah buat kelulusan Faqi sama cari kemeja batik buat saya hadir di acara wisuda dia?" pinta Haidar.
"Saya ga bisa pulang malam Mas" jawab Nay beralasan untuk menghindar.
"Oke .. kalo gitu kita makan siang diluar, sekalian cari hadiah dan baju, toh udah ga ada jadwal hari ini" ucap Haidar.
Nay bingung. Mengiyakan sama aja seperti masuk ke kubangan perasaan yang mulai timbul dalam hatinya. Nay hanya ga mau rasa hormatnya terhadap Haidar berubah menjadi rasa lainnya.
"Tenang aja Nay, saya bawa supir, jadi kita ga berdua aja didalam mobil" tambah Haidar yang menangkap rasa ga nyaman dari Nay.
"Ya Mas" jawab Nay singkat.
"Kamu nanti abis antar saya nyari kado, bisa langsung pulang, ga perlu balik lagi ke kantor" perintah Haidar.
"Ya Mas" jawab Nay.
"Kira-kira punya ide ga mau kasih kado apa ke Faqi?" tanya Haidar.
"Dia sukanya apa?" balik Nay bertanya.
"Otomotif dan arsitektur" jawab Haidar.
"Beliin motor, meja arsitek atau apa gitu yang berhubungan sama passionnya" usul Nay.
"Sayangnya kado yang kamu sebutkan itu ga bisa saya kasih. Bukan karena harganya, tapi karena Papi ga mendukung hobinya Faqi" jawab Haidar gamblang.
"Kalo gitu ya yang standar aja. Dia kan mau kuliah, pasti butuh laptop dengan spek yang tinggi, atau jam tangan yang lebih bagus dari punya dia sekarang, atau beliin tas atau keperluan lainnya" sahut Nay.
"Sayangnya semua itu udah dia punya. Dia tuh kalo minta barang cukup kasih foto ke Mba Gita, besoknya tuh barang udah ada didepan matanya" lanjut Haidar.
"Wow ... the real sultan ya ... bener-bener anak seorang crazy rich" canda Nay.
"Itulah Nay .. kadang kami mendapatkan sesuatu tanpa effort yang berlebih. Bisa dibilang apa yang kami ucap maka itulah yang akan kami dapat" kata Haidar.
"Beruntung itu namanya Mas" jawab Nay.
"Keberuntungan yang selalu orang lain sematkan itu harus kami bayar mahal Nay ..." ujar Haidar rada sedih.
"Maaf ya Mas kalo becanda saya terlalu dalam membuat Mas tersinggung" pinta Nay.
"Ga Nay .. opini kamu ini udah jadi makanan harian buat saya, makanya saya ingin membuktikan ke semua orang kalo keberuntungan hidup ini selain dari orang tua, juga dari usaha kerja keras dari diri sendiri" tukas Haidar.
"Ya Mas .. Saya yakin kalo anak-anak Pak Isam akan lebih baik dari pendahulunya. Kan mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari generasi sebelumnya" puji Nay.
Para karyawan Hotel ga ada yang curiga kalo Haidar keluar sama Nay, karena memang tugasnya Nay mendampingi Haidar dalam pekerjaan. Jadi mereka berpikir Nay akan mendampingi Haidar meeting dengan klien diluar kantor.
Didalam mobil, Nay duduk bersebelahan dengan Haidar, ini pertama kalinya dia pergi dalam satu mobil dengan Haidar. Karena selama ini meetingnya hanya di Hotel milik Pak Isam.
"Rileks aja Nay, kamu mau diajak ke Mall, bukan mau saya culik, hehe" canda Haidar.
"Ya Mas" jawab Nay.
"Atau khawatir kalo pacar kamu cemburu karena pergi sama saya?" tanya Haidar deg-degan.
"Saya ga punya pacar Mas" jawab Nay yang membuat jantung Haidar aman.
🏢
Sesampainya di Mall, mereka menuju ke outlet tas, memilih tas buat Faqi, selera Nay memang bagus, jadi dia bisa langsung memilihkan yang cocok buat Faqi. Setelah itu mereka menuju deretan baju batik. Nay pun ikut membantu Haidar buat memilih. Ga sengaja Haidar melihat Faqi sedang berjalan sendirian. Dia memanggil Faqi untuk bergabung.
"Eh ada Mba Nay .. Mas Haidar, gimana kalo Mba Nay ikut aja ke wisudanya Faqi.. kan Mba Anin ga bisa ikut Mas Haidar" usul Faqi.
"Tanya dulu sama Nay nya.... dia mau ga nemenin Mas" jawab Haidar yang berharap Nay setuju.
"Gimana Mba Nay? Kan kalo yang lain juga lengkap ada ibu dan bapaknya. Yah kasian kan Mas Haidar sendirian" tanya Faqi.
"Gimana ya.." jawab Nay ragu.
"Pokoknya Mba Nay harus mau, nanti kita jemput. Sekarang beli baju couple dulu aja sama Mas Haidar" ucap Faqi.
"Tapi kan belum bilang ke orang tua" sahut Nay.
"Pokoknya sekarang beli aja dulu bajunya, urusan nanti ikut atau ga ya tergantung ijin orang tua Mba Nay" paksa Faqi.
Selepas belanja, Faqi meminta Haidar mentraktirnya kesebuah Restoran. Terlihat sekali perhatian Haidar tertuju ke Nay. Faqi melihat sebuah kebahagiaan yang terpancar diwajah sang kakak. Baru kali ini Faqi melihat senyum bahagia itu. Bahkan ketika bertunangan pun, Haidar ga sebahagia ini. Nay pun sudah tampak cair cara bicaranya. Ga sekaku biasanya.
Faqi memang tipe anak yang supel, mungkin karena dia bebas berkawan dengan siapa aja, sehingga pandai membangun pembicaraan.
"Nay... untuk pertama kalinya, aku ga perlu mencoba untuk pura-pura bahagia. Karena saat bersamamu, hal itu terjadi begitu saja" kata Haidar dalam hati disertai senyum.
Canda serta gelak tawa terdengar diantara obrolan mereka bertiga. Faqi makin melihat pancaran mata Haidar yang full of love banget kearah Nay.
"Mas Haidar... baru kali ini kulihat kau amat bahagia, bahagia yang sesungguhnya, jika dia sekarang menjadi mimpimu, jangan pernah takut buat berjuang mewujudkannya. Sekalipun Papi pasti akan menentang, tapi paling ga sekali dalam hidup Mas udah berani mengejar mimpi. Mba Nay pun sama, mencoba menutupi perasaan yang ada. Semoga cinta kalian ga terbunuh oleh keadaan" ujar Faqi dalam hati.
Sulit mendeskripsikan kebahagiaan dimata Haidar sekarang ini, tapi Faqi bisa merasakannya. Demikian pula senyuman penuh cinta dari Nay untuk Haidar.
🍒
Hari Sabtu jam tujuh pagi, Haidar dan Faqi sudah menjemput Nay di rumahnya, rumah tersebut tampak sangat sederhana, bangunannya pun tampak lusuh dimakan jaman. Bapaknya Nay hanya seorang kurir ekspedisi, ibunya penjual nasi uduk dipagi hari. Tiga adik Nay masih sekolah. Setelah berpamitan dengan orang tua Nay, mereka langsung menuju gedung serbaguna dekat sekolah Faqi.
Acara demi acara dilewati, tampak Haidar sangat menikmati acaranya, biasanya dia paling ga suka ceremony yang bertele-tele seperti ini, tapi kini disebelahnya ada Nay yang selalu berbincang dengannya membahas tentang acara. Tibalah diacara pengumuman murid berprestasi. Nama Faqi sudah disebut dua kali, sebagai peraih nilai matematika sempurna dan raihan nilai UN (Ujian Nasional) tertinggi. Sekolah masih punya kategori best of the best student, semua banyak yang meneriakkan nama Faqi. Faqi yang duduk disebelah Haidar hanya tersenyum.
Haidar ga menyangka kalo Faqi sangat luar biasa prestasinya, karena selama ini yang dia tau kalo Faqi hobi banget keluar masuk kantor polisi.
"Dan the best student diangkatan 42 adalah..... Raffasya Qiyas Ramadhan" ucap bapak Kepala sekolah.
Riuh suara tepuk tangan beserta decak kagum yang hadir disana.
Dengan bangga Faqi berjalan kedepan dan diikuti oleh Haidar dan Nay yang hari ini mewakili orang tua. Banyak mata tertuju justru pada pasangan dibelakang Faqi. Mereka melihat perpaduan yang sangat cocok. Laki-lakinya tampan nan rupawan serta berwibawa, sedangkan wanitanya bak model yang berlenggak lenggok di catwalk. Haidar membantu Nay untuk naik ke panggung. Untuk pertama kalinya mereka bersentuhan. Awalnya Nay ragu, tapi rok kainnya membuat dia agak kesulitan buat naik tangga panggung. Hingga ia mau dibantu oleh Haidar.
Sampai diatas panggung pun, Haidar masih melingkarkan tangan Nay ditangannya, Nay udah berusaha menarik tapi Haidar menahannya.
💐
"Apa-apaan ini" ujar Pak Isam sambil membanting Tab yang tadi diserahkan oleh Gita.
"Saya lihat dari media sosialnya Mas Faqi" jawab Gita.
"Siapa dia?" tanya Pak Isam dengan geramnya.
"Sekretaris Mas Haidar" jawab Gita cepat.
"Bikin janji pertemuan saya dengan wanita itu tanpa sepengetahuan Haidar" perintah Pak Isam.
"Baik Pak" jawab Gita.
Pak Isam masih marah dengan foto yang baru aja dilihatnya. Terpampang jelas foto Faqi bersama Haidar dan Nay diatas panggung. Kalo sekedar foto aja mungkin ga bikin Pak Isam semarah ini, tapi tangan Nay yang melingkar manis ditangan Haidar dan senyum penuh kebahagiaan membuat beliau makin berang.
Gita masuk keruangan Pak Isam dengan tergopoh-gopoh, baru saja ia dapat telpon dari kafe milik Pak Isam, mengabarkan kalo salah satu kafe dibilangan Menteng digerebek polisi karena ketahuan ada transaksi obat terlarang dalam skala besar dan melibatkan pihak manager kafe tersebut.
Pak Isam langsung menghubungi pengacara untuk membantunya. Pastinya berita seperti ini bisa dijadikan senjata dari para saingan bisnisnya.
"Gita... undur dulu pertemuan saya sama Sekretarisnya Haidar. Memulihkan nama baik kafe lebih penting sekarang ini daripada wanita itu" ujar Pak Isam.
"Baik Pak" jawab Gita.
🌺
Anindya masih sibuk-sibuknya mempersiapkan gerai factory outlet pertamanya di Bogor, tepatnya dekat kampus IPB Darmaga. Selain sasarannya para mahasiswa, daerah sana sekarang banyak perumahan-perumahan baru dan sedang berkembang. Pesaing untuk busana pun belum banyak. Sebenarnya tiap malam, Anin selalu menelpon Haidar, tapi kadang Haidar mengacuhkan panggilan telpon itu begitu aja. Kalo Anin chat pasti nanti alasannya HP ketinggalan di kamar sedangkan ia lagi main PS sama Faqi atau HP disilent jadi ga kedengaran. Karena alasannya seperti itu terus, Anin pun jadi paham kalo ga diangkat telepon darinya.
🌷
"Mas Faqi, ini tiket dan visa, dua hari lagi Mas akan berangkat test ke beberapa universitas di Inggris" kata Gita sambil menyerahkan amplop ke Faqi berisi dokumen yang diperlukan Faqi untuk ikut tes keluar negeri.
"Siapa yang mau kesana?" tanya Faqi terkejut.
"Pak Isam sudah mengaturkan perjalanan Mas selama disana. Nanti Mas akan dibantu sama mahasiswa Indonesia yang udah biasa mendampingi para calon mahasiswa baru ketika akan test masuk" jelas Gita.
"Bilang ke Papi, saya ga mau" ujar Faqi sambil mengembalikan amplop tersebut.
"Tapi Mas Faqi, ini perintah Bapak" sahut Gita.
"Ya saya tau itu perintah Papi, saya besok akan berangkat ke Bandung buat cari info daftar diri ulang setelah dinyatakan lulus masuk arsitektur" kata Faqi.
"Tapi Bapak ingin Mas Faqi kuliah seperti kakak-kakak yang lain" sambung Gita.
"Mba Gita... udah lama kan kenal sama Faqi? Mba Gita tau kan hubungan Faqi dan Papi seperti apa? Papi ga akan marah Mba kalo Faqi ngelawan, kan udah biasa" jawab Faqi.
"Mas Faqi... kadang kita perlu sedikit mengalah demi kebahagiaan orang tua" saran Gita.
"Sedikit mengalah Mba? Bukankah saya sudah sering mengalah selama ini?" tanya Faqi balik.
"Ya Mba Gita paham, tapi semua ini buat kebaikan Mas juga" lanjut Gita.
"Kebaikan saya atau kebaikan buat perusahaan ini? Saya ga bisa meneruskan bisnis Papi Mba, saya mau punya usaha sendiri, berdiri diatas kaki sendiri" terang Faqi.
"Mas .. ini sudah lengkap saya tulis, jadi nanti disana Mas ga perlu memikirkan tinggal dimana" potong Gita sambil meletakkan kembali amplop diatas meja dekat Faqi duduk.
💐
Udah tiga hari ini, tiap pulang ke rumah, wajah Pak Isam tampak lusuh dan ga bersemangat. Sangat diluar dugaannya kalo kafe berkonsep family dijadikan sarang transaksi narkoba selama setahun terakhir. Menghadapi cecaran pertanyaan awak media membuatnya cukup pusing.
Saat membuka pintu rumah, Pak Isam sudah berjalan gontai.
"Pi.. Papi kayanya pucat, Papi sakit?" ujar Faqi yang kebetulan turun tangga mau menuju garasi, dia lupa belum menyabut kunci motornya.
Tanpa kata-kata, badan Pak Isam sudah terhuyung dan terjatuh di lantai. Faqi berlari cepat kearah Papinya sambil teriak minta tolong. Yang ada di rumah hanya para pekerja. Kakak-kakaknya belum ada yang pulang. Faqi dibantu para pekerja mengangkat tubuh Pak Isam.
Faqi masuk ke kamar Papi. Satu-satunya ruangan di rumah ini yang ga pernah dia masuki. Dokter sudah dipanggil dan memberikan obat. Pak Isam diminta untuk istirahat total dan jangan banyak pikiran.
Faqi mengantar dokter keluar kamar dulu. Kemudian dia masuk kembali dan duduk disamping ranjang Papinya.
Pak Isam masih sadar hanya masih berasa pusing aja. Dalam kondisi berbaring Pak Isam mengajak Faqi berbincang.
"Gita udah kasih kamu tiket?" tanya Pak Isam.
"Udah Pi" jawab Faqi singkat.
"Siapin semua keperluan yang perlu kamu bawa, kamu kan disana sebulan. Do the best. You can do it" lanjut Pak Isam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 216 Episodes
Comments
Muhammad Dimas Prasetyo
sengaja yg ga disengaja tuhh
2022-06-03
2
Muhammad Dimas Prasetyo
aamin
2022-06-03
1
☘️ gιмϐυℓ ☘️
Yang mau sekolah siapa,yg milih jurusan siapa 🙄🙄
2022-05-31
3