Kelegaan Ayah Abid

"Alhamdulillah, kenyang pelut adek" Alia makan dengan lahap.

"Cucu nenek pintar ya, makan sendiri. MasyaAllah cantik Solehah nya nenek"

"Bagaimana nggak kenyang dek, makannya nambah terus tadi. Kakek aja sampai capek ini memilah duri untukmu" ucap bapak mendramatisir

Alia senyumnya mengembang mendengar kakeknya ngomong seperti itu.

"Kakek, capeknya kalena kakek makannya banyak. Jadi capek melilih duli diikan yang kakek makan sendili"

Semua tertawa mendengar pembelaan cucunya yang cerdas.

"Cuci tangan dulu dek, tungguin bunda bantuin nenek beres-beres nanti kita pulang" ucap Aini. "Siap, Nda."

Alia turun dengan hati-hati lalu menuju wastafel untuk mencuci tangan, tapi tangannya belum sampai akhirnya dibantu ayahnya.

"Belum sampai ya dek, sini ayah bantu" Al mengangkat tubuh mungil anaknya.

"Berat banget si kamu, Dek. Anak ayah sudah besar rupanya,"

"Iya anak ayah sudah besal, sebental lagi sudah mau sekolah. Iya kan, Nda?" menoleh kearah bunda yang sedang meletakkan piring kotor diwastafel juga. Dan dijawab dengan anggukan.

"Tuh kan, Yah,"

"Iya sayang, sebentar lagi kamu mulai sekolah" ucap Al.

Al pun turut serta membantu istri dan ibunya membereskan bekas makan, Ai mencuci piring dan gelas yang kotor, sementara Al membereskan meja makan.

Al dibesarkan di keluarga yang bapaknya sangat menghargai emak. Bapak tidak sungkan untuk membantu istrinya dari dulu, tidak heran sifat Al juga demikian. Tidak mau membiarkan istrinya kerepotan. Prinsip Bapak yang terus dipegang bahwa fitrah wanita adalah melahirkan karena tugas itu tidak mungkin laki-laki menggantikan. Tapi kalau nyuci, masak, beres-beres itu bukan khusus buat perempuan. Laki-laki pun bisa mengerjakan.

Anggapan bahwa laki-laki yang seperti itu karena takut istri itu salah, itu adalah sebagai bentuk sayang terhadap istri yang tujuannya membahagiakannya. Tiap pasangan punya cara sendiri dalam membahagiakan pasangan. Patokannya bukan hanya ini yaa ... jangan sampai pembaca baper dan protes ke suami. 😬

Al sudah terbiasa membantu ibunya sejak kecil, seorang anak laki-laki yang sangat menghormati ibunya, sering membantu ibunya maka bisa dipastikan dia sosok yang sangat menyayangi istrinya itu yang Aini dengar. Tapi entahlah itu ilmu titen darimana ... mungkin hanya kebetulan. Tapi yang jelas yang harus dipahami adalah seseorang pasti memiliki 1 paket yaitu kelebihan dan kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurna kecuali nabi Muhammad. Kita harus terbiasa melihat seseorang dengan kelebihannya.

...❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️...

Dikediaman ibu Abid

"Bu, Ayah dimana? kok nggak kelihatan"

"Palingan lagi dikamar ponakanmu. Bentar lagi biasanya keluar,"

Abid memiliki adik perempuan, yang seusia dengan Aini. Adiknya tinggal bersama orang tua, sudah dikaruniai anak berumur belum genap 2 tahun, maunya nempel sama Kakung (sebutan kakek), setiap Kakung pulang kerja langsung mengejar-ngejar.

"Adududu ... cucunya akung ini gemes, yuk keluar. Om mau datang." mencium pipi cucunya dengan gemas

"Om... om... kung" celoteh cucunya yang bernama Rasya. Ayah Abidpun keluar dengan menggendong cucu laki-laki pertamanya.

"Sudah datang, Bid" ucap ayah datar

"Sudah, Yah" sambil menyalami Ayahnya

"Rumah jauh banget ya, Bid. Jadi jarang kerumah" sindir Ayah Abid.

"Hmmmm...." Abid garuk-garuk kepala yang tidak gatal. Memang Abid tergolong jarang berkunjung kerumah orang tuanya, asalnya tiap kali kesini bakalan didesak untuk menikah.

"Sudah-sudah, mana adik-adikmu Al, kok nggak keluar-keluar. Lama banget"

"Ponakan om, sini ikut om" Abid mengambil ponakannya yang dipangkuan Ayah.

"Om... om... om" panggil Rasya

"Iya Sya. Ini Om Abid"

"Om Bid ... om Bid" Rasya menirukan yang diucap omnya.

"Mas Abid, kapan datang?" sapa Yusuf yang baru keluar kamar sehabis mengganti baju koko dengan baju santai.

"Sudah dari tadi. Mana istrimu kok belum keluar"

"Palingan bentar lagi. Tadi lagi melipat mukena"

"Mas Abid, kapan datang mas. Adikmu ini kangen tau"

"Halah lebay, palingan kangen bertengkar ya, Bu?" ucap Abid meminta pembelaan ibunya.

Seperti itulah hubungan kakak dan adik, ketika jauh kangen, kalau sudah dekat bumbunya adalah bertengkar hal sepele pun diperdebatkan dan direbutkan, tapi seperti itulah yang membuat hubungan kakak adik selalu terikat satu sama lain.

Suasana menjadi hening hanya sesekali terdengar celotehan Rasya yang duduk di kursi khususnya sedang mengaduk-aduk makanannya sesekali memasukan ke mulut dengan wajah belepotan. Setelah selesai makan keluarga berkumpul diruang keluarga.

Suasana canggung menyelimuti mereka, beruntung ada sosok Rasya yang lucu jadi bisa mengurangi kecanggungan diruang itu. Ayahnya Abid tipe orang yang keras, tegas. Ketika Ayah sudah ngomong mau membicarakan sesuatu maka tidak ada yang berani membantah, termasuk pernikahan Abid dulu.

"Abid, apa belum ada niat untuk menikah lagi?" Ayah angkat bicara. "Belum ada calonya yah"

Karena sudah membicarakan seperti itu maka Yusuf dan istrinya membawa Rasya ke kamar, Yusuf menganggap Mas Abid butuh privasi.

"Yah, Bu, kami ke kamar dulu ya, sudah saatnya Rasya bobo" ucap Yusuf. Jangan ditanya adiknya Abid, sebenarnya penasaran dengan pembicaraan ketiga orang yg disayang itu. Tapi Yusuf suaminya sudah menarik tangan istrinya untuk jalan.

"Ya Suf. Sini cium dulu cucu nenek" jawab ibunya.

Semua terdiam sejenak.

"Usia kamu sudah tidak muda lagi, nanti ketika kamu semakin tua baru menikah tidak lucu jika anakmu memanggil kakek" sambil tersenyum miring.

"Bener kata ayahmu nak, kamu harus membuka hatimu untuk wanita lain. Ingat Aini itu sudah bahagia dengan kehidupannya. Bahkan mantan istrimu saja sudah menikah lagi"

"Iya Abid tau Bu, kalau Aini sudah bahagia. Abid sudah melupakan Aini, Ayah dan ibu tidak usah khawatir"

"Tapi bukti menunjukkan kamu belum bisa move on Abid. Kepala kamu masih dibayang-bayangi dengan Aini" ucap ayah tegas.

"Ayah, ibu memang sebelumnya Abid masih terus berharap kalau Aini jodoh Abid, tapi Abid pikir tidak ada yang bisa memaksakan kehendak orang lain. Seperti halnya Abid yg perasaannya tidak bisa dipaksakan untuk mencintai Fatimah" Fatimah adalah mantan istri Abid.

"Abid juga sudah sadar, kalau selama ini Abid hanya menuruti ego yang begitu melelahkan. Sekarang saatnya Abid keluar dari lingkar bayang-bayang seseorang. Abid sudah menyerah, dan sudah melepas dengan ikhlas Aini untuk bahagia bersama keluarganya. Tidak ada hak Abid untuk melarang kehidupan orang lain" ucap Abid lagi.

"Alhamdulillah, kalau memang anak ibu sudah sadar. Ibu sangat bahagia Nak" mata ibu berkaca-kaca.

"Ini baru anak ayah. Anak ayah seorang pemenang. Kamu tau nak, ayah sangat sedih dengan pemikiran Abid belakangan ini. Ayah merasa gagal menjadi seorang ayah" sambil mengepal tangannya tatapan menerawang lurus kedepan.

"Maafkan Abid Yah, Abid sudah berusaha membuka diri untuk seorang wanita. Tapi Abid minta satu hal yah, Bu"

"Apa itu Abid, asal bukan permintaan konyol" ayah berseloroh.

"Ayah dan ibu jangan berusaha menjodohkan Abid terus. Biar hati ini yang memilih dan Abid percaya Allah sudah menyiapkan jodoh yang baik buat Abid"

"Baiklah, tapi kamu juga janji harus secepatnya menemukan pilihan hatimu. Berdoalah sama Allah dengan kesungguhan hatimu"

...🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷...

Terimakasih untuk semua pembaca setia "Ujian Kesetiaan" semoga selalu diberi kesehatan dan berkelimpahan. aamiin

Tinggalkan jejak ya.....saran dan kritik kami tunggu.

Terpopuler

Comments

Dehan

Dehan

👍👍

2022-06-24

0

Dehan

Dehan

good story

2022-06-24

0

Ridhatin Hasanah

Ridhatin Hasanah

CINTA SI YATIM nyicil dulu yaa kakak

2022-06-23

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Suasana Hangat di Pagi Hari
3 Meminta Ijin Suami
4 Pak Abid Telpon Aini
5 Ajakan Pak Abid
6 Keseruan dikelas Aini
7 Lamaran Al untuk Aini
8 Berangkat Seminar
9 Aini dan Abid dipagi Hari
10 Adik Bu Tina
11 Kekhawatiran Al
12 Penasaran Aini
13 Sikap Aini yang Memalukan
14 Al Pamit sama Emak Bapak
15 Kehangatan dirumah Emak
16 Kelegaan Ayah Abid
17 Bertemu Penggemar Al
18 Tindakan Aini
19 Makhluk cerewet dan Makhluk Tak Peka
20 Balasan Email dari Seberang
21 Nasihat Orang Tua Aini
22 Bandara Sultan Syarif Kasim II
23 Kenalan dengan Teman Baru
24 Mengibarkan Bendera Permusuhan
25 Awal Mula
26 Buatan Pertama Gagal
27 Tak Tega
28 Fatimah
29 Dilarang Nge Gosip
30 Insiden di sekolah
31 Menghadap Kepala Sekolah
32 Telpon dari bapak
33 Mira sebuah masa lalu
34 Kedatangan Mira
35 Kedatangan Pelanggan
36 Omongannya Tanpa Saringan
37 Mandi Sendiri
38 Usaha Baru Al Ghazali
39 Pertengkaran Kecil
40 Budhe Surti
41 Nasihat Budhe
42 Mencoba Berdamai
43 Nyemil Malam
44 Survei
45 Kedap Suara
46 Menempati Rumah Baru 1
47 Yang Sakit Hatinya
48 Cari Perhatian Bos
49 Ketegasan Aini
50 Rencana Busuk Irma
51 Kejelian Trio
52 Harus Lembur
53 Nasihat Ibu Indri
54 Cemburu Aini
55 Menjemput Emak
56 Kecurigaan Izal
57 Suami Indri
58 Nasihat Bapak
59 Afrizal Danurrahman
60 Lina ngambek
61 Perhatian Izal pada Lina
62 Ketakutan Nenek Izal
63 Perubahan Izal
64 Maksud Orang Tua Izal
65 Lina Menerima Izal
66 Bertemu Mantan Izal
67 Kegelisahan Lina adik Al
68 Keberadaan Izal
69 Permohonan Ibu Izal
70 Mantan Izal Mengamuk
71 Ketakutan Aini
72 Lina Menangis
73 Untuk Apa Dia Datang
74 Mengusir Tak Sopan
75 Hanya Mundur Bukan Batal
76 Mau Nambah
77 Aini Menghilang
78 Al Kocar-kacir Mencari Istrinya
79 Kegilaan Istri Al
80 Candaan yang membuat hancur
81 Semakin Menggila
82 Aslinya Siapa yg Aneh
83 Jebakan sahabat Al
84 Ada Yang mengikutiku
85 Siapa Kamu?
86 Zaki oh Zaki
87 Jemput Alia
88 Titik Terang
89 Sebuah peluang
90 Berhasil Menjalin Kerjasama
91 Perubahan Dia
92 Siapa itu?
93 RSJ
94 Sari
95 Selles Mobil
96 Lagi Malas Gerak, Mas.
97 Aini Tes Kehamilan
98 TAMAT
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Prolog
2
Suasana Hangat di Pagi Hari
3
Meminta Ijin Suami
4
Pak Abid Telpon Aini
5
Ajakan Pak Abid
6
Keseruan dikelas Aini
7
Lamaran Al untuk Aini
8
Berangkat Seminar
9
Aini dan Abid dipagi Hari
10
Adik Bu Tina
11
Kekhawatiran Al
12
Penasaran Aini
13
Sikap Aini yang Memalukan
14
Al Pamit sama Emak Bapak
15
Kehangatan dirumah Emak
16
Kelegaan Ayah Abid
17
Bertemu Penggemar Al
18
Tindakan Aini
19
Makhluk cerewet dan Makhluk Tak Peka
20
Balasan Email dari Seberang
21
Nasihat Orang Tua Aini
22
Bandara Sultan Syarif Kasim II
23
Kenalan dengan Teman Baru
24
Mengibarkan Bendera Permusuhan
25
Awal Mula
26
Buatan Pertama Gagal
27
Tak Tega
28
Fatimah
29
Dilarang Nge Gosip
30
Insiden di sekolah
31
Menghadap Kepala Sekolah
32
Telpon dari bapak
33
Mira sebuah masa lalu
34
Kedatangan Mira
35
Kedatangan Pelanggan
36
Omongannya Tanpa Saringan
37
Mandi Sendiri
38
Usaha Baru Al Ghazali
39
Pertengkaran Kecil
40
Budhe Surti
41
Nasihat Budhe
42
Mencoba Berdamai
43
Nyemil Malam
44
Survei
45
Kedap Suara
46
Menempati Rumah Baru 1
47
Yang Sakit Hatinya
48
Cari Perhatian Bos
49
Ketegasan Aini
50
Rencana Busuk Irma
51
Kejelian Trio
52
Harus Lembur
53
Nasihat Ibu Indri
54
Cemburu Aini
55
Menjemput Emak
56
Kecurigaan Izal
57
Suami Indri
58
Nasihat Bapak
59
Afrizal Danurrahman
60
Lina ngambek
61
Perhatian Izal pada Lina
62
Ketakutan Nenek Izal
63
Perubahan Izal
64
Maksud Orang Tua Izal
65
Lina Menerima Izal
66
Bertemu Mantan Izal
67
Kegelisahan Lina adik Al
68
Keberadaan Izal
69
Permohonan Ibu Izal
70
Mantan Izal Mengamuk
71
Ketakutan Aini
72
Lina Menangis
73
Untuk Apa Dia Datang
74
Mengusir Tak Sopan
75
Hanya Mundur Bukan Batal
76
Mau Nambah
77
Aini Menghilang
78
Al Kocar-kacir Mencari Istrinya
79
Kegilaan Istri Al
80
Candaan yang membuat hancur
81
Semakin Menggila
82
Aslinya Siapa yg Aneh
83
Jebakan sahabat Al
84
Ada Yang mengikutiku
85
Siapa Kamu?
86
Zaki oh Zaki
87
Jemput Alia
88
Titik Terang
89
Sebuah peluang
90
Berhasil Menjalin Kerjasama
91
Perubahan Dia
92
Siapa itu?
93
RSJ
94
Sari
95
Selles Mobil
96
Lagi Malas Gerak, Mas.
97
Aini Tes Kehamilan
98
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!