"Terimakasih pak Abid, saya berangkat sendiri atau diantar sama suami saja" tersenyum tipis dan kesannya terpaksa.
"Sebenci itukah kamu sama aku, Aini? Aku tau suamimu saat ini sedang tidak bisa berbuat apa-apa, kesempatan buatku untuk mendekatinya lagi," batin Abid.
"Yakin nggak mau bareng, Aini? toh tujuan kita sama," goda Abid
"Terimakasih Pak Abid, tidak usah. Nanti merepotkan apalagi harus jemput ke rumahku. Saya rasa terlalu berlebihan,"
"Tidak akan merepotkan Aini. Besok saya jemput ya," dengan senyum menggodanya.
"Mohon maaf Pak Abid, saya berangkat sendiri besok, saya wanita bersuami,"
"Ya udah, aku jalan duluan ya ... urusanku sudah selesai ini," cicit Abid.
"Baik Pak, silahkan," ucap Sintia
Aini ketika bertemu Abidin selalu bicara seperlunya. Khawatir salah menanggapi.
"Ai, gitu amat ya Pak Abid, pemaksaan banget. Kamu harus hati-hati Ai. Jangan sampai lengah disana. Orang kaya gitu bisa nekat saking terobsesinya sama kamu Ai ...hiiiii merinding aku,"
"Sin, apaan si kamu. Segitunya ... , InsyaAllah nggak apa, Sin. Nggak mungkin berbuat nekat apalagi acara semacam itu," selorohnya.
"Hai, hati orang siapa tau. Bisa aja kan ... kesempatan kamu jauh dari suamimu. Awas jangan sampai tergoda," ancam Sintia sambil mengacungkan jari telunjuknya didepan Aini dengan ekspresi melotot habis itu tertawa lepas
"Kamu lucu sekali Ai ... haha. Nggak usah gugup kali,"
"Eh serius Sin, aku jadi kepikiran dan takut yaa."
"Udah ayok, berangkat. Jangan kelamaan nanti telat," berjalan mendekati motor mereka masing-masing.
Begitu sampai sekolah yang pertama kali dituju adalah kantor. Dikantor langsung disambut oleh pak Hasan kepala sekolahnya.
Pak Hasan adalah sosok kepala sekolah yang sangat disegani. Pak Hasan ini dulunya adalah guru Aini saat di sekolah dasar. Pak Hasan ketika dikantor memanggil Aini dengan sebutan nama saja tanpa embel-embel Ibu. Beda ketika suasana dengan anak-anak atau dinas diluar yang melibatkan banyak orang baru memanggil dengan ada embel-embel ibu.
"Aini, ini surat pengantar buat acara besok. Biasanya ditanyakan surat jalannya dibagian pendataan di meja depan ruangan tempat kita seminar,"
"Terimakasih Pak. Pak maaf, yang harus saya siapkan apa saja untuk acara besok?"
"Yang disiapkan fisik yg bugar buat menerima apa yang disampaikan Aini sama jangan lupa baju ganti selama 2 hari. Alat tulis sudah disediakan panitia InsyaAllah. Besok saya juga ada disana sebagai panitia dan bisa sekalian mendampingi kamu,"
"Pak Hasan, boleh nggak Ai nawar. Nggak usah nginep ... aya pulang saja,"
"Nggak bisa gitu Aini, terlalu beresiko. Selesai acara sampai malam. Tidak baik seorang wanita pulang malam-malam, sangat beresiko. Kami panitia khawatir akan keselamatan para peserta jika pulang malam,"
"Kalau dijemput suami boleh nggak pak?"
"Aini ... nggak boleh. Apa kamu nggak kasihan sama suamimu. Malam-malam mesti keluar rumah. Hanya 2 hari Aini. Artinya menginap hanya 1 malam,"
"Baiklah, Pak" Aini pasrah.
Pak Hasan itu ibaratnya sudah seperti bapaknya sendiri, secara rasa merasa dia masih kecil ketika berhadapan dengan pak Hasan. Aini masih serasa jadi muridnya. Aini ini memang terkenal sebagai murid yang menyenangkan, pintar dan pandai bergaul dan satu lagi yaitu sopan, meskipun rada ngeyel.
Aini dan rekan-rekannya meninggalkan kantor menuju kelas masing-masing.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Suasana dikelas 4 dimana Aini menjadi wali kelas.
"Bersiap. Doa mau belajar" ucap ketua kelas dengan tegas.
1. رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا، وَارْزُقْنِيْ فَهْمًا وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ
Artinya: "Ya Tuhanku, tambahkan lah ilmu kepadaku, dan berilah aku karunia untuk dapat memahaminya, Dan jadikan lah aku termasuk golongannya orang-orang yang soleh."
Mereka berdoa bersama dengan kompak sekaligus dengan artinya.
"Beri salam!"
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh," ucap mereka serempak
"Wa'alaikumussallam warohmatullahi wabarokatuh,"
"Baik anak-anak, siapa hari ini yang tidak masuk?"
"Hadir semua Bu," jawab Fadil sang ketua kelas.
"Alhamdulillah, syukurlah. Ibu mau kasih permainan dulu sebelum mulai belajar ya. Kalian siap?"
"Siap Bu," jawab mereka
"Kalau Ibu berkata maka lakukan, ingat ya bila Ibu berkata maka lakukan. Ibu coba dulu yaaa," jelas Aini dengan semangat.
"Baik Bu,"
"Siap Bu," ucap mereka berbarengan
"Kalau ibu berkata maka lakukan, kalau ibu berkata maka lakukan. Pegang hidung," Aini pegang hidung begitu juga dengan anak-anak.
"Kalau ibu berkata maka lakukan, kalau ibu berkata maka lakukan. Pegang mata," Aini pegang mata begitu juga dengan anak-anak.
"Kalau ibu berkata maka lakukan, kalau ibu berkata maka lakukan. Pegang telinga" Aini pegang perut. Sebagian anak-anak ada yang pegang perut dan ada yang pegang telinga.
"Hayo mana yang benar?" tawa Aini
"Kamu salah Fadil. Tadi Bu Aini mengatakan pegang telinga, yang dikatakan ingat yang dikatakan bukan yang dilakukan" ujar Cindy sambil cekikikan
"Oooooo ... ya ...ya ...ya. Paham sekarang Bu. Lagi Bu coba," Ucap Fadil dan sebagian teman-temannya.
"Baiklah sekali lagi ya .... Kalau ibu berkata maka lakukan, kalau ibu berkata maka lakukan. Pegang rambut," Aini pegang dagu dan anak-anak semua kompak pegang rambut.
"Kalau ibu berkata maka lakukan, kalau ibu berkata maka lakukan. Pegang kaki," Aini pegang rambut dan anak murid semua kompak pegang kaki. Aini tersenyum puas.
"Baiklah anak-anak siapa masih mengingat pelajaran kemarin. Jika dalam satu soal ada penjumlahan, perkalian kemudian ada yg didalam kurung mana yang dikerjakan dulu?" Ucap Aini sambil menuliskan soal dipapan tulis untuk menarik perhatian siswanya.
"Saya ingat Bu" Mereka berebut menjawab. Aini termasuk guru yang disukai anak-anak. Pembawaannya penuh dengan keceriaan. Kelasnya selalu hidup karena pembelajaran disertai dengan permainan dulu. Kalau istilahnya ice breaking. Ice breaking adalah satu cara yang bisa dilakukan untuk menghilangkan rasa jenuh dan juga menyegarkan kembali pikiran serta tenaga disela waktu kegiatan.
Kegiatan apersepsi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menarik perhatian peserta didik agar fokus pada ilmu atau pengalaman baru yang akan disampaikan oleh Guru.
Dengan melakukan Apersepsi, Guru dapat memastikan jika peserta didik sudah siap dalam menerima pembelajaran.
Jam menunjukan pukul 11.30 saatnya murid-murid pulang. Aini bernafas dengan lega kemudian ke kantor untuk persiapan pulang ke rumah.
"Alhamdulillah, Sin. Pulang yuk, mau pulang cepet hari ini. Mau packing buat persiapan besok,"
"Tadi ditanya Pak Abid bilangnya sudah siap semua," goda Sintia sambil mengedipkan matanya sok imut. Tapi memang imut sih.
"Ayuk ah ... tuh Pak Hasan dan Bu Indah juga sudah pada pulang. Yuk cepetan,"
"Iya bawel, tadi aku juga hanya nungguin kamu. Kamu aja yang kesininya jalannya lama" Ucap Sintia sambil cemberut. Jalan beriringan menuju dimana mereka memarkirkan sepeda motor mereka.
...🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷...
Terimakasih yang sudah berkenan mampir ke karyaku kakak kakak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ufika
baru mampir lagi ya kak semangat 😊
2022-07-13
0
Ufika
jaga jarak memang perlu apalagi sikapnya seperti itu
2022-07-13
0
mom mimu
maaf kak baru mampir lagi, semangat terus ya... aku masih nyicil ya bacanya 🙏🏻🙏🏻
2022-06-25
0