Sesampainya di rumah, Adnan segera membersihkan dirinya agar bisa cepat beristirahat.
Tring... Tring...
Mendengar ada panggilan diponselnya, Adnan segera meraih handuk dan membalut bagian tubuh bawahnya dengan handuk tersebut dan segera keluar dari kamar mandi.
"Halo.." Adnan menerima panggilan tersebut.
"Halo pak, sesuai perintah bapak tadi siang... Saya berhasil mengikuti gadis yang bapak maksud. Ada beberapa foto yang saya ambil, saya tidak berani menjelaskan. Lebih baik bapak melihatnya langsung" kata orang di balik panggilan tersebut.
"Baiklah, terimakasih atas bantuanmu anda" jawab Adnan.
"Sama sama pak, saya juga senang membantu bapak." Jawab orang tersebut dan mematikan panggilan tersebut.
Adnan diam diam memang menyuruh seseorang untuk mengikuti Reina setelah kegagalannya dalam mengikuti Reina siang itu.
Adnan segera memeriksa ponselnya pada applikasi percakapan.
"Pergi ke beberapa hotel dengan pria yang berbeda??" Batin Adnan.
Lalu Adnan kembali men scroll kembali pesan gambar yang lainnya.
"Rumah siapa ini?? Aku harus cari tau" gumam Adnan.
Adnan pun mencoba kembali menghubungi nomor informannya..
"Halo" sapa Adnan.
"Bisa saya bantu pak" jawab orang tersebut.
"Boleh saya minta tolong, cari tahu rumah siapa yang gadis itu datangi" tanya Adnan.
"Apakah bapak benar benar ingin tau??" Tanya orang tersebut.
"Maksudnya??" Tanya Adnan.
"Itu adalah salah satu mucikari terbesar di kalangan pajabat pejabat tinggi pak" kata orang tersebut.
Deg...
Jantung Adnan langsung berdetak cepat, seakan tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Halo pak" panggil orang itu.
"Ahh ya halo, terimakasih informasinya" Adnan segera memutus panggilan teleponnya.
Tiba tiba tubuh Adnan merasa panas, dia bergegas kembali masuk ke dalam kamar mandinya dan langsung berdiri di bawah showernya dan membuka kran agar mengguyur tubuhnya.
Adnan menengadahkan wajahnya menghadap ke sumber air keluar dengan kedua tangan menempel ke tembok di depannya.
"Apakah benar??? Tapi mengapa aku tidak percaya?, Tapi bukti itu..." Batin Adnan.
"Benarkah aku mencintainya? Jika dia memang seperti itu, haruskah aku perjuangkan?" Batin Adnan.
Adnan dilema, tidak ada seorang pria pun menginginkan malam pertamanya bukan hal yang pertama kali bagi pasangannya. Seburuk apapun pria itu pasti menginginkan menjadi orang pertama bagi pasangannya. Itu adalah mimpi Adnan, terlebih selama ini dia juga menjaga dirinya dari pergaulan bebas yang saat ini sangat dia tau begitu maraknya.
Adnan terduduk di bawah guyuran air showernya. Ada rasa percaya dan tidak percaya dalam hatinya.
Sekelebatan, Adnan mengingat ucapan Reina bahwa hidupnya di kendalikan oleh seseorang. Adnan langsung mematikan guyuran showernya dia bergegas mengeringkan tubuhnya.
Adnan berdiam diri di tenpat tidurnya.
"Apakah ini yang dimaksud Reina, hidupnya dikendalikan oleh mucikari itu?? Tapi apa alasnnya??" Batin Adnan
Lama Adnan memikirkan tentang Reina hingga tana sadar dia tertidur.
#####
Pagi harinya, Anton sudah bersiap dengan style formalnya.
"Ton, sarapan dulu nak.." kata emak Anton.
"Ya mak," jawab Anton mengikuti emaknya.
Anton dan kedua orang tuanya sarapan bersama.
"Mak, bah, Anton berangkat ya" kata Anton setelah menyelesaikan sarapannya.
"Ya hati hati.."jawab sang emak.
Anton tidak lupa mampir ke rumah Adnan yang kin tepat di sebelah rumahnya.
"Pagi pak.. Adnan sudah berangkat pak??" Tanya Anton kepada pak Seno.
"Belum pak, mas Adnan belum keluar.." jawab pak Seno.
"Ohh, ya udah coba aku cek ke dalam." Jawab Anton turun dari mobil miliknya.
"Selamat pagi bi Asih.." sapa Anton..
"Ehh mas Anton.. Pagi mas.. Dah mau berangkat??" Tanya bi Asih.
"Iya nih, kira kira Anton dah siap belum ya??" Tanya Anton.
"Ini saya mau ke kamarnya mas, dari tadi juga belum turun. Saya juga heran, baru kali ini mas Adnan kesiangan.." jawab bi Asih.
"Kalau gitu biar aku cek bi" kata Anton.
Anton bergegas menuju ke kamar Adnan.
Tok... Tok.. tok..
"Nan.. Nan..." Panggil Anton.
Anton mencoba membuka pintu kamar Adnan yang ternyata tidak terkunci.
"Nan.." panggil Anton.
Anton membuka horden kamar Adnan. Seketika ruang kamar Adnan terang, dan terlihat Adnan masih memejamkan matanya.
Anton mendekati Adnan dan mencoba membangunkan Adnan.
"Astaga Adnan.. kamu demam.. Bii... Bibi..." Panggil Anton.
Anton terkejut ketika memegang badan tubuh Adnan yang terasa suhu badannya tinggi.
"Ya mas.. ada apa mas" tanya bi Asih yang datang dengan tergopoh gopoh.
"Bi Adnan demam tinggi, tolong panggilkan pak Seno untuk bantu aku membawa Adnan ke rumah sakit" pinta Anton.
"Baik baik mas" jawab bi Asih yang bergegas memanggil pak Seno.
"Nan.. Nan.. Kenapa bisa begini si.. Perasaan kemarin kamu gapapa.." gumam Anton sambil mencoba mengangkat tubuh Adnan.
Tak lama kemudian pak Seno datang dan langsung membantu Anton mengankat tubuh Adnan yanh sudah terkulai lemas.
Antinpun bergegas membawa Adnan menuju ke rumah sakit. Sesekali Anton menatap spion tengahnya untuk memastikan keadaan Adnan.
Tak berapa lama, Anton tiba dirumah sakit terdekat dan segera meminta tolong kepada petugas jaga untuk membantunya.
Adnan langsung dibawa menuju ke ruang UGD karena kondisinya dalam keadaan tidak sadarkan diri. Anton masih setia menunggu Adnan di depan ruang UGD.
Ceklek....
Terdengar sebuah pintu dibuka, Anton segera mengangkat kepalanya dan melihat sang dokter keluar dari ruang UGD.
"Bagaimana keadaan teman saya dok??" tanya Anton.
"Demamnya cukup tinggi, dan teman anda harus menjaalani rawat inap. Kondisi sekarang sudah lebih setabil," jawab sang dokter.
"Tidak ada hal yang serius kan dok?" tanya Anton khawatir.
"Tidak ada mas, teman anda hanya demam tinggi dan hanya butuh istirahat total" jawab dokter.
"Haahh sukurlah, boleh saya menjenguknya" tanya Anton.
"Boleh, tapi tunggu setelah pasien dipindahkan ke kamar perawatan ya mas" jawab dokter.
"Baik dok, terima kasih" kata Anton.
"Sama sama mas, semoga pasien segera sembuh. Saya permisi" pamit sang dokter.
"Silahkan dok" jawab Anton.
Tak lama kemudian, terlihat brankar Adnan keluar dari ruang UGD dan akan dipindahkan ke kamar perawatan, Antonpun mengikuti nya dari belakang.
Setelah tiba, Anton segera memberikan kabar kepada bi Asih bahwa Adnan dirawat inap dan meminta membawakan perlengkapan pribadi milik Adnan.
Tidak lupa, Anton juga menghubungi orang tuanya mengabarkan jika Adnan masuk kerunah sakit. Adnan sudah mereka anggap sebagai anak mereka.
Tak butuh waktu lama, orang tua Anton bersama bi Asih tiba di kamar rawat Adnan.
"Bagaimana keadaan Adnan nak?" tanya emak.
"Belum sadar mak, kata dokter yang visit ini karena efek obat yang diberukan mak. Mak, Anton harus ke kantor, bisa gantikan Anton menjaga Adnan mak?" tanya Antin.
"Tinggallah nak, ada kami, tapi jika abah nanti mau pulang terlebih dahulu juga gapapa." kata emak.
"Terimakasih ya mak, Anton harus mwnggantikan Adnan meeting hari ini. Jika ada apa apa, kabari Anton mak" pamit Anton.
"Iya.. Kamu juga hati hati" jawab emak memeperingati Anton.
Anton pun bergegas meninggalakn rumah sakit, karena sudah sangat terlambat. Meski para klien sudah diberi penjelasan jika Adnan sedang berhalangan dan akan terlambat, namun Anton tetap merasa tak enak membiarkan para klien menunggu lama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments