Alia anak Al Ghazali dan Aini sudah tidur selepas sholat isya. Alia sudah dibiasakan tidur sendiri dikamar, hanya ditunggu sebentar sampai tertidur.
Aini duduk didepan cermin melakukan double cleansing lanjut serum, lalu cream. Meski tinggal didesa tapi dengan ekonomi suami yang kecukupan maka kehidupan tidak jauh beda dengan orang kota. Lalu menyisir rambut panjang yang lurus. Al menatap istrinya yang selalu cantik dimatanya. Kemudian mendekat lalu memeluknya dari belakang.
"Istri mas cantik banget si ...," sambil menghirup aroma khas tubuh istrinya yang sudah menjadi candu baginya.
"Hmmm ... baru tau ya, Mas," lalu berbalik menghadap suaminya.
"Ai ... kamu itu kekuatan bagiku, aku bisa terus tegar itu karena kamu, kamu selalu mendampingi mas dengan sabar. Terimakasih, Sayang"
"Mas, jangan ngomong gitu. Bagiku Mas Al juga sumber kekuatanku," mengurai pelukan dan memandang wajah Al dengan senyum tulusnya.
"Ai ... Mas mau ngomong," sambil berjalan menuju sofa yang ada di ruangan kamar. Ai lalu beranjak mengikuti langkah suaminya. Lalu duduk disebelahnya. "Ai ... gimana kalau mobil kita jual saja? tabungan sudah habis. Kasihan kamu kalau sampai nggak pegang uang sepeserpun,"
"Kalau Mas Al menghendaki, Ai setuju, Mas. Mas adalah imam Aini, jadi Aini akan selalu mendukung Mas, selama itu jalan yang benar,"
"Alhamdulillah, Mas bersyukur dititipi istri solehah sama Allah. Istri yang pandai menyenangkan hati suaminya, istri yang pandai menjaga kehormatan suaminya,"
"Mas Al, aku lagi punya pemikiran. Kondisi kita kaya gini, Ai Wiyata Bhakti sementara Mas Al sudah nggak bisa menggeluti pertanian lagi. Gimana kalau kita ke kota biar Ai mengajar diskolah swasta. Maaf mas, bukan bermaksud, ...."
"Iya, Sayang. Mas mengerti. Mas juga yakin Ai nggak ada maksud merendahkan Mas," sambil menempelkan telunjuknya dibibir istrinya dengan gemas.
"Hiiii ... iya, Mas. Diskolah swasta Ai bisa dapat gaji lebih baik InsyaAllah,"
"Ai ... Mas setuju dengan pemikiran itu. Tapi apa kamu nggak menyesal kalau disekolah swasta nanti kamu terikat nggak bisa mendaftar saat ada tes CPNS?" Al menarik nafas panjang kemudian lanjut bicara.
"Mas pengin buka usaha kecil-kecilan dikota. Dengan hasil penjualan mobil itu nanti kita bisa buka usaha dikota. Yang tidak memerlukan tenaga besar. Suamimu ini tidak sekuat dulu ... hahaaa" lanjut Al
"Iya ... kalau buat kerja. Tapi kalau buat itu maaa tetep aja kuat,"
"Buat itu apa Ai? Kalau ngomong yang jelas," sambil menggeser duduknya menempel ke istrinya.
"Apa si Ma? Masa perlu dipertegas," tersenyum malu malu.
"Jangan mancing-mancing Ai, nanti Mas nggak tahan. Mas tau kamu lagi capek,"
"Siapa juga yang mancing ... haha," tertawa lepas.
"Eh serius, kamu nggak menyesal yang kukatakan tadi dengan kesempatan mendaftar CPNS, sementara harapan orang tuamu sangat besar agar kelak kamu jadi PNS,"
"InsyaAllah nggak mas, Ai yakin Allah sudah mengatur rejeki setiap hambaNya. Meski tidak PNS Allah akan memberikan keberkahan bagi kehidupan kita, jika kita terus bisa bersyukur,"
"Gimana dengan Bapak, ibu Ai?"
"InsyaAllah Bapak Ibu akan mendukung keputusan kita mas,"
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Sementara di kediaman pak Abid.
"Ternyata seminarnya bareng dengan Bu Aini," batin Abid sambil tersenyum miring penuh maksud.
"Tapi Aini istri orang," perang dalam hati Abid
Abid suka sama Aini sejak dulu, namun Aini tipe orang yang malas buat pacaran. Sosok supel tapi sangat sulit didekati kalau untuk urusan percintaan apalagi didekati oleh pria beristri. Aini sangat sadar kalau Abid menyukainya, tapi tidak mungkin bagi Aini membuka hati laki-laki yang sudah beristri. Pernah satu waktu telepon.
Flashback on
Drrtttttt.....drrtttttt
"Kenapa Pak Abid tlp aku ya ... angkat nggak ya?" ucap Ai dalam hati. Dengan berat hati Ai memencet tombol hijau pada layar.
"Assalamualaikum Aini..."
"Wa'alaikumussallam Pak Abid"
"Aini ... apa kabarnya? Lama nggak lihat kamu, darimana saja Ai?"
"Aini nggak kemana² Pak Abid, dirumah terus."
"Aini, panggilnya jangan Pak, rasanya kalau pak menjadikan ada jarak,"
"Memang sedekat apa? bukannya memang saya dengan pak Abid tidak dekat?" ucap Ai dalam hati
"Aini, ... ada yang perlu aku sampaikan sama kamu, boleh kita ketemu, Aini?"
"Mohon maaf Pak Abid, jika memang ada yang perlu disampaikan lewat telepon saja, Pak. Ada hati yang harus bapak jaga," ucap Ai.
"Aini ... jangan bapak Ainii, kamu bukan anaku," berusaha mencairkan suasana
"Ya sudah, saya tutup dulu jika tidak ada yang perlu disampaikan,"
"Tunggu dulu Aini, gini Aini ... aku sudah lama tertarik sama kamu, aku yakin kamu tau itu, ... kamu mau menjadi istriku ya?"
"Haaaah, gil* ya pak Abid. Jelas-jelas punya istri. Tiba-tiba tlp gini astagfirullah," menggerutu dalam hati. Bukannya Ai tertarik malah yang ada gedek, jijik dengan tingkah pak Abid.
"Aini ... kamu masih mendengarkan ku?"
"Apa belum jelas Aini, tingkahku selama ini sama kamu? jawab pertanyaanku, Aini," lanjut Abid
"Mohon maaf Pak Abid, jika harus saya jawab. Maka akan saya jawab," menarik nafas panjang lalu dihembuskan ... untuk mengurangi kekesalannya.
"Gini pak Abid, saya mau tanya terlebih dahulu, boleh, Pak Abid?"
"Ya Aini, tanya saja,"
"Pak Abid, jika saya mau jadi istri Pak Abid. Lalu istri Pak Abid mau dikemanakan?"
"Jelas akan aku ceraikan Aini,"
"Mohon maaf Pak Abid, jika saya menerima Pak Abid jadi istri Pak Abid, saya berpikir suatu saat nanti akan mengalami kejadian yang sama dengan yang dialami istri Pak Abid saat ini. Bukankah begitu, Pak Abid?" tegas Aini.
"Mungkin saat ini Pak Abid terobsesi dengan saya, menginginkan saya jadi istri Pak Abid. Namun tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti Pak Abid akan melupakanku ketika bertemu dengan wanita lain diluar sana. Seperti halnya yang dialami istri Pak Abid saat ini. Maka dari itu mohon maaf Pak Abid," ucap Aini tegas.
"Bukan begitu Aini, aku tidak akan seperti itu jika kamu yang jadi istriku. Kamu begitu sempurna di mataku"
"Untuk dijadikan pasangan jangan yang sempurna pak Abid, nanti ketika sudah bersama setiap hari akan terlihat semua kekurangan pasangan."
"Tidak Aini, bagiku kamu yang terbaik,"
"Pak Abid, saya tidak mau menjadi duri dalam pernikahan yang Pak Abid jalani saat ini, tak mungkin aku merusak kebahagiaan wanita lain. Mohon maaf perbaiki hubungan dengan istri, ingat dulu kenapa pak Abid menikahinya ... mohon maaf kalau saya nggak bisa diposisi itu. Terimakasih sudah menelpon. Saya mau tidur sudah malam. Assalamualaikum," hhhhhhh ... lega ... enak tidak enak harus ngomong supaya Pak Abid sadar dengan apa yang dilakukan.
Bukankan benar jika Aini meng iyakan pak Abid. Bisa jadi kejadian yang dialami istri pak Abid saat ini akan dialaminya juga. Hati orang siapa yang tau. Memilih pasangan itu bahkan seperti memilih sandal, jika usang tinggal buang ganti yang baru. Memilih pasangan bukan seperti beli Hp jika suatu saat tidak suka lagi bisa tukar tambah ganti yang baru. "Astaghfirullah....jagalah hamba-Mu ini ya Allah, semoga kelak suamiku orang yang punya iman, setia dan penyayang" doa Ai sambil merebahkan tubuhnya setelah siang hari berkutat dengan kuliahnya.
Flashback off
...🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
yaniDanang
mampir kembali kk,MARRIED YOUNG. 💪💪💪💪💪
2022-06-27
0
Noviyanti
Hai Aini dan Al, aku mampir untuk mendukungmu, salam dari Caca si Dandelion Kecil 😉😉
2022-06-23
1
mom mimu
lanjut lagi kak, semangat 💪🏻💪🏻💪🏻
2022-06-18
0