"Sudah bangun, Mas?" ketika ku buka mata ternyata suamiku sudah duduk di sofa kamar. "Sudah sayang, Mas lagi melemaskan kaki, buat persiapan ke kamar mandi," ucap Mas Al. "Perlu bantuan sayang, ke kamar mandinya?" aku mendekat ke sofa duduk disamping mas Al, Mas Al merentangkan tangannya. Ku sambut pelukan hangatnya, ahhh ... so sweet. "Nggak perlu sayang, minta tolong ambilkan tongkat saja, biar mas sendiri ke kamar mandinya" sambil tersenyum. Ah iya itulah Mas Al, selalu tidak mau merepotkan. Aku menganggukkan kepala, lalu beranjak untuk ambil tongkat buat membantu menopang kaki satu yang sakit. Kaki Mas Al yang sakit satu yaitu sebelah kiri, kata dokter itu akibat pengaruh pestisida kimia yang berlebihan sehingga menyebabkan penyerapan kalsium tidak terserap dengan baik. Dalam perawatan tanaman memang mau tak mau mesti berkutat dengan pestisida. Sudah 1 tahun ini Mas Al istirahat dirumah.
Kami sudah berembug kalau suami tidak lagi bertani seperti biasa, lahannya hanya ditanami singkong yang tidak perlu perawatan ekstra, tapi hasilnya juga kurang, harga singkong murah setara dengan perawatan yang murah dan gampang. "Ini Mas," aku memberikan tongkat."Terimakasih sayang" dengan tertatih mas Al menuju kamar mandi.
Melihat pemandangan itu rasanya tak tahan, jatuh juga air mataku tanpa sepengetahuannya. Langsung ku hapus air mataku dengan punggung tanganku sendiri sebelum Mas Al keluar kamar mandi. Astagfirullah ... ku elus dadaku yang sesak melihat dan mendampingi Mas Al sakit rasanya dada sesak, meski Mas Al tampak selalu tegar tapi akhir-akhir ini aku sering melihat Mas Al tampak murung. Tak ada penyesalan sedikitpun menikah dengan Mas Al, hanya ada syukur, semoga Allah segera mengangkat penyakit Mas Al.
"Hai, kenapa melamun hah?" sambil mengelus kepalaku. Ternyata Mas Al sudah di depanku, entah sejak kapan aku tak menyadarinya karena saking asyiknya melamun. "Nggak, Mas. Aku cuma kepikiran mau masak apa," sambil tersenyum kikuk. "Ya sudah, sana mandi dulu. Mas ke masjid dulu ya, Sayang," pamit Mas Al. "Ya, Mas."
Setelah selesai mandi langsung sholat subuh tak lupa ku panjatkan doa untuk keluargaku, semoga keluargaku menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah. Dimana gambaran hubungan suami istri yang dilandasi cinta dan penuh kasih sayang demi tercapainya rumah tangga yang memberikan ketentraman hidup.
Selesai sholat, ku petik daun singkong dibelakang rumah yang sengaja ditanam untuk kebutuhan sayur harian. Dimasak apapun keluarga suka, hanya direbus buat lalap disantap pakai sambal enak, di santan enak, tumis pun enak bisa diolah dengan banyak cara. Dan kata pakar gizi yang jelas memiliki nilai gizi yang tinggi. Lauknya ikan goreng. Selesai masak anaku bangun.....ah ya anaku sekarang usia sudah 4 tahun. Alhamdulillah Allah karuniai anak yang solehah, penurut. Namanya Alia ... gadis berambut keriting yang kata orang entah ngikut siapa ... wkwkwk ... walah padahal ngikut ayahnya. Aslinya ayahnya berambut keriting, hanya saja rambutnya selalu dipangkas habis tinggal ½ cm, macam ala ala tentara gitu, nggak pernah panjang. Jadi orang-orang nggak tau ... biarin ajalah mereka mau bilang apa. Yang terpenting bagi kami adalah kepercayaan antara suami istri.
"Si cantik bangun sendiri, MasyaAllah pintarnya" kucium pipinya yang gembul. "Iya bun ... adek bangun sendili. Ayah mana Bun?"
"Apa sayangnya ayah, sudah bangun rupanya, sini sama Ayah duduk sini" Alia langsung menuju ketempat ayahnya yg duduk diruang makan.
"Anak ayah mandi dulu ya, mau sama Ayah apa bunda?"
"Biar sama bunda aja yah. Ayah nungguin disini saja" Saran dari dokter Mas Al boleh beraktivitas tapi nggak boleh kecapekan, itu salah satu cara agar sakitnya lekas sehat.
"Ayo, cantik kita mandi dulu biar wangi, nggak bau asem," menggandeng tangan mungil anaku.
"Nah, sekarang sudah wangi ya anak ayah."
"Iya, Ayah. Adek udah halum," Alia berambut keriting jenis yang lemas jadi terlihat sangat lucu, MasyaAllah. Teman-temanku ketika ketemu anaku selalu gemes melihat rambutnya.
"Ayo Yah, kita makan dulu. Adek jangan lupa baca doa mau makannya," Diusia 4 tahun Alia sudah makan sendiri meski hasilnya yaaa jangan tanya ada nasi yang kemana-mana. Tapi bagi kami tidak mengapa, tahap anak belajar. "Bismillahillahmanillahim, iya ,Bun."
"Mas Al, aku berangkat dulu ya. Ingat, nggak usah mengerjakan apapun, sudah mendingan sekarang jangan sampai kambuh lagi gara-gara kecapekan" cerocosku.
"Iya sayang, makasih ya. Selalu ngertiin mas, selalu supprt mas. Hati-hati nggak usah ngebut",
"Haha......mas ini ada-ada saja, gimana mau ngebut. Jalannya saja kaya gitu" aku tertawa membayangkan jalannya saja kaya dasar sungai....belum beraspal menuju sekolahnya. Yang beraspal dari depan rumah hanya separuh perjalanan. "Kamu ya, kalau dibilangin gitu" Sambil mengelus puncak kepalaku yah dibalut jilbab. "Iya Mas Al sayang, terimakasih. Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussallam warohmatullahi wabarokatuh"....
setelah kepergian istrinya Al termenung, "Apakah istriku akan terus bertahan dengan kondisiku sekarang yang tak lagi berpenghasilan, astagfirullah.....kenapa aku punya pikiran gini" batin Al.
"Ayo dek, kita main diteras belakang" "Ayo, siap ayah",
Sesampainya disekolah pukul 07.00, jam masuk 07.15 belum terlambat. Langsung disambut murid-muridku dengan semangat mereka menyalamiku. Ah dunia inilah yang kuinginkan, meski menjadi guru Wiyata Bhakti gajinya tidak seberapa, tapi ada kesenangan, ketenangan ketika bertemu mereka. Kulangkahkan kaki menuju kantor diruangan ujung koridor.
"Assalamualaikum," ..."Wa'alaikumussallam, kompak jawaban dari rekan mengajarku"
Tempat dudukku bersebelahan dengan Sintia teman 1 kampus. Sintia ini tempat berbagi cerita, tapi kalau soal kekurangan suami saat ini aku tak pernah menceritakan ke siapapun. Harga diri seorang laki-laki adalah bisa memberikan nafkah, kondisi sekarang suami lagi tidak bisa memberikan nafkah. Biarlah untuk menjaga harga diri suami kusimpan cerita yang ini.
Kalau dibilang aku adalah istri yang selalu tegar, itu bohong. Aku rapuh, penuh dengan air mata. Jelas sesekali kepikiran mau bagaimana nanti. Gajiku tak cukup buat kebutuhan hidup. Tabungan sudah menipis buat berobat dan biaya hidup selama mas Al sakit. Aku selalu berdoa "Ya, Allah mampukan kami melewati semua ini"
Aku bisa menerima Mas Al saat sukses, aku juga harus bisa membersamai Mas Al konsisi sekarang. Sesekali pikiran negatif muncul, namun segera kutepis pikiran itu. Akupun harus bisa mengatur keuangan yang saat kalau menuruti kebiasaan sebelumnya bakalan minus. Benar-benar harus bisa kencangkan ikat pinggang.
Saat jam istirahat aku mendapat surat dari Kepsek untuk ikut seminar bareng dengan Pak Abid yang kukenal guru genit didesaku dan parahnya lagi mengharuskan menginap selama 2 malam. Langsung kepikiran Mas Al, bagaimana dengan Mas Al nanti. Biasanya Mas Al akan keberatan jika ada acara yang melibatkan bareng dengan Pak Abid. Bismillah semoga Mas Al tidak berfikir macam-macam.
...🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
yaniDanang
maaf baru bisa mampir kk💪💪💪💪💪
2022-06-25
0
Ufika
mampir lagi kak🥰
2022-06-24
1
pensi
duh kasihan mas Al 😿 tapi so sweet sambutan paginya 😅
2022-06-21
1