POV Nur Mala Sari

...Kelulusan sekolah yang aku tunggu-tunggu terasa hampa. Karna, aku mendengar cerita burung bahwa kakekku telah meninggal dunia....

...Mustahil, kata itu yang ada dalam pikiranku. Karena tidak ada satupun anggota keluarga yang menghubungi. Jadi, aku hanya mengangapi berita itu bagaikan angin lalu saja....

...Tapi hari ini, ketika aku berada diatas podium perpisahan sekolah. Ketika, aku akan menerima penghargan sebagai juara kelas. Sekaligus santriwati terbaik dengan nilai tertinggi....

...Semua harapanku hancur, mataku melebar mencari keberadaan keluargaku. Lebih tepatnya sang kakek, cinta pertamaku. Namun nihil, aku tidak melihat batang hidungnya. Apa lagi keluarga yang lain?....

...Keluarga? Ah, kenapa kata itu menyadarkanku. Bahwa aku hanya anak yang tidak diharapkan kehadirannya....

"Mohon perhatian untuk orang tua Ukhti Nur Mala Sari, untuk naik keatas podium.Menerima penghargaan dan bingkisan," ucap pembawa acara berulang-ulang kali.

...Sayang--seribu sayang, tidak ada yang datang. Membuat hatiku, hancur-sehancurnya. Aku sudah berusaha sebaik mungkin, memberikan apa yang aku bisa. Tetapi semuanya seolah tidak ada artinya. ...

"Maaf saya terlambat," ucap Azzam sambil ngos-ngosan karna habis berlari.

"Maaf, Akhli ini siapa?" tanya pembawa acara.

"Emmm ..., " Azzam berdehem menetralkan suaranya sebelum berbicara.

"Gayamu, bang!" ucapku geli hati, melihat gaya abangku yang sok cool kayak gitu.

"Perkenalkan nama saya Muhammad Azzam."

...Sambil menyodorkan tangannya memperkenalkan diri....

"Maaf, maksud Ana. Akhli ini, setatusnya. Siapa Ukhti Mala?" tanya pembawa acara itu, sambil menakupkan telapak tangannya didada. Membuat abangku tersenyum kikuk.

"Tuuu--kan, salting! Kamu Bang, dasar narsis."

...Aku bener-bener geregetan. Melihat gaya abangku, yang sok-sokan gitu. Kayak gak ada malu-malunya....

...Tanpa aba-aba, abangku mengambil mix ditangan pembawa acara yang aku tahu namanya Siti....

"Assalamualaikum, selawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw."

"Cih ... , "

"Dasar anak Ustad, gak permisi-permisi ceramah aja," batinku.

"Saya mewakili orang tua Mala ,yang sedang berhalangan hadir diacara yang Hikmat ini."

"Pintar banget kamu, Bang! Ngelesnya, batinku."

"Terimakasih, mungkin hanya itu yang saya mampu ucapkan. Kepada Ustad/Ustazah yang telah sabar membimbing adik kesayangan saya ini," ujarnyasambil menatapku sekilas, Lalu melanjutkan sambutanya.

"Saya berharap para jajaran guru Ridho akan adik saya selama proses belajar di pondok pesantren Nurul Huda, yang akan membuat semua ilmu yang dimiliki adik saya, bisa berkah dan berguna dikemudian hari."

...Kata-kata abangku, menyentuh hati terdalamku. Bagaimana tidak? Aku selalu membuat masalah, yang membuat guru BK angkat tangan karna ulahku....

...Aku sering menghajar habis-habisan santri disini, karna menggangguku....

...Singkat dan padat ucapan abangku, dia merangkulku. Sambil terenyum memegang piala juara satu yang aku dapatkan....

"Ayo, Dek! Tersenyum, Abang ada untukmu," ujar abangku, membuat perasaan ini jadi menghangat.

...Hanya beberapa cepretan foto, Aku teringat akan sesuatu. Membuat aku meninggalkan acara tanpa menghiraukan teman-teman atau ustad/ustazah disana, Aku langsung melangkahkan keluar gedung. Menuju asrama....

...Aku ingin menemui Bapak, aku hanya ingin Beliau melihat anak yang selama ini tidak dihiraukan. Sudah lulus sekolah dan akan memulai kehidupan yang baru, dengan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama di pondok pesantren....

...Aku terus melangkahkan dengan cepat menuju keasrama, dan langsung mendekati koper miliku. Mengambil tas kecil yang berisi dompet, karna aku perlu uang untuk ongkos ke rumah Bapak. Enggak lucu rasanya, jika aku jalan kaki. Dengan jaraknya kurang lebih satu kilo meter....

Sepi ... .

...Ya--tentu, sepi! Karna ,semua orang sekarang berada di aula. Menikmati acara perpisahan, yang harus melukiskan banyak kenangan disana. Tetapi, tidak dengan diriku....

...Hanya, karna janji yang telah aku ucapkan kepada Kakek. Membuat aku, sanggub tak sanggub berada disini. Tetapi, hari ini aku akan bebas....

...Seperti burung yang dikurung didalam sangkar, dan dilepaskan kealam bebas terbang. Sambil bersenandu ria, begitulah yang aku rasakan. Hari paling di tunggu-tunggu telah tiba....

...Istilah kata, seperti orang yang sedang berpuasa. Ketika bisa berbuka nikmatnya tiada terkira....

...Aku langsung meninggalkan asrama dan menuju gerbang keluar. Aku rasa-rasanya sudah ingin cepat keluar dari sini. Rindu yang tertahan kepada sang kakek, tidak mampu aku bendung lagi. Tetapi, aku harus balas dendam dulu dengan Bapak. Aku akan menyombongkan pencapaianku saat ini, agar Beliau menyesal telah menyia-nyiakan anak haramnya ini....

"Stop ..., Mau kemana kamu?"tanya sapam meghadangku di depan gerbang.

"Mati aku, dasar! Sudah lulus, masih aja dihalangi untuk keluar? Aku kutuk kau Mang Ujang. Jadi, perjaka tua sampai mati," batinku kesal dengan sapam yang menjaga pondok pesantren ini. "

"Aku mau pulang, Mang!" ucapku sambil menatap tajam pria didepanku.

"Loh--kok! Enggak bawa koper, neng?" tanyanya.

"Dasar ..., dia yang selalu menghalangiku keluar? Sekarang terang-terangan mengusirku pula. Apa, boleh aku tonjok bibirnya sampai robek?" batinku geram.

"Nanti, ada abangku yang bawakan. Mang!" balasku dingin.

"Oh--gitu? Jadi, nanti aja kamu keluarnya. Neng mala, tunggu abangnya sekalian!" jawabnya.

"Mang Ujang, mau masuk rumah sakit? Karna patah tulang pipi!" tanyaku.

"Apa maksudmu Mala? Saya ini hanya menjalankan kewajiban saja, jangan aneh-aneh," ucapnya ketakutan.

...Aku bisa melihat, kalau dia takut dengan ancamanku. Karna terlihat dengan jelas, wajahnya yang pucat dan keringat yang mengucur deras....

"Aku sudah lulus, Mang! Jadi, apa yang aku lakukan nanti. Tidak ada sangkut pautnya dengan pondok pesantren," ancamku sekalian. Memberi mang Ujang ini, kenangan yang akan selalu dia ingat tentang aku.

...Benarkan, apa yang aku pikirkan? Mang Ujang membukakan pintu gerbang. Tanpa berbicara, terlihat tangannya yang gemetar. Membuatku sedikit simpati. Tetapi, kalau teringat kelakuan mang Ujang? Yang selalu menghalangi dan menginterogasi aku ketika akan keluar, simpatiku menjadi hilang....

"Assalamualaikum, makasih mang!" ucapku sambil terenyum padanya, yang hanya dibalas anggukan kepala saja.

...Setelah lumayan menjauh dari pondok pesantren. Aku langsung mencari tukang ojek dipangkalan yang tidak terlalu jauh dari tempatku berdiri sekarang....

"Pak--ke jalan Merpati, berapa ongkosnya?" tanyaku kepada bapak-bapak, tukang ojek.

"50 ribu, aja. Neng!" jawab Bapak berjaket coklat, yang aku bisa kira berkisar 35 tahunan sebaya sama Bapakku.

...Aku mengganguk menangkapi ucapannya, tanda menyetujui ongkos yang disebutkan....

.

.

.

Di motor ojek.

...Aku memilih bungkam, selama perjalanan. Sebenarnya, aku merasa risih bergoncengan dengan bukan mahromku. Tetapi apa boleh buat? yang penting cepat sampai pikirku....

...Hingga, tidak terasa gang yang dulu aku enggan masuki telah nampak didepan mata....

"Berhenti--disini aja, Mang!" pintku sambil menepuk pelan punggung lelaki tersebut.

"Ini--uangnya, Mang! Makasih," ucapku ketika, dia telah menghentikan kendaraannya.

...Setelah membayar, akupuj segera meninggalkan lelaki itu. Tanpa, menanggapi ucapan terimakasihnya....

...Ternyata, aku harus kerumah ini lagi? Rumah sederhana berukuran 5/10 bercat biru, yang melukiskan memori kelam bagiku kepada sang Bapak....

...Tega! Kata itulah yang sering aku ucapkan. Jika kala, aku menanggapi semua ucapan yang keluar dari mulut lelaki yang seharusnya menjadi pelindungku. Setelah kepergian sang Ibu....

...Tapi, apa yang aku dapat? Aku bagai anak yang dibuang orang tuanya sendiri. Aku disusui dan diasuh oleh permpuan lain, untung itu kakak kandung Ibuku....

...Sedangkan Bapak? Seolah-olah tidak ada perannya dalam hidupku, membuatku sangat enggan merurusan dengannya....

...Malang, memang hidupku ini? Anak yang tidak diingginkan, oleh Bapak kandungnya sendiri....

...Kalau boleh memilih? Maka aku lebih memilih mati bersama Ibu, dari pada harus hidup mengenaskan seperti ini....

...Aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan didunia ini! Tetapi, apalah dayaku? Aku hanya bisa, menerima dengan ikhlas. Apa yang telah menjadi suratan takdirku....

...****************...

...**ketika kita, Ridho akan ketentuan Allah. Maka Allah, akan Ridho kepada kita. Sebagai hamba-Nya yang berserah diri.**...

...**Allah persangka hamba-Nya, maka persangka baiklah kepada Allah. Sesungguhnya, apa yang baik menurut kita? Belum tentu, baik menurut Allah. Karna hanya Dia yang Maha Mengetahui**....

...****************...

...ketika, pintu dibuka. Terlihat dengan jelas, wajah sang Bapak yang tidak bersahabat menyambutku. ...

"Mau, apa kamu kesini?" tanyanya dengan sorot mata tajam.

"Dia itu, Bapakku bukan. Sih?" batinku geram.

Drama dimulai ....

.

.

.

Baca di bab pertama, Author malas menggulang. Bikin sesek jiwa--raga. 😭😭😭

...Bersambung......

*Setelah baca wajib like end comen ya 😇*

Episodes
1 "Cap Anak Durhaka"
2 "Mengadulah Kepada Sang Pemilik Kehidupan"
3 "Sedang Merenung Bukan Melamun"
4 "Mala Ingin Menikah"
5 "Salah Paham Berujung Tragis"
6 POV Nur Mala Sari
7 "Ko tiba-tiba jadi baik ya? "
8 "Sunat diam-diam menikah terang-terangan "
9 "Kumpul keluarga bikin sesek jiwa raga"
10 "Peninggalan sang kakek Ibrahim"
11 "Esakusi calon pengantin"
12 "Perceraian bukan pilihan tapi jalan keluar"
13 "Hari yang ditunggu telah tiba"
14 "konflik rumah tangga dimulai"
15 "Jadilah juru pakir"
16 "Ternyata salah paham"
17 "Menantu luar biasa pilihan sang putra"
18 "Malam pertama pengantin"
19 "Adanya Penggangu"
20 "Kembali pulang"
21 POV Satria Putra Permata
22 "Kedatangan calon PELAKOR"
23 Salah paham berakhir diranjang
24 Akhirnya Terjadi
25 Memulai Hari Baru
26 Mencari Modal Usaha Baru
27 Kedatang Bapak dan Suci
28 Mencoba Berusaha Demi Cinta
29 Kabar Duka Keluarga Permata
30 Tempat Terakhir Seorang Hamba
31 Pertemuan Mertua Dan Menantu
32 Menyambut Kepulangan Yang Terkasih
33 Ujian Baru
34 Pulang Kerumah Jadi Masalah
35 Alasan Mala
36 Bertemu Umi Azzahra
37 Di Kampus Bikin Mampus
38 Mengenang Yang Telah Pergi
39 Kedatangan Satria
40 Cemburu Pakai Saringan
41 Siapa yang Marah, Dia yang Rugi
42 Pulang Kerumah Bikin Nangis
43 Macam-Macam Zinah
44 Sakit Hati, Bisa Menjadi Dendam
45 Salah Paham, Bikin Meradang
46 Siapa yang Minta, Siapa yang Marah.
47 Ada Apa, Dengan Diriku?
48 Tamu Tidak Dikenali
49 Pov Ikbal Satiawan
50 Siapakah Lelaki Itu?
51 Cap Anak Haram
52 Kedatangan Papi Ikbal
53 Bertemu Dengan Yang Selalu Dirindu
54 Kabar Bahagia dan Gembira
55 Kabar Kehamilan Mala
56 Allahu Robbul Allamin
57 Kedatangan Marcel dan Elissa
58 Mala Sakit
59 Kabar Duka keluarga Peramata
60 Mengurai Masalah
61 Mengurai masalah lagi
62 Pulang Kerumah Impian
63 Meminta Suci jadi pendamping
64 Meminta Suci menjadi Madu
65 Meminang Suci dan Umi
66 Bertemu Marcel
67 Hasil tes DNA
68 Mengungkap rahasia
69 Kepulangan Marissa dan Ikbal
70 Mencari jalan keluar
71 Pertemuan tidak terduga
72 Mengungkap Takdir
73 Berusaha dan Berdoa
74 Berobat dan Mengobati
75 Diskusi Ala Pengejar Cinta Robb
76 Memulai aksi pemusnahan.
77 Berjalan Sesuai Rencana
78 Menjadi Orang Lain
79 Mengaku atau Diusir
80 Mencoba Mengungkap Rahasia.
81 Musuh Yang Sebenarnya
82 Alasan Sebenarnya.
83 Tes DNA
84 Dokter multi-fungsi
85 Healing Ala Satria
86 Salah Paham Saja
87 Sok Kenal Dan Akrab
88 Mengulang Malam Pertama
89 Merajut Asa Kembali
90 Kembali Kedunia Nyata
91 Berusaha Demi Orang Tercinta
92 Berusaha Menjadi Suami Siaga
93 Menjadi Manusia Yang Lebih Baik
94 Pernikahan Yang Penuh Drama
95 Sang Pengacau
96 Lewati Saja Dengan Senyuman
97 Malang Tidak Berbau
98 Salah Maksud
99 Ada Istilah Yang Luar Binasa
100 Terima Nasib
101 Berserah Diri Kepada Ilahi
102 Permintaan Mala
103 Bertemu Abi Aziz
104 Memiliki Masalah Hidup
105 Mencoba Berdamai
106 Rencana Operasi
107 Hari Menegangkan
108 Hasil Yang Ditunggu
109 Nasehat Untuk Diingat
110 Janji Adalah Hutang
111 Meminta Penjelasan
112 Ternyata Seperti Itu
113 Pernah Terucap
114 Asal Usul
115 Masa Indah Kehamilan
116 Pilih Kasih Ternyata Menyakitkan
117 POV SATRIA PUTUS ASA
118 Tamu Tidak Diundang
119 Sebuah Tragedi
120 Semuanya Ada Proses
121 Masa Sulit
122 Diuji Terus
123 Berusahalah
124 Bukan Berbohong
125 Tasyakur dan Tasmiyah
126 Menjadi Orang Tua
127 Kepulangan Suci (Sulastri)
128 Yang Berubah Bikin Resah.
129 Janji Yang Pernah Diucap.
130 Meninggalkan Tanda Tanya
131 Berpikir Dulu Sebelum Bertindak
132 Berpikir Dulu Sebelum Bertindak
133 Sunat Untuk Anak Perempuan
134 Dokter Anatasya
135 Cemburu Adalah Bumbu Cinta
136 Aqiqah Dan Khitan
137 Pinangan Tanpa Sengaja
138 Bahagia Datang Bersama Duka.
139 Hadiah Laknat.
140 Balon KB
141 Bahagia Itu Sederhana
142 Menyenangkan Hati suami
143 Tamu Adalah Raja.
144 Teledor Bikin Nangis
145 Wanita Adalah Makhluk Sensitif.
146 Permintaan Yang sulit.
147 Berita Duka.
148 Hidup Dan Mati Siapa Yang Tahu
149 Kehilangan
150 Menjenguk Umi.
151 Depresi Atau Kesurupan
152 Mencoba Menjalani
153 Bantuan Dari Saudara
154 Musabah Diri.
155 Cerita Baru.
156 Permintaan Mala
157 Pernikahan Suci Dan Satria
158 Malam Pertama
159 Kemarahan Umi
160 Konflik Rumah Tangga Baru
161 Kedatangan Sang Pemecah Masalah
Episodes

