"Mas Adnan... Benarkan ini mas Adnan.." sapa seorang gadis..
Adnan yang merasa dipanggil pun menoleh.
"Ehhh Putri.." jawab Adnan.
Adnan berdiri dan menghampiri Putri disusul Anton.
"Apa kabar mas.. Sudah lama tidak bertemu" tanya Putri.
"Alhamdulillah Put.. Kamu sendiri?? Ahh iya sampai lupa.. Kenalin sahabat sekaligus asisten aku Anton." kata Adnan mengenalkan Anton dan Putri.
"Hai.. Putri" Putri mengulurkan tangannya ke Anton.
"Anton" balas Anton.
"Ngomong ngomong, mas baru kelihatan dikampung ini??" tanya Putri.
"Iya, sekarang aku tinggal di Jakarta. Di sini hanya liburan aja. Besok baru balik ke Jakarta" jawab Adnan
"Ehh sambil jalan pulang yuk, dah sore. Kamu sendiri habis dari mana??" tanya Adnan.
"Mmmm abis jalan jalan aja mas.." jawab Putri.
"Mas Adnan sepertinya dah jadi orang sukses ya.. Dah punya mobil.. Mas kerja apa si?? Boleh dong Putri ikut.. Putri bosen kerja jadi penjaga toko terus" kata Putri.
"Alhamdulillah Put.. Aku punya usaha kecil kecilan." jawab Adnan.
"Boleh ikut ga mas, kerja apa aja dehh" pinta Putri.
"Lulusan kamu apa Put??" tanya Adnan.
"Aku SMK jurusan Administrasi Perkantoran mas" jawab Putri.
"Ya udah, nanti kita lihat dulu ya ada tempat yang cocok ga buat kamu" jawab Adnan.
"Kalau gitu, aku minta nomor ponsel mas Adnan dong.." Putri menengadahkan tangannya meminta ponsel Adnan.
"Nton.." panggil Adnan.
Dari awal Adnan menjadi seorang pemimpin di perusahaannya sendiri, dia sangat jarang menyimpan nomor orang lain kecuali Anton.
Hampir setiap orang meminta nomor miliknya selalu dia berikan nomor khusus perusahaannya yang selalu dipegang Anton. Karena menurut Adnan, dari pengalaman hidupnya. Orang orang akan baik dengannya kebanyakan karena memandang status kita. Jadi Adnan berfikir malas untuk berbasa basi dengan orang orang yang hanya ingin mencari muka didepannya saja.
Dia akan benar benat respect dengan orang orang yang menghargai perjuangannya bukan kesuksesannya.
Pagi harinya, Adnan sudah bersiap siap untuk kembali ke Jakarta. Ada rasa berat dalam hati Adnan untuk kembali meninggalkan rumah yang begitu banyak kenangan masa kecilnya itu.
Namun apa daya, kehidupannya kini berada di kota lain. Dan di kampung halamannya hanya untuk sekedar mengistirahatkan dirinya dari penatnya bekerja dan mencari ketenangan dari bisingnya kota.
Saat Adnan dan Anton sudah bersiap siap untuk berangkat, beberapa tetangga menghampirinya.
"Hati hati Adnan.. Terimakasih oleh olehnya" kata salah satu ibu ibu tetangganya.
"Sama sama bu.." jawab Adnan sopan.
"Pak Tukiman, saya titip ya.. Mohon bantuannya untuk diperbaiki. Dan untuk soal proyek nanti akan ada yang menghubungi bapak" kata Adnan.
"Ya.. Iya nak.." angguk pak Tukiman.
"Saya permisi semuanya.. Asalamualaikum" pamit Adnan.
"Walaikumsalam.." jawab serempak para warga.
"Nak Adnan.. Nak Adnan tunggu.." cegah pak Rahmat.
"Ahh iya pak" Adnan menoleh tidak jadi masuk ke dalam mobilnya.
"Saya mohon, bantuannya untuk Putri ya nak.. Putri sudah menceritakan semuanya kepada saya" kata pak Rahmat.
"Ahh iya pak, InsyaAllah ya pak.. Akan saya cek dulu bagian mana yang bisa Putri tempati.. Nanti jika ada, pihak perusahaan akan menghubungi Putri" jawab Adnan.
"Ahh iya nak, ini beberapa berkas milik Putri. Barang kali bisa untuk menjadi bahan pertimbangan untuk melamar kerja di sana" pak Rahmat memberikan sebuah amplop coklat besar ke Adnan.
"Baiklah pak, saya terima.. Nanti akan saya berikan berkas ini ke bagian manajer personalia" Adnan menerima amplop tersebut.
"Terimakasih nak Adnan.." jawab pak Rahmat.
"Kalau begitu saya permisi pak" pamit Adnan.
Adnan dan Anton pun mulai meninggalkan desa tersebut. Setumpuk pekerjaan sudah menanti mereka di Jakarta.
Meski masih terbilang baru, namun perusahaan yang Adnan dirikan boleh diperhitungkan dalam segi kinerjanya. Meski Adnan tidak memiliki latar belakang pendidikan yang memadai. Namun, pengalaman hidupnya lah menjadi tempat dia terdidik secara tidak langsung.
Mental Adnan benar benar telah dipatri kuat oleh pengalaman yang dia dapat, hingga dia mampu membangkitkan perusahaan miliknya yang dulu sempat pernah bangkrut.
Jatuh bangun Adnan membangun perusahaan itu dari nol, dari modal yang ia kumpulkan selama bekerja menjadi kuli bangunan hingga menjadi mandor kepercayaan sebuah perusahaan.
Bahkan, perusahaan yang dulu tempat dia bekerja sempat mengakui kemampuan yang dimiliki Adnan. Pemuda sukses yang hanya lulusan SMP, bahkan orang tidak akan percaya mendengar itu.
#####
Sampai di Jakarta langit sudah menggelap, Anton mengantar Adnan untuk kembali pulang dan dia akan bertukar mobil miliknya yang ia tinggal di basemen apartemen Adnan.
"Eehh bro, tolong urus ini ya.. Kasih aja ke bagian personalia biar dia yang urus.. Kalau besok masih capek, istirahat aja dulu.." kata Adnan seraya menyerahkan berkas milik Putri.
"Ga mungkinlah Nan besok aku ijin. Besok ada meeting sama klien, emang kamu mau datang sendiri?? Sekertaris aja kamu belum nemu.. Ehhh kenapa ga Putri aja yang jadi sekertaris kamu??" ide Anton.
"Hmmmm resiko ga ya?? Dia kan belum ada pengalaman meski yaa bidangnya masuk si.." kata Adnan ragu.
"Coba ajalah.. Aahh iya, kemaren aku sempet searching. Kamu bisa ambil paket C. Jam masuknya karena kamu kerja mending ambil yang malam aja. Aku dah kirim datanya di email. Kamu baca baca aja dulu. Kalau mau besok aku temenin ke sana daftar" kata Anton.
"Ok, makasih ya.. Kamu memang Asistenku yang dapat diandalkan gercep" kata Adnan memukul bahu Anton.
"Ok.. Aku pamit dulu.. Dah malem juga." pamit Anton berjalan menuju ke arah mobilnya yang terparkir.
Adnan pun masuk ke dalam apartemen dan menuju ke unitnya yang berada di lantai 3.
setelah memasuki unitnya, Adnan menyalakan lampu kamarnya saja, lalu dia membersihkan diri menggunakan air hangat.
Setelah selesai, Adnan lalu membuka laptopnya dan mengakses email miliknya, setelah terbuka ia mengecek email masuk dari Anton dan mulai membacanya.
"Aku harus melakukan ini, demi perusahaan yang aku bangun dari nol. AAP harus semakin berkembang, setidaknya lebih stabil lagi" tekat Adnan.
Tidak ada kata terlambat untuk seseorang mencari ilmu, selama dia mau dan mampu. Tekat Adnan benar benar bulat untuk memantaskan diri sebagai pemilik AAP dan untuk perkembangan AAP.
Meski dulu beberapa kali dia tertipu dalam mengembangkan bisnisnya ini, tidak hanya sekali dua kali, bahkan berkali berkali. Hingga akhirnya dia menjadi lebih waspada dan menjadi tidak mudah percaya dengan orang lain dan lebih memilih mengurusnya sendiri meski dia waktu itu seperti bekerja sekaligus belajar seperti apa alur alurnya dalam membangun bisnis.
Hanya Anton yang sangat setia menemani Adnan. Jatuh bangunnya Adnan, Anton tau dia saksi hidup perjuangan Adnan. Bahkan tak segan, Anton menawarkan tinggal bersama ketika Adnan tak memiliki tempat untuk tinggal. Hingga modal untuk membangun bisnis Adnan ini pun tak luput dari bantuan Anton.
Anton tanpa sepengetahuan Adnan menggadaikan rumahnya dan uangnya dia serahkan ke Adnan untuk mendirikan bisnis ini. Awalnya Adnan menolak, dia takut tidak dapat mengembalikan uang tersebut.
"Nan, aku tau kamu orang yang gigih. Aku yakin kamu akan bisa mengembalikan uang ini utuh tanpa kurang. Bahkan aku yakin kamu bisa mengembalikannya lebih dari ini" kata Anton waktu itu.
"Tapi Ton, dari mana uang sebanyak ini??" tanya Anton.
"Sudah, tidak perlu tau dari mana. Ini bukan uang nyuri." jawab Anton sambil memberikan uang tersebut ke Adnan.
Adnan pun menerimanya dan mulai memutar otaknya untuk memulai membangun kembali bisnisnya yang sempat gagal.
Hingga tanpa sengaja Adnan mendengarkan percakapan antara Anton dan kedua orang tua Anton.
"Nak, apa tidak berisiko memberikan uang sebanyak itu?? Iya kalau berhasil? Bagaimana jika gagal lagi seperti sebelum sebelumnya?" tanya ibu Anton.
"Nyak, Anton yakin Adnan mampu. Anton tau betul Adnan. Dia orangnya gigih dan pandai nyak. Hanya nasibnya saja yang kurang beruntung hingga tidak dapat melanjutkan sekolahnya." jawab Anton.
"Nahh apalagi dia hanya SMP, apa iya bisa dia membangun usaha?? Bagaimana dengan kita? Dari mana kita akan mencicil untuk mengembalikan uang itu, sedangkan pinjaman itu setiap bulan berbunga. Ini rumah warisan kakek dan nenek kamu Anton" kata ayah Anton.
"Sssttt jangan keras keras be.. Babe percaya aja sama Anton. Adnan orang yang cerdas. Dia cepat belajar, bahkan dia dulu sangat dipercaya sama pemilik perusahaan tempat Anton kerja sekarang. Hanya Adnan memang masih terlalu polos dan mudah percaya dengan orang jadi dia terlalu sering ditipu hingga habis habisan seperti sekarang ini. Percaya sama Anton Be.. Adnan akan segera mampu mengembalikan rumah ini kepada kita" kata Anton.
Dan dari situlah Adnan bertekat untuk berjuang, dan berusaha tidak mengecewakan kepercayaan sahabatnya itu. Dia akan membuktikan, dia akan bisa membangun kembali bisnisnya ini.
Dan ternyata, jatuh bangunnya membuahkan hasil seperti sekarang. Meski di bilang belum cukup kokoh namun nama AAP sering di perhitungkan oleh perusahaan lain. Dan Adnan sudah dapat mengembalikan uang yang dulu Anton pinjamkan untuk dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments