Sesampainya dirumah Aini tidak menjumpai suaminya di ruang tamu, kemudian diruang tengah dan di dapur juga nggak ada. Aini langsung ke teras belakang tempat favorit mereka bersantai bercengkrama bersama buah hati mereka.
Ternyata benar suami dan anaknya ada di teras belakang.
"Assalamualaikum semua kesayangan bunda."
"Wa'alaikumussallam, Sayang,"
"Wa'alaikumussallam, Bunda cantik," jawab mereka bersamaan
"Aiiiih ... anak bunda ini yang cantik sudah mamam belum?" duduk dihadapan Alia yang sedang bermain boneka.
"Belum nungguin bunda. Lagi pengin di cuapin bunda," sambil menunjukan muka imutnya yang bikin gemas bagi yang melihatnya.
"Lagi manja ya anak bunda?" sambil mencubit gemes pipi chubby anaknya.
"Khmmmm...." Al berdehem
"Ada yang minta diperhatikan juga nih?" langsung duduk dipangkuan Al.
"Eh ... ngapain langsung duduk dipangkuan Mas. Sana ... menjauh. Masih bau juga. Iya kan dek, bunda bau" ledek Al.
"Mana ada ya mas, Ai tuh masih harum mewangi sepanjang hari," seloroh Ai dengan percaya diri.
Meski begitu omongannya begitu berbeda dengan perkataannya tadi, kenyataannya Al menyambut dengan senang hati segala tingkah istrinya yang selalu manja.
"Bunda jangan duduk disitu, itu ayahku," Alia mendekat ke mereka.
"Ayahnya bunda, dek...."ledek Ai
"Bukan bunda, itu ayahnya adek," sambil ikutan duduk dipangkuan Al dan mendorong bundanya
"Mas lucu banget si gembul kita," tertawa sambil bangkit dari duduknya lalu menggendong anaknya.
"Bunda, ndak mau bunda. Bunda masih bau," sambil meronta dan memencet hidung.
"Hmmmm ... anak bunda yang cantik pinter banget MasyaAllah," sambil berjalan menuju kamar untuk ganti dengan baju santai
"Mas, Ai ganti baju dulu ya!" teriak Aini
Aini mendudukkan anaknya sofa kamar. Aini mengganti baju dengan baju santai.
"Kebiasaan, selalu teriak-teriak macam di hutan. Ai...Ai..." ujarnya Al lirih sambil tersenyum dan geleng-geleng kepala. Lalu beranjak keruang makan menunggu anak dan istrinya untuk makan siang.
Dari pertama mengenalnya dulu Aini sosok gadis bar bar sampai sekarang tidak pernah berubah.
Flashback on
Al Ghozali sedang dijalan mengendarai motor dengan santai. Tiba-tiba ada motor yang nyalip, motor cowok tapi yang mengendarai seorang gadis. Motor menyalip dengan laju yang kencang. Tak terasa Al mengikuti arah motor tersebut ternyata belok searah menuju rumah Al. Terus dibuntuti sampailah motor itu parkir dihalaman rumah Sintia. "Ternyata temannya Sintia, cantik dan keren" ujar Al dalam hati.
Rumahnya Sintia tidak jauh dari rumah Al. Sintia juga yang mengenalkan Al dengan Aini.
Seminggu setelah kejadian itu Al melihat Aini lagi dengan kondisi yang berbeda. Al di depan rumah melihat Aini dan Sintia naik mobil bak terbuka dibelakang dengan posisi duduk kaki menjuntai kebawah. Mereka naik mobilnya ayah Sintia dari kios ayahnya Sintia menuju rumah Sintia.
"Sin, temanmu buat aku ya. Buat jadi istriku," ucap Al tegas tanpa ekspresi.
Mungkin terlalu cepat, tapi rasa yg hadir itu lain daripada biasanya. Gadis bar bar yang dilihatnya seminggu yang lalu terus hadir dalam bayang bayang Al.
"Mas Al, nggak ada romantis romantisnya ya. Masa ngelamar gadis orang gitu," jawab Sintia dengan posisi mobil tetap melaju pelan.
Jangan ditanya tampang Aini kaya apa saat itu. Jantungnya mau copot, Aini merasakan perasaan asing yang selama ini belum pernah ia rasakan yang memicu senam jantung. "Perasaan apa ini?" gerutu Ai dalam hati.
Sesampainya dirumah Sintia, Aini meminta ijin Sintia untuk langsung menuju pantry untuk minum.
Dan Al menyusul mereka menuju rumah Sintia.
Dipikir-pikir tingkahnya konyol sekali. Al senyum-senyum sendiri.
"Mas Al, masuk," ucap Sintia.
Melihat Al diluar ayah Sintia juga mempersilahkan masuk "Masuk aja, Al,"
Al masuk lalu duduk di sofa ruang tamu dan posisi Aini saat ini dikamar Sintia.
"Beneran Mas Al suka sama temanku? Awas jangan main-main!" Ancam Sintia
"Memangnya pernah kamu lihat aku mainin anak gadis orang Sin?"
"Hihi ... nggak dengar sih, Mas,"
Al Ghazali ini pribadi yang terbilang serius bekerja taat beribadah dan tidak pernah ada gosip mengenai kedekatan dengan wanita. Sering dijodohkan dengan anak-anak rekan dari kakek dan emaknya, tapi selalu menolak. Kalau sudah waktunya pasti Allah dekatkan jawabnya Al ketika kakek dan emaknya memaksa untuk menikah.
Allah Ta'alla telah menetapkan segala sesuatu kepada setiap insan manusia. Sejak seorang itu masih dalam kandungan, Allah telah menetapkan jodoh, rezeki, hingga maut di lauhul mahfudz. Lalu apa itu lauhul mahfudz?. Lauhul mahfudz adalah kitab tempat Allah mencatat seluruh kejadian di alam semesta.
Allah sudah secara tegas menyatakan bahwa segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan. Jadi buat jomblo jangan khawatir dengan yang namanya jodoh, karena semua sudah di tetapkan oleh Allah subhanahu wata'ala.
"Aku serius Sin. Mana temanmu aku mau kenalan," tegas Al
"Baiklah biar dipanggilkan. Ingat Mas Al, jangan pernah sakiti dia!" dijawab dengan anggukan kepala oleh Al
"Aini ... sini Ai" teriaknya. Setengah berlari Aini menuju arah suara yang memanggil dia.
"Ya Allah Sin, nggak usah teriak kenapa si. Orang dekat juga," ucap Aini sambil cemberut.
"Eh ... ternyata ada orang," lanjut Aini sambil mengatur detak jantungnya saat tak sengaja matanya bertemu dengan mata Al.
"Duduk Ai. Nggak perlu lari kali, nggak akan diambil orang lain," ucap Sintia sambil cengengesan, Aini duduk disebelah Sintia
"Kenalkan namaku Al Ghazali," tanpa bersalaman hanya mengucap nama.
"Aku Aini. Kamu mau kemana Sin? Kamu jangan kemana-mana sini aja," Aini merengek sambil menarik tangan Sintia saat melihat Sintia bangkit dari duduknya.
"Aku nggak kemana mana, cuma mau ambil minum aku haus. Mas Al mau minum juga kan?" dijawab dengan anggukan oleh Al.
"Aku serius dengan yang kukatakan tadi Aini. Mungkin terlalu cepat. Tapi boleh ya aku mengenalmu lebih dekat lagi? Memberi kesempatan untukku agar sering menemui kamu," pinta Al. Mendengar hal itu Aini menunduk untuk menutupi rasa malunya dan keadaan pipinya sudah memerah. "Nggak nyangka gadis yang kulihat kemarin bar bar eh bisa juga malu-malu" batin Al sambil tersenyum. InsyaAllah pilihannya nggak salah.
"Memang Mas Al tau, siapa saya. Latar belakang saya seperti apa?"
"Kamu temannya Sintia, hati kecilku mengatakan kalau kamu gadis yang baik. Dan hati ini ada perasaan asing waktu lihat kamu. Dan perasaan itu belum pernah aku rasakan sebelumnya," bukan hanya itu, sebenarnya Al sudah mengetahui latar belakang Aini dari Sintia seminggu yang lalu. Begitu Aini pulang dari rumah Sintia, malamnya Al datang kerumah Sintia untuk mengetahui latar belakang teman Sintia yang baru dilihatnya tadi.
"Memang berapa kali mas melihatku, sudah berkeinginan seperti itu?"
"Baru 2 kali, Aini,"
"Padahal Aini tuh sering banget kesini mas Al! Kemana saja mas Al selama ini?" Ujar Sintia yang tiba-tiba nongol dengan membawa air minum
"Iiih kamu selalu saja ngagetin Sin," ucap Aini cemberut sambil bernafas lega karena kehadiran Sintia.
"Kamu tau sendiri kehidupanku, Sin. Mana pernah bermain. Kesini saja hampir nggak pernah. Padahal jaraknya hanya beberapa langkah,"
"Iya iya ... didunia mas Al hanya ada kerja, kerja, dan kerja ya?" Sintia sambil cekikikan
"Kamu, datang datang langsung mengganggu Sin. Gimana Aini ... boleh saya mengenalmu lebih dekat?" ucap Al tanpa memperdulikan kehadiran Sintia ditengah-tengah mereka.
"Cie cie.....yang lagi PDKT," kemudian kabur kebelakang ambil cemilan.
"Dasar...." ujar Al dan Ai kompak lalu ketawa bersamaan
"Mas, kalau mengenal dekat seperti orang-orang menjalani pacaran Ai nggak mau. Gimana kalau langsung nikah saja? Ai ingin menjalani pacaran halal, pacaran setelah menikah," ujar Aini pelan, pipinya merah karena malu dan mencoba meredam jantung yg lagi bekerja ekstra. "Nikah...hah nikah?" Aini menggerutu dalam hati memaki diri sendiri kenapa terlontar kata kata seperti itu batinnya. "Memalukan sekali. Ah sudahlah memang iyakan Islam mengajarkan langsung nikah," Mengetahui latar belakang itu suatu keharusan, tapi bukan dengan jalan pacaran itu yg Aini dengar dari pengajian yang diikuti di kampusnya. Aini aktif dalam kegiatan dikampusnya. Dan tadi sesampainya dirumah Sintia langsung curhat dengan Sintia pada saat melihat Al didepan rumahnya. Ada perasaan aneh yang memacu jantungnya, dan kata Sintia itu ciri-ciri jatuh cinta. Jatuh cinta pada pandangan pertama kata Sintia tadi.
"Alhamdulillah, benarkah Aini. Aku sangat bahagia. Tunggu kedatangan kedua orang tuaku untuk melamar ya 2 hari lagi"
"Benarkah kalian mau menikah dalam waktu dekat?" Ujar Sintia mematung dan shock.
"Serius Ai, mas Al?"setengah berteriak saking kagetnya.
...🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ufika
pertemuan pertama yg selalu membekas🤭🥰
2022-07-15
0
Ufika
bahagia bngt kalau keluarga seperti itu terus
2022-07-15
0
🦋⃟ℛ★KobeBlack★ᴬ∙ᴴ࿐ 🐍Hiatus🐍
wah ada lamaran kaah😂
2022-07-03
0