Dua hari kemudian Leoni mengurus surat permohonan pindah kuliah di kampusnya, dia harus meminta tanda tangan dari Glen mewakili rektor karena saat itu rektor sedang tidak berada di kampus, dia sementara menjalankan tugas di luar kampus. Sehingga direkomendasikan untuk meminta tanda-tangan Glen. Leoni menghampiri staf administrasi kampus yang bertugas untuk mengurus perpindahan masuk ataupun keluarnya mahasiswa di kampus
itu, dia memberikan dokumen yang menjadi persyaratan untuk pindah kepada staf tersebut, kemudian staf itu akan membuatkan surat persetujuan. Selesai surat tersebut diketik oleh staf administrasi kampus, mereka menyuruh Leoni sendiri yang pergi meminta tanda-tangan ke ruang pimpinan dan Leoni pun melakukannya tanpa membaca dulu apa isi surat dan siapa yang menandatangani.
“Kak, permisi, aku mau minta tanda-tangan pimpinan kampus nih, tadi sudah dari ruang administrasi, suratnya sudah mereka buatkan tapi mereka menyuruh aku sendiri yang bawah ke sini untuk di tanda-tangani.” JelasLeoni menghampiri salah satu staf yang ditugaskan untuk penerima tamu di ruang pimpinan.
“Maaf, kalau bisa tahu ini surat apa?” Tanya staf itu sopan.
“Surat permohonan pindah.” Jawab Leoni to the poin.
“Baik, silahkan tunggu di sini, mba duduk dulu, saya bawah berkasnya masuk ke pimpinan dulu.” Staf itu mengambil dokumen dari tangan Leoni dan meyuruhnya duduk di kursi tunggu yang telah tersedia di depan ruangan tersebut. Staf itu masuk ke dalam ruangan dan menjumpai pimpinan yang ada di dalam ruangannya tersebut.
“Pak ini ada surat permohonan pindah yang harus ditanda-tangani.” Kata staf tersebut kepada Glen yang saat itu menjadi pimpinan tertinggi karena sang rector yang tidak berada di tempat.
“Permohonan pindah dosen atau mahasiswa?” Tanya Glen dengan tenang tanpa melirik sedikitpun kea rah staf itu,
dia terus mengotak-atik dokumen yang ada di atas meja kerjanya.
“Permohonan pindah mahasiswa.” Jawab sang staf singkat setelah membuka bagian depan map yang berisi dokumen tersebut.
“Letakkan saja disitu, selesai ini baru aku tanda-tangani!” Glen menyuruh stafnya untuk meletakkan dokumen tersebut di atas meja kerjanya sambil menunjuk sekumpulan berkas yang sementara dia baca.
“Baik, kalau begitu aku permisi dulu.” Ijin staf tersebut untuk keluar.
“Heemmm, apa dokumen ini dibutuhkan sekarang?” Glen bertanya kepada stafnya.
“Iya pak. Orangnya lagi menunggu di depan.” Jawab staf itu kepada Glen.
“Oke, kamu keluar dulu, nanti aku panggil lagi kalau sudah selesai. Aku harus membacanya terlebih dahulu.” Kata
Glen lagi, menyuruh staf itu keluar.
Lima menit kemudian Glen memanggil staf nya itu untuk kembali ke ruangannya setelah dia sudah membaca dokumen yang diserahkan tadi.
“Dokumen ini saya pelajari dulu, jadi tolong kasi tahu pemiliknya untuk datang lagi nanti besok pagi karena banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan. Berhubung rektor juga sedang berada diluar kampus.” Perintah Glen menunjuk
dokumen milik Leoni yang sebenarnya sudah dia baca, tapi masih dia pikir-pikir untuk ditanda-tangani atau tidak. Dia masih butuh penjelasan dari Leoni setelah dia melihat nama yang tertera di dalam surat tersebut.
“Baik, akan aku sampaikan.” Kata staf tersebut yang setelah keluar dari ruangan Glen, dia langsung menghampiri Leoni yang sedang duduk menunggu diluar ruangan dan memberi tahu Leoni untuk kembali besok pagi.
**
Sore hari menjelang jam pulang dari kampus.
“Apa benar berkas tadi milik Leoni? Kok dia mau ambil surat permohonan pindah yah?? Mau pindah kemana? Atau
ada nama yang sama dengan Leoni yah?? Tapi di surat ini kan tertera namanya Leoni Aprilia. Heemmmm.” Glen berpikir keras dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu. “Apa ada nama yang sama?? Tapi perasaan sih selama ini hanya ada satu nama ini yang masuk dikampus dan terdaftar sebagai mahasiswa.” Glen kebingungan mengingat-ingat surat permohonan yang dia periksa tadi. “Kalau memang beneran ini punya dia, tapi kok tadi tidak kasi tahu aku yah?” Glen tambah bingung lagi karena tadi pagi mereka berdua datang ke kampus bersama tapi Leoni tidak berkata apa-apa tentang surat permohonan ini. “Ahhhh Leoni, kau buat aku semakin gila jadinya. Belum cukup kah empat tahun yang lalu kamu meninggalkan aku dan sekarang lagi-lagi kamu mau pergi dariku?” Kata Glen dalam hati semakin tidak tenang pikirannya. “Sebaiknya aku menanyakannya langsung ke orangnya daripada hal ini terus menyiksaku.” Kata Glen lagi yang kemudian mengambil hp dan menelpon Leoni.
**
Ting… Ting…. (Hp Leoni berbunyi)
“Halooo…” Terdengar suara Leoni dari seberang telpon.
“Kamu di mana sekarang?” Tanya Glen.
“Lagi di kampus sama teman-teman. Kamu?” Leoni menjawab dan balik bertanya.
“Masi di kampus juga, tapi sudah mau pulang. Aku jemput kamu di mana?” Tanya Glen tanpa basa-basi dan itu artinya tidak mau di bantah, kalaupun dibantah Leoni sudah tahu pasti dia akan tetap menemukan dimana Leoni kalau posisinya hanya di kampus.
“Yah sudah, ditempat parkiran mobil, aku tunggu kamu disitu. Soalnya sekarang lagi di kantin dekat parkir mobil tadi.” Jawab Leoni.
“Oke.. aku ke situ.” Glen mengakhiri pembicaraan di telpon kemudian membereskan barang-barangnya dan menuju keparkiran mobil.
**
“Teman-teman aku duluan yah, ini Glen katanya sudah mau pulang.” Leoni to the poin pamitan dengan teman-temannya, mereka juga sudah tahu sifat Glen sehingga tidak membantah sama sekali perkataan Leoni.
“Cieee... yang jalan sama bos. Eheemmm.” Kata teman Leoni mengganggu. Mereka sudah tahu kalau Leoni dan Glen berteman dan hubungannya sangat dekat.
“Byeee semua.” Leoni menuju ke parkiran mobil.
**
“Ayo naik!” Glen menghampiri Leoni yang sudah menunggu di depan mobil, kemudian membuka pintu mobil dengan remot dan menyuruh Leoni naik.
“Perasaan itu map dokumen punyaku, kenapa ada dimobilnya?” Bisik Leoni dalam hati yang langsung melihat Glen
memegang satu map dokumen yang sama persis dengan miliknya ketika masuk ke dalam mobil, dia berusaha memperhatikan map itu saat Glen meletakkannya di dasbor mobil. “Ahh benar itu map punya ku.” Kata Leoni dalam hati seletah dia berhasil meyakinkan dirinya kalau itu map benar miliknya dan dia dapat memastikan kebenarannya. Sedangnkan Glen cuek saja dan belum mau membahas masalah itu.
“Kita nongkrong di boulevard sebentar sebelum pulang.” Kata Glendatar seperti bertanya tapi tentunya pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban ataupun persetujuan dari Leoni, artinya kalimat yang dia ungkapkan adalah pernyataan.
“Kok di situ?” Tanya Leoni cuek.
“Kamu maunya ke mana?? Aku masi belum mau pulang ke rumah.” Kata Glen santai.
“Loh kok gitu?? Tadi katanya mau pulang?” Tanya Leoni protes.
“Tadi sih maunya pulang tapi setelah ketemu kamu, aku jadinya pingin nongkrong dulu deh.” Jawab Glen.
Leoni tidak menanggapi lagi perkataan Glen karena dia tahu kalaupun membantah tetap saja sia-sia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments