Pagi menyambut, Adnan sudah bersiap siap menuju ke kantornya. Mengingat hari ini sang asisten tengah bertugas di kota kembang, Adnan harus menyelesaikan beberapa pekerjaannya sendiri seperti bertemu dengan salah satu investor hari ini.
Adnan membuka kembali jadwalnya hari ini. Hanya ada satu pertemuan dengan Dewandara grup, investor yang mau mempercayainya sejak awal dia merintis perusahaan. Bisa di bilang yang tak takut gagal, mereka selalu mengatakan yakin akan kemampuan Adnan.
Tepat pukul 9.30, Adnan keluar dari perusahaannya. Sengaja keluar lebih awal karena tidak mau sang investor yang menunggunya atau dia datang terlambat karena macet.
"Pak Malik, jika nanti ada yang mencari saya. Bilang saya tidak ada di tempat ya. Saya ada meeting di luar" kata Adnan.
"Baik.. Baik pak.." angguk sang satpam.
"Terimakasih ya pak" kata Adnan.
"Mmm pak" panggil pak Malik.
"Ya pak.." jawab Adnan mengurungkan langkahnya.
"Mmm begini pak.. Kan saat ini satpam di perusahaan ini baru satu pak.. Jika saya mengusulkan untuk menambah satu atau dua lagi bagaimana pak??" kata pak Malik yang terlihat ragu.
"Beri saya alasan pak.. Jadi nanti bisa saya pikirkan" jawab Adnan.
"Kan setiap beberapa jam, saya harus berkeliling perusahaan hingga bagian parkir pak.. Jadi ketika saya berkeliling untuk pengecekan bagian depan kan tidak ada yang menjaga pak.. Saat pengecekan juga saya membutuhkan waktu yang cukup lama pak, jadi kurang efisien gitu pak. Belum juga kalau malam kan juga harus di jaga pak, untuk menghindari sesuatu yang tidak di inginkan. Begitu pak pengalaman saya ketika bekerja di perusahaan lain. Maaf pak, bukan bermaksud saya mengajari atau membandingkan" kata pak Malik.
"Tidak apa apa pak.. Saya justru mengucapkan terimakasih. Ini salah satu masukan untuk saya. Baik nanti akan saya usahakan, saya akan pertimbangkan ini dengan bagian HRD ya pak." kata Adnan.
"Baik pak.. Terimakasih pak" kata pak Malik sambil menundukkan badannya sepintas.
Adnan pun langsung beranjak dari sana menuju ke cafe yang telah dijanjikan untuk bertemu dengan Dewandara Grup.
#####
Di Bandung, Anton dan Putri sudah meninjau lokasi di salah satu proyek yang tengah mereka tangani.
"Bagaimana pak??" tanya Anton
"Kontruksi tanah pak yang kurang stabil sebenarnya. Jadi kita harus membuat pondasi yang cukup aman juga cakar ayam yang cukup banyak agat dapat menompang bangunannya nanti. Mengingat perencanaan pembangunan hotel yang cukup tinggi" kata salah satu Arsitek yang bekerja sama dengan PT AAP.
"Saya serahkan semua kepada anda pak, saya hanya dapat pesan dari pak Adnan. Berikan yang terbaik, bahan yang berkualitas agar para klien puas akan kinerja kita. Dan bangunan kokoh bertahan lama" kata Anton.
"Siap siap pak.. Saya pastikan semua sesuai keinginan pak Adnan. Mungkin anda ingin mengecek bahan bahan yang sudah ada dan kontruksi awal. Mumpung kita masih mengerjakan paling bawah." ajak sang Arsitek.
"Ya mari.." Anton menyetujuinya.
Sedangkan Putri hanya diam memperhatikan dua pria dewasa di depannya.
"Sebenarnya Anton tak kalah cakep dengan Adnan. Andai dari dulu Adnan seperti ini. Sudah aku pastikan dia akan menjadi milikku. Tapi, jika aku tak mendapatkan Adnan, Anton pun jadi" batin Putri sambil tersenyum.
"Eghmmm kenapa senyum senyum" tanya Anton yang sedari tadi memanggil Putri tapi tidak mendapatkan respon
"Haahh ehh bapak.. Tidak apa apa pak.." jawab Putri gelagapan.
"Ayok" ajak Anton.
Putri pun mengikuti mereka berdua untuk ke dalam lokasi pembangunan.
"Kenakan helm ini dulu pak, bu." sang Arsitek memberikan dua buah helm berwarna kuning.
Anton dan Putri menerimanya dan segera memakainya. Mereka meninjau proyek tersebut tanpa terasa hingga tengah hari.
"Waktunya istirahat pak.." kata sang arsitek mengingat.
Anton pun melihat benda yang melingkar ditangan kanannya.
"Hahh waktu terasa cepat ya.. Baiklah pak, berhubung tugas saya sudah selesai. Saya serahkan proyek ini ke anda.. Jika ada suatu kendala, hubungi saya" pesan Anton.
"Siap pak, sekali lagi saya pastikan akan sesuai keinginan pak Adnan." kata sang Arsitek meyakinkan.
"Dan saya titip, awasi para mandor.. Ini kerja sampingan anda. Jangan sampai kecolongan. Anda diberi kepercayaan penuh dari kami" bisik Anton.
Sang arsitek hanya mengangguk dan mengacungkan jempol. Setelah itu, Anton dan Putri bergegas meninggalkan lokasi proyek.
"Pak, carikan tempat makan yang enak ya pak" kata Anton setelah duduk manis di dalam mobil...
"Baik pak" sahut pak Supri.
"Ohh ya pak, kita pulang nanti sore aja ya pak.." kata Anton.
"Ndak jadi besok pak??" tanya pak Supri.
"Tidak usah pak urusan disini sudah selesai. Kasihan pak Adnan, di sana banyak pertemuan penting. Pasti pekerjaannya semakin banyak, harus menghandle pekerjaan saya juga." kata Anton.
"Baik pak" jawab pak Supri.
"Kamu mau beli oleh oleh mungkin Put" tanya Anton.
"Oleh oleh untuk siapa pak?? Kan saya tinggal sendiri di sini" jawab Putri.
"Untuk tetangga kamu mungkin atau teman satu kos" jawab Anton memperhatikan Putri.
Putri menoleh ke arah Anton, sekilas tatapan mereka beradu. Hal itu membuat salah tingkah keduanya.
"Mmm tidak usah pak" jawab Putri.
"Sepertinya boleh juga nih Anton aku deketin hehe. Adnan susah, Anton pun ada" batin Putri.
#####
Adnan sudah menyelesaikan pertemuannya dengan Dewandara Grup. Lalu dia memilih untuk kembali ke perusahaan karena perkerjaan yang masih menumpuk.
Saat Adnan berhenti di sebuah lampu merah, dia melihat seorang gadis di sebuah toko penjual bunga. Adnan menyipitkan matanya, karena dia merasa mengenali gadis tersebut.
"Reina.." gumam Adnan.
Senyum terbit membuat garis melengkung ke atas di bibir Adnan. Entah mengapa, semenjak awal pertemuannya dengan Reina waktu itu. Ada gelenyar aneh di dadanya, meski dia mampu menutupinya.
Adnan terus mengamati Reina yang sibuk menata bunga di toko tersebut.
Tiiinnnn... Tiiinnnn
Tiba tiba suara klakson mobil bergema di belakang Adnan. Adnan pun bergegas melajukan kembali mobilnya. Adnan masih menatap Reina dari sepion samping kirinya hingga mengecil dan tak terlihat lagi.
"Setidaknya aku sudah tau dimana dia bekerja." gumam Adnan.
Hari terus dilewati berganti bulan. Tanpa terasa, kini Adnan sudah mendapatkan ijazahnya dan dia langsung mendaftarkan diri di salah satu universitas Jakarta.
Adnan benar benar bertekat ingin menguasai dunia bisnis untuk mengembangkan perusahaannya. Tidak lupa sang asisten Anton turut mengikuti langkah Adnan untuk mengajar pendidikan di perguruan tinggi yang sama.
Hari ini, Adnan dan Anton mengikuti orientasi mahasiswa baru. Orientasi kali ini hanya di isi dengan perkenalan tentang kampus mereka, para dosen dan lain lain.
Tanpa sengaja, mata Adnan melihat sosok yang beberapa bulan ini bahkan setahun ini diam diam dia kagumi. Anton menyadari jika bos sekaligus sahabatnya ini tengah tidak fokus.
Anton menyusuri ke arah mana tatapan Adnan. Saat dia sudah tau, kemana arah tujuan tatapannya itu. Anton langsung tersenyum, dia tau sesuatu.
"Nan.." senggol Anton.
"Hahh.." jawab Adnan terkejut.
"Kalau suka deketin.." bisik Anton.
"Apa siihh?? Suka sama siapa??" tanya Anton.
"Ga usah ngeles.. Aku tau" goda Anton.
"Ckkk apa sihh, udah ahh diem" kata Adnan.
Anton hanya tersenyum sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
Tak terasa, acara pun telah berakhir. Tanpa aba aba. Anton bergegas berdiri dan mengejar Reina.
Adnan yang melihat tingkah Anton pun heran. Namun seketika Adnan mengerutkan keningnya ketika melihat Anton mendekati Reina.
"Hei Rei, kita bertemu lagi" sapa Anton.
"Siapa Rei??" bisik salah satu teman Reina.
"Ahh teman. Mahasiswa baru disini mas??" tanya Reina heran
"Ahh iya.." jawab Anton.
"Rei, kenalin dong.." pinta Adel.
"Ahh iya mas, kenalin Adel dan Adel kenalin ini mas..." kata Reina menggantung.
"Anton..." jawab Anton mengulurkan tangannya.
"Hei.." balas Adel menerima uluran tangan Anton.
"Sendirian mas.?" tanya Reina.
"Tidak, sama Adnan tuhhh" tunjuk Anton.
Reina menatap ke arah yang Anton tunjuk dan terlihat Adnan sedang memainkan ponselnya berdiri di salah satu pilar dalam gedung.
"Ya udah, aku balik ya.. Kapan kapan kita ngobrol lagi" pamit Anton.
Reina dan Adel hanya mengangguk. Reina terus mengamati Adnan. Entah mengapa, Reina ada yang lain dalam diri Adnan. Bahkan, Reina tak pernah bosan menatap wajah Adnan. Namun, Reina masih mengingat siapa dirinya.
"Rei..." panggil Adel yang kesekian kalinya.
"Reii!!!" panggil Adel semakin keras.
"Apa si Del.. Ga usah kenceng kenceng manggilnya" kata Reina kaget sambil mengusap usap telinganya.
"Abis, kamu dipanggil panggil sampe mulutku berbusa ga dengar dengar. Kamu suka ya sama tuhh cowok.. Ngelihatnya sampe sebegitunya" goda Adel.
"Ckkk apaan sihh, dahh yukk.. Dah di suruh kumpul." kata Reina.
Ya Reina adalah salah satu mahasiswa semester 3 di universitas tersebut. Sudah satu tahun dia menjadi mahasiswa. Dia bertekad membekali dirinya ilmu untuk dirinya bersiap siap keluar dari dunia malamnya.
Setelah lulus nanti, Reina akan mencari pekerjaan yang sesuai dengan ijazahnya nanti, dan hasil uangnya sedikit demi sedikit akan dia kumpulkan untuk melunasi hutang hutangnya kepada mami. Karena Reina benar benar sudah tak sanggup lagi berlama lama menutupinya dari sang nenek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments