Reina Putri, sejak kecil dia hidup hanya berdua dengan sang nenek. Hanya neneknyalah yang dia miliki. Namun sang nenek bukanlah nenek kandungnya, tapi beliau orang baik yang rela merawatnya dari sejak dia bayi. Meski hidup serba kekurangan, tapi sang nenek rela merawatnya hingga menyekolahkannya hingga dia lulus SMA.
Hingga suatu hari, waktu dia masih bersekolah. Dia tengah berjalan pulang setelah mengerjakan tugasnya di salah satu warnet.
Entah ini perasaannya saja atau memang waktu sudah malam, tempat itu terasa sunyi sepi tidak seperti biasanya. Tidak ada satu orang pun yang biasanya nongkrong atau keluar.
Reina bergegas mempercepat langkah kakinya agar segera dapat kembali ke rumahnya. Selain dia merasa takut, dia juga takut sang nenek menghawatirkannya.
Hingga dia sampai pada perempatan gang, di sana ada sebuah pos ronda. Terlihat di sana ada 3 pemuda yang tengah duduk duduk di sana.
Reina ragu untuk lewat di saja. Namun hanya itu satu satunya jalan untuk kembali pulang. Dengan mengambil nafas dalam dalam dan menghembuskannya. Reina kembali mempercepat langkahnya melewati pos ronda itu.
"Ehhh ada si eneng.. Dari mana neng" goda salah satu pemuda tersebut.
"Neng, sini dulu mampir temenin kita kita" sambung pemuda yang lain.
Sekilas Reina melirik ke tiga pemuda itu, di sana terlihat ada beberapa botol miras sudah tergeletak. Sudah di pastikan mereka kini berada di bawah pengaruh alkohol. Reina sedikit berlari untuk menjauh.
Namun sayang, salah satu pemuda itu turun dan mengejar Reina. Reina berusaha lari namun sayang, baru beberapa meter saja dia sudah tertangkap.
"Tol... Mmmm.mmmm.mmm" mulut Reina dibekap oleh pemuda itu.
"Diam loe, jangan macam macam!!!" bisik pemuda itu.
Reina berusaha memberontak namun tenaganya tidak cukup untuk melawannya.
"Hehh, cepat ambil motor. Kita bawa ke gudang" kata pemuda yang membekap Reina.
Reina yang mendengar itu melototkan matanya.
"Mmmm...mmmm.mmm" Reina terus berusaha membuat kegaduhan.
Reina dipaksa untuk menaiki sebuah motor buntut, dia di ampit oleh dua pemuda itu dan yang satunya menggunakan motor sendiri.
"Lumayan kita dapat pemuas tanpa bayar hahahaha" kata pemuda yang berada di belakang Reina.
"Hahahaha benar benar.. Kinyis kinyis lagi.." jawab yang lain.
Reina menggoyang goyangkan badannya dia tidak masalah jika harus terjatuh yang terpenting bisa lepas dari ketiga pemuda itu.
"Hehh diam loe??" teriak pemuda yang mengemudi.
Pemuda yang di belakang Reina semakin mengeratkan pelukannya terhadap Reina dan tangannya mulai meraba raba akses milik Reina.
"Lepasin!!!" seru Reina ketika mulutnya sudah tidak di bekap.
"Aku akan berteriak!!" kata Reina lagi.
"Loe ga liat kita dah di mana hahaha" kata pemuda itu tertawa.
Ternyata mereka sudah sampai di sebuah gudang tua yang berada di tengah tengah lahan kosong.
Reina dipaksa masuk oleh ketika pemuda itu. Reina dibawa lebih masuk lagi hingga sampai di sebuah tempat dimana di sana ada sebuah kasur lusuh.
Ternyata gudang tersebut adalah tempat mereka berkumpul untuk menikmati barang terkutuk, dapat terlihat disana berserakan bekas bekas pakai barang barang tersebut.
Reina langsung di dorong dengan kasar ke kasur tersebut hingga terjatuh tengkurap di kasur.
Kedua pemuda langsung memposisikan untuk memegangi kedua tangan Reina. Dan kejadian naas itupun terjadi menimpa Reina. Dia digil*r oleh ketiga pemuda itu tiada ampun hingga mereka merasa puas.
Sesuatu hal yang Reina jaga selama ini harus direnggut paksa oleh mereka. Hancur, jijik, sakit itu yang Reina rasakan kala itu.
Reina kembali pulang dengan rasa sakit pada bagian intinya, dia berjalan dengan menahan rasa perih luar biasa. Reina berusaha berjalan pulang, hingga tak lama dia sampai di halaman rumahnya di tengah malam.
Sebelum benar benar masuk, Reina berusaha untuk menetralkan rasanya, bersikap seolah olah tidak terjadi sesuatu. Dia tidak ingin sang nenek tau dan menjadi sedih dan khawatir.
Kejadian itu terlewati sudah hingga setahun kemudian Reina sudah melupakan kejadian itu, bahkan sang nenek tidak pernah tau itu.. Setelah lulus, Reina membantu sang nenek mencari uang, dia bekerja menjadi pelayan toko.
Baru satu bulan bekerja, pemilik toko sudah sangat senang dengan pekerjaan Reina, selain ramah Reina juga rajin bahkan rapi dalam bekerja.
Tak jarang, jika pemilik toko sedang keluar kota Reina selalu mendapatkan bingkisan dari sang pemilik toko. Raina pun sudah merasa sangat nyaman bekerja di sana, selain dekat dari rumahnya pemilik toko juga sangat baik padanya.
Pagi itu, Reina hendak berangkat bekerja seperti biasanya.
"Reina ayo sarapan nak??" tanya nenek.
"Iya nek, sebentar" jawab Reina.
Tidak lama kemudian Reina berjalan menuju ke dapur, di sana terlihat nenek sedang menikmati sarapannya.
Reina mengambil piring lalu mengisinya dan kemudain duduk di depan nenek dengan bangku kecil. Ya rumah yang mereka tempati tidak memiliki meja makan jangankan meja makan, ruang makan tak ada. Jadi mereka makan kalau tidak di rumah depan ya di dapur.
"Nek, nenek hari ini terlihat pucat. Apa nenek sakit??" tanya Reina.
"Iya, nenek sedang tidak enak badan." jawab nenek menaruh piringnya di tempat ember khusus menaruh piring kotor.
"Reina antar untuk berobat yuk nek.." ajak Reina.
"Tidak usah, nenek hanya butuh istirahat. Simpan saja uang mu untuk kebutuhanmu" jawab nenek tersenyum.
"Tapi nek.. Nenek terlihat sangat pucat.." bujuk Reina.
Nenek menggelengkan kepalanya. "Bagaimana pekerjaanmu?? Betah di sana??" tanya nenek.
"Betah nek, bu Rahma baik sama Reina.." jawab Reina.
"Syukurlah, yang penting kamu jangan malas malasan, jujur." nasehat dari nenek.
"Iya nek.." angguk Reina.
"Ya udah, nenek ke kamar dulu ya. Nenek ingin istirahat. Kamu hati hati berangkat kerja. Jangan lupa tutup pintu" pesan nenek sambil beranjak pergi.
"Iya nek, nenek jangan capek capek" jawab Reina.
Disore hari hari, tepatnya pukul 5 sore. Reina kembali pulang. Reina membuka pintunya, dan merasa jika rumah terasa sunyi tidak ada aktifitas dari sang nenek.
"Assalamualaikum Nek..." panggil Reina.
Reina mencari cari keberadaan sang nenek.
"Apa nenek tidur ya??" gumam Reina.
Reina pun menuju ke kamar neneknya.
Tok.. Tok.. Tok..
"Nek..." panggil Reina.
"Nenek.." panggil lagi.
Tidak ada sahutan dari sang nenek.
"Reina masuk ya nek" kata Reina sambil memutar handel pintu.
"Nek.." panggil Reina saat melihat sang nenek seperti sedang tidur di tempat tidur.
"Nek.." panggil lagi.
Reina memegang tangan neneknya dan menggenggam tangan yang telah berkeriput itu.
"Astaga, tubuh nenek panas" kata Reina panik.
Reina segera keluar kamar dan menuju ke depan rumah.
"Mang.. Mamang.. Mamang bisa antar Reina ke rumah sakit? Nenek sakit" kata Reina saat melihat mang Karjo lewat dengan bentornya.
"Ahh bisa bisa neng.. Ayo.." jawab mang Karjo.
Reina pun bergegas membawa sang nenek ke rumah sakit dengan dibantu mang Karjo mengangkat tubuh sang nenek.
Tak membutuhkan waktu lama, mereka tiba di sebuah rumah sakit yang memang tidak terlalu jauh dari rumah Reina.
Melihat ada pasien, para petugas yang siaga dengan sigap mengambil brangkar dan memposisikan di depan pintu agar tubuh nenek dibaringkan di sana
Mereka segera membawa nenek ke UGD. Reina ingin sekali ikut masuk namun dihalangi oleh salah satu petugas.
"Maaf mbak, anda tidak boleh masuk, silahkan ditunggu" cegah petugas itu.
Reina langsung menuju ke deretan bangku yang berada di depan UGD tersebut.
"Neng, nenek kamu kenapa?" tanya mang Karjo yang bari saja tiba.
"Entah mang, tadi pagi nenek memang bilang hanya tidak enak badan. Sudah Reina ajak periksa tapi nenek menolak. Hingga Reina temukan tak sadarkan diri di kamar sepulang Reina bekerja." kata Reina menjelaskan.
"Mudah mudahan tidak ada hal serius ya neng.. Ya udah, mamang pulang dulu ya" pamit mang Karjo.
"Ehh mang berapa??" tanya Reina sambil merogoh saku celananya.
"Tidak usah neng, mamang iklas bantuin neng.. Buat neng aja ya.. Semoga nenek cepat sembuh ya neng.." kata mang Karjo menolak.
"Amiiinnn Terimakasih ya mang.. Maaf sudah merepotkan mamang" jawab Reina.
Mang Karjo pun meninggalkan Reina sendirian menunggu dokter memeriksa keadaan sang nenek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments