mulai menggali

Setelah membersihkan diri, Adnan tidak lupa mengerjakan shalatnya yang tertunda. Tidak lupa Adnan juga memanjatkan doa untuk kedua orang tuanya. Dan tidak tertinggal, dia memohon petunjuk dari sang maha kuasa atas apa yang tengah dia rasakan sekarang juga keberkahan dalam setiap rejeki yang ia dapatkan.

Adnan merebahkan dirinya, sudah berjam jam lamanya dia berbaring di tempat tidurnya. Beberapa kali ia mencoba memejamkan matanya namun nihil, usahanya sia sia. Kantuk tak juga kunjung datang.

Adnan bangun dari tidurnya dan duduk dipinggiran tempat tidurnya. Dia menatap jam yang bertengger di tembok tepat didepannya.

"Hufhh sudah setengah 2 malam,.." gumam Adnan.

Adnanpun bangun dan berjalan, dia ingin menuju ke arah dapur yang tiba tiba merasakan lapar. Adnan membuka lemari pendingin dihadapnya.

Dia menatap sejenak, masih lengkap sebenarnya didalamnya. Namun rasanya Adnan malas untuk memasak. Akhirnya dia memilih hanya minum dan kembali ke kamarnya.

Di dalam kamar, dia mengambil hoddie dan kunci mobilnya tidak lupa dia mengenakan celana panjangnya.

Tengah malam, Adnan memilih keluar rumah. Entah mengapa rasanya dia ingin sekali keluar di malam malam seeperti ini. Meski dia tau akan sangat jarang ada kedai makanan yang masih buka di tengah malam seperti ini.

Di sisi lain...

Reina baru keluar dari rumah sang mami, ada rasa kecewa dalam dirinya. Mengapa tidak ada juga keberanian untuk dirinya berusaha keluar dari lembah hitam ini.

Reina berjalam menyisiri jalanan yang sudah sangat sepi, tak ada rasa takut lagi untuk dirinya. Jiga boleh memilih, dia ingin sekali mengakhiri hidupnya dari pada terus terjerembab didalam dunianya sekarang.

"Kapan aku bisa terbebas dari sini ya Tuham. Masihkah ada kata maaf dari Mu untukku yang sudah dipenuhi lumpur dosa ini" gumam Reina menangis.

"Nenek, maafkan Reina.. Reina tidak dapat menjaga diri Reina.. Terlalu lama Reina membohongimu nek.. Maafkan Reina nek" isak tangis Reina.

Reina terus berjalan, tanpa ada keinginan untuk memesan ojek online langganannya. Sesekali dia menendang kerikil yang akan di lewati sebagai bentuk pelampiasannya..

Setelah dirasa lelah, Reina memilih duduk di sebuah halte bus. Beberapa kali dia menghembuskan nafasnya kasar. Reina kembali tenggelam dalam pikirannya dengan mata yang menatap uang yang berada di dalam amlop coklat di tangannya itu.

#####

Adnan sudah berputar putar mencari kedai makanan yang masih buka, namun ternyata belum juga kunjung ia dapatkan.

Akhirnya, Adnan mencoba ke kawasan dekat aartemen miliknya. Tak jauh dari sana, seingat dia ada kedai lamongan yang selalu buka hingga dini hari.

"Mudah mudahan belum tutup" gumam Adnan.

Adnanpun melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang, meski lengang. Dia tidak suka berkebut kebutan jika tidak mendesak sekali.

Saat tengah asik mengendarai mobilnya, Adnan menangkap sosok yang dia kenal.

Setelah mendekat, Adnan menghentikan mobilnya dan turun dari mobilnya.

Reina menatap mobil yang berhenti didepannya. Saat sang pemilik turun. Reina terdiam, dia tak menyangka kembali dipertemukan dengan Adnan dalam kondisi seperti ini.

Reina langsung mengeratkan jaket yang ia kenakan saat Adnan mulai mendekatinya.

"Rei... Kamu kenapa malam kalam seperti ini di sini sendirian?? Ini sangat bahaya Rei" ucap Adnan.

"Aku sudah terbiasa" jawab Reina singkat tak mampu menatap wajah Adnan.

Entah mengapa, jantungnya selalu berdegup kencang setiap berada di dekat Adnan.

"Ayolah Reina, kamu kenapa si... Selalu seperti ini.. sadar Rei sadar.." batin Reina.

" Kami perempuan Rei, ini sangat bahaya. Lebih baik aku antar pulang ya" tawar Adnan.

"Ti.. tidak perlu... Aku bisa pulang sendiri" jawab Reina.

"Ok, aku temani kamu di sini" jawab Adnan memilih duduk di samping Reina.

"Kamu lebih baik pulang. Aku yakin kamu tidak biasa berada di luar malam malam seperti ini" kata Reina meremehkan Adnan.

"Berarti kamu orang pertama yang membuatku mau malam malam seperti ini duduk di sini" jawab Adnan santai.

Krucuk krucuk..

Tiba tiba perut Reina berbunyi dan itu terdengar oleh Adnan membuat Adnan menjadi tersenyum.

"Sepertinya ada yang sedang menahan lapar disini. Yuk kita cari makan," ajak Adnan.

"Aku ga lapar" jawab Reina dengan wajah yang memerah karena malu.

"Tapi aku lapar, dan menginginkamu untuk menemaniku" jawab Adnan menggandeng tangan Reina dan memaksanya mengikutinya.

Adnan seperti biasa membukakan pintu untuk Reina setelah itu dia berputar menuju ke bangku kemudinya.

Adnan melajukan mobilnya dan menuju ketempat yang semula ingin dia tuju. Dia hanya berharap kedai tersebut belum tutup.

Selama perjalanan mereka berdua hanya terdiam, hanya sesekali Adnan yang menoleh ke arah Reina.

"Kenapa aku selalu bisa bertemu dengan mu ditengah malam seperti ini ya" kata Adnan basa basi.

"Apa kamu harus bekerja hingga malam seperti ini...??" Tanya Adnan.

"Kamu tidak tau bagaimana kehidupanku." Jawab Reina.

"Kalau begitu ceritakan, agar aku memahami apa yang sudah kamu jalani selama ini hingga kami memilih jalan bekerja hingga selarut ini" jawab Adnan.

Reina hanya melirik ke arah Adnan, dia tidak mau sembarangan menceritakan masalah hidupnya kepada siapapun terlebih lagi dia seorang laki laki.

"Ahhh untung belum tutup. Yuk kita makan disini." Ajak Adnan.

Mereka berduapun memasuki kedai tersebut.

"Ehhh mas Adnan.. mau pesan apa mas?" Sapa pemilik kedai.

"Eh mas.. iya nih, malam malam udah lapar aja saya. Saya pikir dah tutup.. aku pesan seperti biasa mas. Kamu mau apa Rei" tanya Adnan.

"Samain aja" jawab Reina.

"Ok dua porsi ya mas" kata Adnan kepada pemilik kedai.

Pemilik kedai itupun bergegas menyiapkan pesanan Adnan.

"Maaf ya Rei, aku ngajak kamu makan selalu dotempat yang seperti ini" kata Adnan.

"Tidak masalah, aku dimanapun ga masalah" jawab Reina.

"Rei, apa kamu ga kasihan sama nenekmu... Dia terlihat sangat menghawatirkanmu" kata Adnan menatap Reina.

Reina menoleh ke arah Adnan.

"Aku tidak ada pilihan lain" jawab Reina.

"Pasti ada Rei, semua yang kita jalani pasti ada pilihannya." Sanggah Adnan.

"Tapi tidak untuk hidupku.. kamu tidak akan paham. "Jawab Reina.

"Tidak untuk hidupmu... Rei... Kita semua tanpa terkecuali, pasti memiliki pilihan..." Kata Adnan.

"Tapi, bagaimana jika hidupmu dikendalikan oleh seseorang dengan ancaman nyawa" tanya Reina.

"Pasti ada jalan keluarnya" jawab Adnan.

"Iya, dengan jalan mau tidak mau harus mengikuti kemauan mereka" jawab Reina.

"Silahkan mas" tiba tiba sang pemilik kedai mengantarkan pesanan mereka.

"Ahh iya terimakasih mas" jawab Adnan.

"Kita makan dulu" kata Adnan ke Reina.

Mereka berduapun menikmati hidangan dijadapnnya yang masih terlihat mengebul.

Tidak lupa kesukan Adnan petai goreng yang ia cocol ke sambal terasi, tampak sangat nikmat..

Reina menikmati makan malamnya terlihat sedikit malas, berbeda dengan Adnan yang terlihat sangat lahap.

"Mas, berapa?" Tanya Adnan setelah menyelesaikan makanannya.

Setelah membayar, Adnan kembali duduk di hadapan Reina menunggu Reina selesai makan. Setelah selesai mereka berduapun kembali ke mobil Adnan.

"Ini dah hampir subuh, aku antar pulang ya" kata Adnan.

"Terimakasih traktirannya, maaf merepotkanmu terus" kata Reina.

"Kamu tidak merepotkanku, hanya kebetulan jadi sekalian. ahh iya, aku antar hanya sampai di depan minimarket gapapa ya, ga enak kalau sampai kedepan rumah takut ada yang salah paham gapapakan??" kata Adnan.

"Gapapa.." jawab Reina.

Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di depan minimarket yang sudah tutup. Reinapun bergegas turun dari mobil yang sebelumnya sudah mengucapkan terimakasih.

Adnan belum beranjak dari sana untuk memastikan jika Reina aman masuk kedalam gang rumahnya. Kurang lebih 15 menit Adnan menunggu, hingga akhirnya dia pergi meninggalkan tempat itu dan kembali pulang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!