Sesampainya dirumah Al dan Aini membawa anaknya untuk bersih-bersih, kemudian menuju kamar anaknya untuk menemani Alia menjelang tidur. Sudah kenyang tinggal kantuk datang. Setelah anak tertidur mereka membersihkan diri masing-masing, Al duduk di sofa kamar, sementara Aini di depan meja rias untuk melakukan rutinitas sebelum tidur.
"Mas, besok Ahad kita ke kota yuk, cari koper lagi. Koper kita hanya satu jelas kurang buat barang bawaan nantinya. Persiapannya supaya tidak mendadak" pinta Aini. "Iya sayang, siap."
Drrtttttt drrtttttt
"Sayang, hpmu bunyi ini. Dari pak Hasan,"
"Oh ... tolong angkat, Mas. Aku nanggung masih pakai cream ini," dengan sigap Al membantu istrinya memencet tombol hijau.
"Assalamualaikum, Ai," suara diseberang sana.
"Wa'alaikumussallam, Pak Hasan,"
"Maaf mengusik waktumu sebentar Ai, jadi gini bapak dan rekan-rekan kepala sekolah merencanakan pertemuan anggota gugus Senin besok, tugasmu dan Pak Abid menyampaikan kepada rekan-rekan hasil seminar kemarin,"
"Baik, Pak Hasan. InsyaAllah siap,"
"Bapak hanya mau mengabarkan itu saja Ai, silahkan dipersiapkan segala sesuatunya,"
"Baik, Pak. InsyaAllah siap,"
"Ya sudah itu saja, salam buat suamimu. Assalamualaikum,"
"Wa'alaikumussallam," Al meletakan hp Aini dimeja rias.
"Pak Hasan meminta Ai sama Pak Abid mempresentasikan hasil seminar kemarin kepada rekan-rekan satu gugus, Mas,"
"Secepat itu?"
"Mungkin biar kami masih fresh, menyampaikannya belum lupa-lupa,"
"Mudah-mudahan lancar ya, Sayang,"
"Makasih, Mas," Aini bangkit menuju tempat tidur menyusul Al yg sudah lebih dulu jalan setelah meletakkan hp.
"Mas, matikan lampunya dulu, biar bisa merem,"
"Buru-buru amat si Ai, bentar dulu. Mas masih pengin lihat wajah cantikmu," sambil tersenyum jail
"Apaan si, sedari tadi juga bareng terus kita,"
"Beda lah Ai, kamu lebih banyak dikuasai emak sama Alia. Sekarang waktunya mas menguasai mu"
"Ternyata mesyumnya nggak ilang ilang ya, Mas," sambil memeluk Al.
"Eits ... jaga jarak Ai, jangan dekat dekat ... tadi bilangnya mas yang mesyum. Tapi kamunya mancing-mancing,"
"Halah ... ya sudah," melepaskan pelukan sambil sewot langsung memunggungi suaminya.
"Haha ... ngambek," Al itu suka jail, tapi begitu istrinya ngambek aslinya kelimpungan, mencari ide gimana agar istrinya lekas ceria kembali. Dipeluknya Ai dari belakang sambil dicium kepalanya. Aroma seger dari rambut Ai sangat dia sukai.
"Ai ... Mas kangen banget Ai, kemarin malam mas tidurnya nggak nyenyak. Nggak bisa meluk meluk gini,"
"Hem ...."
"Ai ... hadap sini," Al menarik istrinya agar menghadap kearahnya.
"Kamu tau Ai, sebelum tidur seorang istri harus dalam keadaan suaminya ridho. Jangan sampai tidur sementara suaminya sedang menahan kesal ke istrinya,"
"Iya ... iya, Ai tau. Ridhonya suami Ridhonya Allah"
"Mas, Ai juga kangen banget. Mas jangan bikin kesel lagi," rengek Ai dengan manja.
"Iya, Sayang. Kita lanjutkan yang tadi siang ya ... Mas sudah nggak tahan liatin istri Mas yg cantik ini. Kita kan partner, Sayang," semakin mendekat kearah istrinya.
Ahad paginya Alia sudah diantar kerumah neneknya, Alia tidak mau ikut sama ayah bundanya, memilih dirumah nenek bermain dengan kakek neneknya.
Sebelum cari koper Ai meminta Al untuk mampir di alun-alun. Sudah lama mereka tidak ke alun-alun, setiap hari Ahad ada acara car free day. Suasana sangat menyenangkan, jalan berdua seperti ini jadi mengingatkan moment pengantin baru dulu. Masa awal-awal nikah mereka sering jalan-jalan untuk saling mengenal. Pacarannya setelah menikah, jadi bebas mau gandengan, pegang ini itu sudah tidak takut dosa.
Sesampainya di alun-alun Ai langsung menuju tempat berbagai makanan yang dijual dipinggiran jalan, sementara Al memarkirkan motor. Setelah selesai jajan, mereka menuju tempat duduk dibawah pohon rindang.
"Mas, enak ini. Sudah lama nggak makan ini. Coba si...aaa...."
Al pun membuka mulutnya. Siyome dengan bumbu kacang, Ai memilih kentang, telur, sayur kol dan pare. Dulu tempat ini menjadi tempat favorit Aini dulu semasa masih SMA.
"Ai, pedes. Minumnya mana Ai,"
"Astaghfirullah, maaf mas lupa. Tunggu ya mas, Ai tak beli dulu. Nggak jauh kok, tuh kelihatan,"
"Biar mas saja sayang. Kamu cukup duduk disini tunggu mas ya," ucap Al dengan lembut
"Siap, Mas. Hehe," Al mengelus pucuk kepala yg terbalut jilbab segiempat berukuran 130x130 warna gelap menambah anggun penampilan Ai.
Setelah membeli minuman, Al membuka tutup botol lalu jongkok ditempat itu juga untuk segera minum karena efek pedas tadi. Sebenarnya tidak terlalu pedas tapi karena perjalanan juga lumayan jauh dari rumah menuju sini menambah rasa hausnya bertambah, Al dikagetkan oleh teriakan suara seorang wanita yang mendekat kearahnya. Yang jelas bukan istrinya, Al hafal betul istrinya tidak akan kencang-kencang suaranya ketika ditempat umum. Aini terbiasa barbar itu ketika bersama sahabat dekatnya serta keluarganya.
"Al Ghazali, iya Al Ghazali kan?" wanita itu mendekat kearah Al lalu meraih tangan Al untuk menggandengnya. Al sangat risih dengan sikap wanita itu. Tapi berbeda ketika Aini melihat pemandangan itu, terlihat jelas bahwa Al diam saja ketika wanita itu berusaha menggandeng tangannya. Aini mendengus kesal.
"Al lama banget kita nggak ketemu," ucap wanita itu
"Maaf, bisa minta tolong lepaskan tanganku. Saya merasa tidak mengenal anda, Mba,"
"Ya Allah Al, kamu lupa sama aku. Kamu tetap sama Al, tambah tampan saja," puji wanita itu
"Maaf, saya memang tidak mengenal anda, kalaupun kenal nggak sepantasnya seorang wanita menggandeng laki-laki yang bukan suami atau keluarganya,"
"Al ya Allah, aku Ulfa ... yang dulu pernah nembak kamu. Kupikir setelah lama tidak berjumpa denganmu aku bakalan melupakan kamu, tapi begitu lihat kamu masih sama Al, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya,"
"Ooh ... saya permisi dulu. Sudah ditunggu is...." ucapan Al terpotong dengan tarikan tangan Ulfa, Al semakin jengah sambil melihat kearah istrinya yang sudah terlihat kesal.
"Baik, iya saya sudah sedikit mengingatnya tolong lepaskan tangan ini," Sambil menyingkirkan tangan Ulfa.
"Aku ingin bicara Al, lama aku mencari kamu,"
"Mohon maaf Mba, saya tidak bisa" ucap Al sambil menjauh, Ulfa mengejar Al.
"Kalau tidak mau baiklah, tadi sebagian orang sudah melihat aku menggandengku. Aku tau mereka menganggap kita ada hubungan. Aku mau teriak kamu mau meninggalkanku, sehabis melecehkan ku,"
Al tidak peduli, terus berjalan mendekati Aini istrinya. Ulfa terus membuntuti Al.
"Ayo sayang kita pulang," dengan wajah kesal mengandeng tangan Aini
"Tunggu sayang, kita selesaikan dulu masalahnya,"
"Nggak bisa Ai, mas tidak pernah berurusan dengan dia,"
"Mas mau terus terjadi kesalahpahaman terus," ucap Aini
"Gimana Al, kamu mau bicara denganku? Adiknya Al ya, salam kenal aku Ulfa," sambil mengulurkan tangannya kearah Aini
Aini menyambut dan tersenyum tanpa menyebutkan nama.
"Ayo Al, biar adikmu menunggu disini," hendak meraih tangan Al, buru-buru Al menghindar.
...🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷...
Tinggalkan jejak ya kak, ditunggu kritik dan sarannya.
Terimakasih untuk para pembaca "Ujian Kesetiaan"
Semoga sehat selalu....aamiin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ridhatin Hasanah
CINTA SI YATIM mampir lagi kaka... mau lanjut nyicil bacaan 🤭 tetap semangat buat kakak
2022-06-25
0
Shinbe
Aku mampir nih Thor.🙆🙆🙆
2022-06-17
0
Mmh Astri
🥰🥰🥰
2022-06-13
1