Keesokan harinya, pagi buta Adnan sudah bersiap siap untuk perjalanan ke kampung halaman. Diapun tidak melupakan buah tangan untuk para warga di sana juga untuk pak RT di sana.
Tok..tok..tok..
Adnan bergegas menuju ke pintu utama apartemennya.
"Ahh, masuk dulu.. Tolong bantu aku bawakan semua barang barang ini." kata Adnan sembari menarik koper dan tangan lainnya menenteng barang barang yang kemaren sempat dia beli.
"Kamu kapan beli ini semua?" tanya Anton sembari mengambil beberapa barang lainnya.
"Kemarin sepulang kerja" jawab Adnan.
"Kenapa ga ajak aku, kan bisa aku bantu" celoteh Anton.
"Dahh gapapa.. Ehh di dalam masih ada yang lainnya ga??" tanya Adnan sebelum mengunci pintunya.
"Entah, tadi hanya ini aja yang masih berada di dalam tadi yang aku lihat" jawab Anton sembari berjalan meninggalkan Adnan.
Adnan pun mengecek sekali lagi, dan ternyata benar semua barang sudah terbawa.
Kini mereka sudah berada di bestmen. Anton sedang menata barang barang yang mereka bawa agar muat masuk ke bagasi dan sisanya di jok belakang.
"Nton, sebelum jalan kita sarapan dulu" kata Adnan mengingatkan.
"Ok.." jawab Anton sembari masuk ke dalam mobil bagian kemudi.
Merekapun mulai jalan, dan sesuai perintah Adnan. Mereka berhenti di sebuah taman dimana di sana banyak berjajar PKL PKL yang menjajakan dagangan mereka.
Adnan dan Anton memilih sarapan bubur ayam pagi ini.
"Ton.. Kalau aku ingin kuliah bisa ga ya?? Aku ingin mengembangkan pengetahuanku, agar bisa lebih bagus lagi menjalankan perusahaan. Tahu sendirikan, perusahaan sukses belum lama, mungkin dengan ilmu yang aku dapat nanti dibangku kuliah bisa lebih menstabilkan perusahaan dan memperkokohnya" tanya Adnan tiba tiba.
"Bisa si.. Tapi kamu harus ikut kejar paket dulu biar dapet ijazah SMA supaya bisa masuk kuliah" jawab Anton.
"Emang harus begitu ya?" tanya Adnan.
"Iyalah.." sahut Anton.
"Kamu bisa atur itu buat aku ga?? Aku ga tau. Kalau perlu kamu nanti ikut kuliah juga. Biaya biar aku yang atur" ajak Adnan.
"Ok.. Nanti coba aku cari tau informasinya ya.. Jujur Nan.. Aku kagum sama kamu.. Kamu benar benar pekerja keras tanpa ada rasa malu, bahkan lulusan kamu hanya SMP bisa seperti ini sekarang. Hanya bermodal pengalaman.. Luar biasa.. Otak kamu top cer.." puji Anton.
"Cckkk jangan terlalu memuji ku.. Aku hanya berusaha dan semuanya ku serahkan kepada Maha Pencipta kita" jawab Adnan.
Merekapun segera menikmati sarapan pagi mereka agar bisa segera melanjutkan perjalanan mereka sehingga tidak kemalaman setibanya di sana.
#####
Perjalanan mereka membutuhkan waktu kurang lebih 10 jam hingga memasuki kawasan kabupaten tempat tinggal Adnan.
Selama perjalanan, mereka saling pergantian jika merasa lelah menyetir mobil. Dan beberapa kali berhenti untuk menjalankan kewajiban mereka dan tidak lupa untuk mandi agar tubuh mereka tetap segar.
Tepat pukul 8 malam, Adnan dan Anton sudah memasuki kampung halaman Adnan.
"Di sini sepi ya Nan.." kata Anton mengamati sekitar yang mereka lewati.
Hanya kegelapan malam dan hawa dingin yang dia rasakan.
"Ya beginilah kampung halaman ku.. Kita ke rumah pak RT dulu ya.. Baru ke rumah.." kata Adnan.
"Aku ngikut aja.." jawab Anton.
Tak membutuhkan waktu yang lama, mereka berdua tiba di halaman sebuah rumah minimalis.
Tok..tok..tok..
"Assalamualaikum.." salam Adnan.
"Walaikumsalam" jawab seseorang dari dalam.
Ceklek.. Ceklek..
"Selamat malam Pak RT.. Masih ingat dengan saya..???" tanya Adnan seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"Mmmm sebentar sebentar.." kata pak RT mengingat ingat seraya menyambut uluran tangan Adnan.
"MasyaAllah.. Nak Adnan.. Ya Allah.. Bapak sampai pangling.. Belasan tahun kamu ga pulang nak.." kata pak RT sambung lagi.
"Mari mari nak masuk.. Silahkan duduk." ajak pak RT.
"Terimakasih pak RT" jawab Adnan.
"Jangan panggil saya pak RT. Saya sudah tidak menjadi RT lagi. Panggil aja pak Rahmat.." kata pak Rahmat.
"Baik pak, maaf.. Ahh iya pak sampai lupa ini kenalkan teman saya dari Jakarta Anton" Adnan mengenalkan Anton.
Anton pun menganggukkan kepalanya ketika pak Rahmat menatapnya lalu mengulurkan tangannya dan dibalas oleh pak Rahmat.
"Selamat datang nak Anton. Semoga betah disini. Kalian baru tiba?? Mau menginap berapa hari?" tanya pak Rahmat.
"Betah pak, disini sejuk sejuk dingin.. Tidak seperti di Jakarta.. Panas" jawab Anton.
Merekapun tertawa mendengar kata kata Anton.
"Ya pak, Rencana kami di sini hanya sampai lusa. Saya hanya libur 3 hari. Tidak enak kalau terlalu lama libur" jawab Adnan.
"Mengapa cepat sekali.. Ohh ya sebentar, bapak ambilkan kunci rumah kamu sebentar ya.." kata pak Rahmat sembari bangun dari duduknya.
"Ton, tunggu sebentar ya.. Aku mau ambil bingkisan buat pak Rahmat" pamit Adnan setelah pak Rahmat masuk kedalam rumah.
Anton hanya mengangguk. Tak berselang lama, Adnan sudah kembali masuk dengan membawa bingkisan di tangannya.
"Nah, nak Adnan ini kunci rumah kamu. Selama ini rumah kamu rutin bapak bersihkan yaahh meski tidak setiap hari. Dan ada beberapa bagian yang sempat bapak ganti karena sudah rusak meski tidak sempurna" ucap pak Rahmat menyerahkan kunci rumah Adnan.
"Saya mengucapkan banyak terimakasih pak, bapak sudah mau merawat rumah peninggalan orang tua saya. Saya yakin jika bukan karena bapak, mungkin rumah itu sudah roboh. Ahh ya pak.. Ini ada sedikit oleh oleh dari saya. Silahkan diterima pak. Dan ini" kata Adnan tidak lupa memberikan sebuah amplop coklat kepada pak Rahmat.
"Ya Allah nak.. Apa ini.. Tidak perlu repot repot" kata pak Rahmat.
"Saya tidak repot pak, justru saya yang sudah merepotkan bapak selama ini" jawab Adnan.
"Terimakasih ya nak.." jawab pak Rahmat menerima bingkisan dan amplop dari Adnan.
"Saya juga mengucapkan banyak terimakasih sekali lagi pak. Dan saya permisi ya pak.. Tidak enak ini sudah sangat malam. Maaf mengganggu waktu istirahat bapak" kata Adnan sembari bangun dari duduknya.
"Tidak apa apa nak.. Mari saya antar sampai kedepan." kata pak Rahmat.
Setelah dari rumah pak Rahmat, mereka berdua berjalan menuju ke rumah Adnan yang kebetulan depan rumah Adnan ada sebuah lapangan, hingga mobilnya dapat iya parkirkan di sana.
"Ton, jangan nyesel ya ikut. Rumahku masih gubuk belum tembok seperti rumah pak Rahmat" kata Adnan.
"Ckkk apa si Nan.. Kamu jangan ngomong gitu." jawab Anton.
Setelah memarkirkan mobilnya, Adnan dan Anton bergegas turun dari mobilnya. Adnan membuka pintu rumahnya terlebih dahulu lalu membantu Anton membawa beberapa barang barang dari mobil.
"Hufhhhh capek juga ya.." keluh Anton duduk di sebuah bangku yang terbuat dari bambu.
"Maaf ya Ton, kondisinya seperti ini. Tapi ini cukup rapih. Pak Rahmat benar benar merawat rumah ini" kata Adnan mengamati setiap sudut rumahnya.
"Ton, kamu istirahat di kamar ku aja.. Biar aku tidur di kamar orang tuaku" kata Adnan.
"Ok.." jawab Anton.
Adnan pun menunjukkan kamar miliknya dahulu setelah itu dia masuk ke dalam kamar mendiang orang tuanya. Dan setelah itu merekapun beristirahat, karena merasa lelah tidaklah sulit bagi mereka untuk segera memasuki alam mimpi mereka masing masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments