"Tunggu kau bang akan aku adukan semuanya kepada Nenek," batin Mala geram.
...Mala terus melangkahkan kakinya untuk masuk lebih dalam sambil mencari keberadaan sang Nenek....
"Ternyata Nenek ada disini?" ujar Mala ketika berada diambang pintu dapur.
...Sang Nenek pun terenyum sambil melihat kearah cucu perempuannya tersebut....
"Mala, kenapa kamu belum ganti baju?" tanya sang Nenek ketika Mala mendekatinya.
"Mala," Mala tidak mampu meneruskan ucapannya, dia langsung memeluk sang Nenek dan menangis di sana meluapkan apa yang dia rasakan tadi ketika di rumah sang Bapak.
"Kenapa sayang?" tanya sang Nenek sambil mengusap lembut punggu gadis malang tersebut.
"Mala gak sanggub lagi Nek," lirih Mala sambil menegakkan wajahnya menatap perempuan tua dihadapannya yang sangat disayanginya tersebut.
"Cuppp, " kecupan lembut menyentuh mata Mala yang basah akan air mata membuat gadis itu terdiam untuk sesaat.
...Sang Nenek sangat menyayagi Mala karna gadis malang itu sanggat berati dalam hidupnya. Amanah yang sangat indah untuk sang Nenek....
"Mala sudah gak kuat kayak dulu lagi Nek, tolong Mala," ucap Mala mengutarakan perasaannya kepada sang Nenek.
... Nenek Aisyah hanya tersenyum menanggapi ucapan sang cucu....
"Mala sayang pergi mandi dulu sana, dan ganti baju ini," pinta Nenek Aisyah sambil menunjuk baju toga yang di kenakan oleh sang cucu.
...Mala menggelengkan kepala dia seakan enggan untuk menjauh dari sang Nenek....
"Sayang," panggil Nenek Aisyah lembut sambil menatap wajah sendu sang cucu.
"Kenapa kamu sekarang tidak mau menuruti permitaan Nenek?" lirih Nenek Aisyah.
Mala tertegun akan kata-kata sang Nenek.
"Nek," panggil Mala.
...Belum sempat Mala menyelesaikan ucapannya sang Nenek langsung memotongnya....
"Sudah cepat mandi kita shalat bejamaah, mumpung ada Abang mu," ujar sang Nenek.
...Mala hanya tersenyum kecut menaggapi ucapan Neneknya....
...Nenek Aisyah mendorong pelan tubuh sang cucu, dia paham kalau sang cucu saat ini sedang memikul beban yang berat di hati dan pikirkannya....
"Andai kau masih hidup nak, mungkin putrimu takkan seperti ini," batin Nenek Aisyah yang miris akan hidup sang cucu.
...Sambil menatap wajah sang cucu dia memanjatkan doa kepada sang Maha Kuasa agar ada kebahagian untuk sang cucu....
"Cukupkanlah penderitaannya ya Robb, biarkanlah cucuku terenyum menghadapi hari esok," batin Nenek Aisyah berdoa.
"Baiklah Nek, Mala akan mandi," ujar Mala sambil berlalu dari hadapan sang Nenek.
.
.
.
...Mala melakukan rutinitas mandinya dengan cepat, karna samar - samar terdengar suara Azan sang Abang yang berada di Musolah kecil yang ada di rumah sang Nenek....
...Mala melangkahkan kakinya dengan cepat karna sepertinya shalat Magrib sudah dilaksanakan oleh Abang dan Neneknya....
...Benar seperti yang dipikirkan Mala Abangnya sudah mengucap takbir....
"Mala ayo cepat," bisik Nenek Aisyah sambil merangkul sang cucu.
"Allahhu Akkbar,"
Tes...
...Air mata Mala jatuh tanpa dipinta, ketika mengangkat tangan untuk takbir, saakan dunia hilang dari dirinya. Mala hanyut dalam shalat yang pelantara komunikasi antara Hamba dan sang Pencipta....
...Merdunya suara Azzam, mebuat Mala seakan tidak inggin menyudahi shalatnya. Hatinya menghanggat seolah diselimuti oleh lantunan ayat -ayat al-Qur'an yang dibacakan oleh sang Abang tersebut....
"Untung kau Abang sedarahku, kalau bukan aku jadiin Suami kau Bang!" batin Mala kagum.
...Ketika mencium tangan sang Abang, Mala teringat akan kelakuan kejahiliahan yang Abangnya lakukan tadi. Mala tersenyum penuh arti ketika menatap Abangnya tersebut....
...Ketika beralih mencium tangan sang Nenek, Mala mulai melancarkan serangan untuk sang Abangnya....
"Nek," lirih Mala.
...Nenek Aisyah menatap Mala, sambil tersenyum lembut kepada sang cucu....
"Ada apa sayang?" tanya Nenek Aisyah sambil mengalus puncuk kepala Mala yang masih dibalut oleh mukena.
"Abang cium Mala, tadi pas didepan Nek!" adu Mala kepada sang Nenek.
...Nenek langsung menatap tajam Azzam, membuat pemuda itu menelan silvernya. Karna takut akan kemarahan sang Nenek, yang tidak pernah pilah pilih. Kalau memang salah, maka harus dihukum baik itu Cucu, Menantu ataupun anak kandungnya sendiri bahkan walaupun sang Suami ketika masih hidup dulu....
...Salah ya salah, jangan pernah membenarkan yang salah, itulah prinsip Nenek Aisyah....
"Azzam hanya cium dipipi aja, Nek! "jelas Azzam sambil mendekat kepada sang Nenek.
"Azzam tu kesel, Nek! Sama kelakuan Mala ini. Masak, pas di podium dia gak mau di foto, malahan hilang entah kemana?" tambah Azzam menjelaskan akar permasalahannya.
"Kesel, sih kesel, Bang! Tapi gak usah cium Mala juga, Mala ni udah besar. Sudah Akhil balik, enggak boleh di sosor-sosor. Paham!" bentak Mala kepada Azzam.
...Nenek Aisyah langsung menengahi pertikaian antara kedua cucunya tersebut....
"Benar, yang dikatakan Mala Zam? Kamu enggak boleh cium-cium Mala kayak gitu, walau kalian Mahrom. Bahkan sudah sedarah, tetapi kamu harus menjaga sikap," jelas Nenek Aisyah.
...Mendengar penuturan sang Nenek yang penuh penekan tersebut, membuat Azzam menundukkan kepala. Menyadari kesalahannya....
"Maaf," hanya kata itu yang mampu Azzam ucapkan untuk meluapkan perasan bersalahnya.
"Nenek juga mintak maaf ya sayang, karna Nenek tidak bisa hadir diacara perpisahan sekolahmu, karna Nenek tadi harus cek up," jelas Nenek Aisyah sambil menatap sendu sang cucu.
.
.
.
...Disinilah terlihat jelas buah hasil didikan sang kakek Ibrahim. Kepada istri, anak atau Menantu serta cucunya. kalau salah harus mau mengakui dan memintak maaf tidak memandang siapa yang tua atau muda....
...Walau sang kakek telah tiada, tetapi ilmunya mengalir terus bagai air yang menghantarkan namanya sebagai lelaki yang akan dikenang oleh orang-orang disekitarnya....
.
.
.
"Enggak apa ko, Nek!" jawab Mala santai, membuat sang Nenek dan Abangnya menatapnya heran.
"Kelulusan Mala engak ada artinya juga dimata Bapak, izasah Mala hanya dianggap kertas yang tidak berharga," lirih Mala membuat sang Nenek meneteskan air mata.
...Susana yang tadinya Hikmat, ketika shalat berubah menjadi sendu. Karna gadis yang periang itu meperlihatkan kekecewaan yang mendalam....
"Eh, itu Dek! Baju toganya jangan sampai rusak, baju itu hanya dipinjamkan bukan dikasih,"
...Pernyataan Azzam membuat mata Mala membulat sempurna sambil menatapnya dengan tajam....
...Azzam sengaja berbicara separti itu, untuk mengalihkan pembicaraan yang tadi membuatnya tidak nyaman....
"Aku tau Bang! Aku cuci dulu bajunya, baru aku kasihkan ke Abang. Tenang aja, aku yang akan bayar sewanya sekalian, " ujar Mala sambil tersenyum kecut.
"Loh ko, pakai sewa-sewaan bajunya?" tanya Nenek Aisyah sambil menatap wajah cucunya bergantian.
"Itu Nek, Mala katanya gak mau buat baju toganya, biar sewa atau pinjam aja supaya hemat," jelas Azzam sambil tersenyum menanggapi sang adik, sedarahnya yang super duper hemat.
...Semuanya selalu dihitung-hitung baik atau buruknya atau mahal atau murahnya suatu barang atau perkara....
...Nenek Aisyah hanya mengeleng-gelengkan kepala menanggapi cerita cucunya....
"Mas, andai kamu masih ada disini. Aku yakin Mala tidak akan merasa kesulitan seperti sekarang!" batin Nenek Aisyah.
"Bang aku tu, emang enggak menggangap kelulusanku berati. Makanya aku santai aja, karna aku sudah mengadu kepada sang Pemilik Kehidupan. Kalau aku sudah cukup, merasakan bangku Sekolah".
Deg...
...Apa yang dikatakan Mala membuat jantung Azzam dan Nenek Aisyah seakan ingin berhenti berdetak....
.
.
.
...bersambung......
*setelah baca wajib like and comen ya 😇*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Cip_13
🤧 ceritanya bagus kak, sedih² gmn gtu.
saling dukung yuk kak berkunjung ke novel aku jgn lupa "Letter to My Albino"
bunga untuk kk🌹🥰
2022-08-11
2
mei
jadi sedih 😩
2022-07-15
1
Shinbe
dah mampir nih thor, kunjungi juga "Aku Bukan Dia" nya Ratihshinbe ya thor. Smangat saling dukung💪💪
2022-07-08
1