Updated 161 Episodes

1
"Cap Anak Durhaka"
2
"Mengadulah Kepada Sang Pemilik Kehidupan"
3
"Sedang Merenung Bukan Melamun"
4
"Mala Ingin Menikah"
5
"Salah Paham Berujung Tragis"
6
POV Nur Mala Sari
7
"Ko tiba-tiba jadi baik ya? "
8
"Sunat diam-diam menikah terang-terangan "
9
"Kumpul keluarga bikin sesek jiwa raga"
10
"Peninggalan sang kakek Ibrahim"
11
"Esakusi calon pengantin"
12
"Perceraian bukan pilihan tapi jalan keluar"
13
"Hari yang ditunggu telah tiba"
14
"konflik rumah tangga dimulai"
15
"Jadilah juru pakir"
16
"Ternyata salah paham"
17
"Menantu luar biasa pilihan sang putra"
18
"Malam pertama pengantin"
19
"Adanya Penggangu"
20
"Kembali pulang"
21
POV Satria Putra Permata
22
"Kedatangan calon PELAKOR"
23
Salah paham berakhir diranjang
24
Akhirnya Terjadi
25
Memulai Hari Baru
26
Mencari Modal Usaha Baru
27
Kedatang Bapak dan Suci
28
Mencoba Berusaha Demi Cinta
29
Kabar Duka Keluarga Permata
30
Tempat Terakhir Seorang Hamba
31
Pertemuan Mertua Dan Menantu
32
Menyambut Kepulangan Yang Terkasih
33
Ujian Baru
34
Pulang Kerumah Jadi Masalah
35
Alasan Mala
36
Bertemu Umi Azzahra
37
Di Kampus Bikin Mampus
38
Mengenang Yang Telah Pergi
39
Kedatangan Satria
40
Cemburu Pakai Saringan
41
Siapa yang Marah, Dia yang Rugi
42
Pulang Kerumah Bikin Nangis
43
Macam-Macam Zinah
44
Sakit Hati, Bisa Menjadi Dendam
45
Salah Paham, Bikin Meradang
46
Siapa yang Minta, Siapa yang Marah.
47
Ada Apa, Dengan Diriku?
48
Tamu Tidak Dikenali
49
Pov Ikbal Satiawan
50
Siapakah Lelaki Itu?
51
Cap Anak Haram
52
Kedatangan Papi Ikbal
53
Bertemu Dengan Yang Selalu Dirindu
54
Kabar Bahagia dan Gembira
55
Kabar Kehamilan Mala
56
Allahu Robbul Allamin
57
Kedatangan Marcel dan Elissa
58
Mala Sakit
59
Kabar Duka keluarga Peramata
60
Mengurai Masalah
61
Mengurai masalah lagi
62
Pulang Kerumah Impian
63
Meminta Suci jadi pendamping
64
Meminta Suci menjadi Madu
65
Meminang Suci dan Umi
66
Bertemu Marcel
67
Hasil tes DNA
68
Mengungkap rahasia
69
Kepulangan Marissa dan Ikbal
70
Mencari jalan keluar
71
Pertemuan tidak terduga
72
Mengungkap Takdir
73
Berusaha dan Berdoa
74
Berobat dan Mengobati
75
Diskusi Ala Pengejar Cinta Robb
76
Memulai aksi pemusnahan.
77
Berjalan Sesuai Rencana
78
Menjadi Orang Lain
79
Mengaku atau Diusir
80
Mencoba Mengungkap Rahasia.
81
Musuh Yang Sebenarnya
82
Alasan Sebenarnya.
83
Tes DNA
84
Dokter multi-fungsi
85
Healing Ala Satria
86
Salah Paham Saja
87
Sok Kenal Dan Akrab
88
Mengulang Malam Pertama
89
Merajut Asa Kembali
90
Kembali Kedunia Nyata
91
Berusaha Demi Orang Tercinta
92
Berusaha Menjadi Suami Siaga
93
Menjadi Manusia Yang Lebih Baik
94
Pernikahan Yang Penuh Drama
95
Sang Pengacau
96
Lewati Saja Dengan Senyuman
97
Malang Tidak Berbau
98
Salah Maksud
99
Ada Istilah Yang Luar Binasa
100
Terima Nasib
101
Berserah Diri Kepada Ilahi
102
Permintaan Mala
103
Bertemu Abi Aziz
104
Memiliki Masalah Hidup
105
Mencoba Berdamai
106
Rencana Operasi
107
Hari Menegangkan
108
Hasil Yang Ditunggu
109
Nasehat Untuk Diingat
110
Janji Adalah Hutang
111
Meminta Penjelasan
112
Ternyata Seperti Itu
113
Pernah Terucap
114
Asal Usul
115
Masa Indah Kehamilan
116
Pilih Kasih Ternyata Menyakitkan
117
POV SATRIA PUTUS ASA
118
Tamu Tidak Diundang
119
Sebuah Tragedi
120
Semuanya Ada Proses
121
Masa Sulit
122
Diuji Terus
123
Berusahalah
124
Bukan Berbohong
125
Tasyakur dan Tasmiyah
126
Menjadi Orang Tua
127
Kepulangan Suci (Sulastri)
128
Yang Berubah Bikin Resah.
129
Janji Yang Pernah Diucap.
130
Meninggalkan Tanda Tanya
131
Berpikir Dulu Sebelum Bertindak
132
Berpikir Dulu Sebelum Bertindak
133
Sunat Untuk Anak Perempuan
134
Dokter Anatasya
135
Cemburu Adalah Bumbu Cinta
136
Aqiqah Dan Khitan
137
Pinangan Tanpa Sengaja
138
Bahagia Datang Bersama Duka.
139
Hadiah Laknat.
140
Balon KB
141
Bahagia Itu Sederhana
142
Menyenangkan Hati suami
143
Tamu Adalah Raja.
144
Teledor Bikin Nangis
145
Wanita Adalah Makhluk Sensitif.
146
Permintaan Yang sulit.
147
Berita Duka.
148
Hidup Dan Mati Siapa Yang Tahu
149
Kehilangan
150
Menjenguk Umi.
151
Depresi Atau Kesurupan
152
Mencoba Menjalani
153
Bantuan Dari Saudara
154
Musabah Diri.
155
Cerita Baru.
156
Permintaan Mala
157
Pernikahan Suci Dan Satria
158
Malam Pertama
159
Kemarahan Umi
160
Konflik Rumah Tangga Baru
161
Kedatangan Sang Pemecah Masalah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!