alasan Reina

Tak berselang lama,dokter keluar dari UGD. Melihat itu, Reina bergegas menghampiri sang dokter.

"Bagaimana keadaan nenek saya dok??" tanya Reina.

"Mari ikut saya, kita bicarakan ini di ruang kerja saya" kata sang dokter.

Reina pun mengikuti langkah sang dokter menuju keruang kerjanya.

"Mari silahkan duduk" kata sang dokter.

"Terimakasih dok" jawab Reina duduk di depan sang dokter yang duduk dibalik meja kerjanya.

"Maaf sebelumnya apakah anda saudara dari nyonya Salamah??" tanya Dokter.

"Ya dokter, saya cucunya. Reina" jawab Reina mengenalkan dirinya.

"Begini mbak Reina, melihat dari riwayat pasien. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi. Apakah anda mengetahui hal ini??" tanya sang dokter.

Reina menggelengkan kepalanya " tidak dok, selama ini nenek saya tidak pernah menceritakan persoalan penyakitnya ini. Bahkan nenek terlihat sehat sehat saja selama ini. Hanya hari ini saja memang nenek sempat mengatakan jika beliau kurang enak badan. Saya sudah memintanya untuk berobat, namun beliau tidak berkenan" kata Reina menjelaskan.

"Lalu dokter, bagaimana keadaannya sekarang?? Mengapa nenek saya hingga tidak sadarkan diri?" tanya Reina.

"Nah ini yang saya takutkan mbak, mungkin karena beliau tidak mau menceritakan soal penyakitnya ini hingga kurang mendapatkan perhatian dan pengawasan hingga hipertensi yang beliau derita menyebabkan gagal ginjal. Untung beliau segera dibawa ke sini tepat waktu, jika tidak" kata sang dokter menggelengkan kepala.

Reina tercengang mendengar penjelasan sang dokter. Dia merasa bersalah karena kurang memperhatikan sang nenek hingga bisa terjadi seperti ini.

"Lalu apa yang harus saya lakukan dokter??" tanya Reina mulai terisak menangis.

"Untuk sementara, pasien dirawat inap hingga keadaan pulih dan beliau harus menjalani cuci darah rutin 2 kali dalam seminggu" jawab sang dokter.

"Kira kira berapa biayanya dok?? Dan apakah harus seumur hidup nenek cuci darah?" tanya Reina.

"Analisis saya, pasien mengalami gagal ginjal akut. Jadi tidak perlu menjalani cuci darah selamanya jadi hanya sementara waktu saja. Dan itupun nanti tergantung dari pasien juga, pasien harus benar benar bisa menjaga pola hidup yang lebih sehat. Untuk perkiraan biaya sekali cuci darah kurang lebih 800.000 hingga 1,5juta" jawab sang dokter.

Reina menghela nafasnya dalam dalam. Uang dari mana dia akan mencarinya. Tapi demi sang nenek, Reina akan tetap berusaha untuk kesembuhan nenek.

"Baiklah dokter, lakukan apapun yang terbaik untuk nenek saya" kata Reina.

"Pasti.. Pasti akan kami lakukan semampu kami" jawab sang dokter.

"Terimakasih dok.. Saya permisi" pamit Reina.

Reina pun keluar dari ruang kerja sang dokter. Dia menuju ke kamar rawat sang nenek setelah mendapatkan informasi dari salah satu petugas rumah sakit.

Reina memasuki kamar rawat nenek, dia melangkah perlahan mendekati sang nenek yang masih terbaring belum sadarkan diri.

"Nenek, mengapa nenek tidak pernah cerita sama Reina.. Mengapa nenek menyembunyikannya??" kata Reina menangis.

Reina menggenggam tangan sang nenek dan menciumnya. Air matanya meleleh menetes di tangan sang nenek. Lalu Reina menghapusnya dengan jempol miliknya.

"Cepat sembuh nek.. Jangan tinggalkan Reina.. Reina tak memiliki siapa siapa lagi selain nenek. Nenek semangat hidup Reina" lanjut Reina.

Hingga pada akhirnya, karena terlalu lelah sepulang kerja langsung mengurus sang nenek. Reina tertidur dengan tangan masih menggenggam tangan milik sang nenek.

Tiga hari nenek dirawat di rumah sakit dan hari ini setelah melakukan cuci darah nenek diperbolehkan pulang disore harinya jika keadaan sang nenek stabil.

Reina akhirnya menggunakan uang tabungannya yang selama bertahun tahun dia tabung semenjak dari masih bersekolah.

Dan kini, Reina harus memikirkan bagaimana caranya dia harus mendepatkan uang lagi untuk biaya pengobatan sang nenek.

"Reina.. Jangan paksakan jika memang tidak ada biaya nak.. Nenek baik baik saja.." kata nenek dalam perjalanan pulang.

"Tidak nek, Reina masih memiliki uang untuk biaya pengobatan nenek. Reina mau nenek sembuh. Reina tidak mau nenek sakit lagi" ucap Reina menggenggam erat tangan nenek.

Esok harinya, seperti hari sebelum belumnya Reina berangkat kerja. Namun kali ini dia bangun lebih awal untuk mengurus sang nenek juga membuatkan sarapan untuk nenek.

Reina benar benar menjaga pola makan sang nenek. Reina tidak ingin kejadian kemarin terjadi lagi.

Beberapa kali cuci darah yang dilakukan sang nenek masih bisa Reina atasi dari meminjam uang dari pemilik toko tempat Reina kerja dengan sistim potong gaji.

Namun, untuk cuci darah berikutnya Reina bingung harus meminjam kemana. Tidak mungkin ia kembali meminjam pada sang pemilik toko.

Dan hari ini lah ,dimana Reina mau tidak mau harus terjun ke dunia malam. Dia terpaksa melakoni hal ini karena dia meminjam uang ke sang mami dengan bunga berjalan.

"Kamu boleh tidak membayarnya.." kata mami.

"Mak.. Maksud tante" tanya Reina memastikan.

"Iya, kamu boleh tidak mengembalikan uang itu.. Asal.." kata sang mami menggantung.

"Asal??" beo Reina.

"Asal kamu bekerja dengan ku. Jika tidak mau.. Kamu harus segera melunasinya dalam jangka waktu 5bulan sebesar 50juta. Jika tidak bisa, aku akan mendatangi nenekmu itu.. Dan kamu tau apa yang akan terjadi??" kata mami sedikit mengancam.

"Ja.. Jangan tante.." Reina panik mendengar ucapan sang mami.

Dia harus memilih, kesehatan neneknya atau harga dirinya. Dan mulai sejak itulah Reina mau tidak mau terjun ke dalam dunia malam. Bahkan tanpa disangka sangka hingga saat ini dia menjadi anak kesayangan sang mami karena hanya dialah yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi.

Bahkan, hampir semua klien Reina yang memiliki nama lain di sana Sekar adalah pengusaha pengusaha sukses.

Bahkan hingga saat ini Reina masih terjun dalam dunia malam ini, beberapa kali dia ingin keluar namun lagi lagi, ancaman keselamatan sang nenek yang dia pikirkan. Karena hingga detik ini sang nenek tidak mengetahui pekerjaan Reina yang lain. Reina selalu beralasan jika dia bekerja di salah satu pabrik dan dia meminta jam kerja pada waktu malam hari untuk mencari uang lebih.

Keesokan paginya, ketika Reina tengah menikmati sarapan bersama nenek. Tiba tiba sang nenek meminta Reina berhenti bekerja.

"Reina.. Berhentilah bekerja di sana. Kamu selalu pulang tengah malam, dan pagi kamu harus bekerja di toko. Nenek takut kamu sakit nak... Lihatlah keadaan nenek sudah membaik Reina.. Bahkan nenek sudah tidak harus cuci darah lagi.." kata nenek.

"Tidak nek.. Reina akan tetap bekerja di sana untuk berjaga jaga.. Dan Reina juga ingin kuliah suatu saat nanti.. Bolehkan nek??" tanya Reina.

Nenek menghembuskan nafasnya dengan kasar. Berat rasanya melihat Reina bekerja tak mengenal waktu. Ada perasaan tidak enak setiap kali Reina bekerja di malam hari. Hatinya selalu tidak tenang.

"Baiklah jika memang itu maumu nak.. Nenek hanya bisa mendoakanmu, semoga kamu selalu dilimpahkan rejeki yang halal dan kesehatan selalu" ucap nenek mendoakan.

Deg...

Jantung Reina seakan akan berhenti sesaat. Halal.. Kata kata itu terus berulang ulang. Halal, ya selama ini Reina mencarinya dengan cara tidak halal.. Namun, Reina tidak tau bagaimana caranya agar bisa lepas dari sana.

#####

Pagi ini, Adnan dan Anton pergi ke pememakan umum dimana kedua orang tua Adnan di semayamkan.

Tidak cukup jauh mereka berjalan menuju makam kedua orang tua Adnan.

Setelah membersihkan dan mendoakan kedua orang tua Adnan, mereka pun segera kembali ke rumah dan ingin membagikan bingkisan yang mereka bawa untuk para tetangga.

"Nan setelah ini selesai, kita langsung jalan jalan yuk.. Di sini sejuk banget..” ajak Anton..

"Boleh.. Setelah ke rumah pak Tukiman ya.. Aku juga berencana buat membangun rumah ortu.. Biar lebih rapih lagi dengan model yang sama" jawab Adnan.

"Assalamualaikum.." salam Adnan.

"Walaikumsalam..." jawab seseorang dari dalam rumah tersebut.

"MasyaAllah... Nak Adnan.. Apa kabar?? Bapak pikir sudah lupa dengan kampung ini nak. Ahh iya mari masuk.." kata pak Tukiman.

"Duduk di sini saja pak.. Lebih adem" kata Adnan.

"Aahh iya iya silahkan.. Buuu.. Bikinin minum ya.." teriak pak Tukiman.

"Ahhh tidak usah pak.. Tidak perlu repot repot.. Saya datang kemari selain untuk bersilaturahmi dengan bapak sekeluarga, saya juga ingin memberikan sedikit buah tangan ini untuk bapak" kata Adnan memberikan bingkisan ke pak Tukiman.

"Ya Allah nak Adnan.. Mengapa repot repot sekali.. Terimakasih nak.." kata pak Tukiman menerima bingkisan itu.

"Ohh ya pak, maaf.. Apa bapak masih bekerja di pertukangan pak??" tanya Adnan.

"Masih masih nak.. Tapi ya gitu hanya buruh harian saja.. Kalau tidak ada yang membangun rumah ya begini menganggur.." jawab oak Tukiman.

"Jika bapak berkenan, boleh bergabung dengan saya. Ajak teman teman bapak, nanti kita akan seleksi.. Kebetulan saya sebentar lagi akan ada proyek tidak jauh dari sini pak.. Jika kinerja bagus Insya Allah, akan kami pekerjakan seterusnya.." ajak Adnan..

"Apa ini serius nak?? Ya Allah.. Kebetulan sekali, sudah sebulan ini bapak menganggur.. Terimakasih nak terimakasih.. Nanti akan bapak kabari teman teman bapak yang lain" jawab oak Tukiman antusias.

"Pak.. Ini kartu nama saya.. Jika sudah siap, hubungi di nomor ini saja pak.. Nanti akan segera di urus. Nanti akan saya konfirmasi ke bagian HRD agar bisa segera di urus.. Aahh ya pak.. Sebelumnya bolehkah saya minta bantuan bapak?" tanya Adnan.

"Bisa bisa nak.. Apa yang bisa saya bantu?" jawab pak Adnan setelah menyimpan kartu nama yang tadi diberikan oleh Adnan.

"Begini pak.. Berhubung proyek akan dilaksanakan baru 2bulan kedepan, bisakah saya minta tolong untuk memperbaiki rumah saya. Model tetap sama seperti yang sekarang. Nanti untuk biaya saya percayakan ke bapak.. Nanti jika kurang akan saya transfer ke rekening bapak." jawab Adnan

"Ahhh bisa bisa nak.. Ya Allah, kedatangan kamu ternyata membawa rejeki buat bapak.. Terimakasih nak.. Ya Allah.." kata pak Tukiman yang terlihat sangat senang mendapatkan pekerjaan kembali.

"Alhamdulillah jika begitu pak.. Berarti Allah menitipkan rejeki untuk bapak melalui saya.. Dan saya juga mengucapkan terimakasih pak.. Kalau begitu saya permisi dulu ya pak.." pamit Adnan.

"Ahh ya pak, boleh minta nomor rekening bapak" kata Adnan selanjutnya.

"Boleh boleh nak.. Sebentar.." pak Tukiman masuk kedalam.

"Ton, tolong kamu yang urus soal rumah ya.." kata Adnan.

"Siap bos.." jawab Anton.

Setelah semua urusan selesai, Adnan mengajak Anton untuk bernostalgia masa masa kanak kanak dulu, meski dia jarang bermain dengan teman teman seusianya. Namun Adnan tidak jarang juga menyempatkan untuk menghiburkan dirinya sendiri bermain di sungai untuk menangkap ikan di mana dulu sungai di sana sangat bersih dan airnya pun masih sangat jernih.

"Ton, dulu di sungai ini penuh aktivitas para warga.. Dari mulai mencuci hingga mandi.. Hampir setiap hari pagi sore mereka akan bersam sama berbondong bondong datang kemari, ada yang mencuci dan ada pula yang mandi." jelas Adnan.

"Wahhh aku bayangin aja udah seru banget.. Tapi tampaknya sekarang sudah tidak ada warga yang kesini ya Nan.." jawab Anton.

"Yahh lambat tahun pasti akan ada perkembangannya kan Ton.. Yang aku salutkan, mereka masih menjaga kebersihan sungai ini.. Hebat.." kata Adnan.

Sekarang posisi mereka tengah duduk disebuah batu besar pinggir sungai dengan kaki mereka yang di masukkan ke dalam air yang masih jernih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!