“Itu mobilmu... silahkan ambil dan....” Leoni menujuk ke arah mobil Glen yang terparkir di depan rumahnya.
“Dan apa?” Glen menggenggam tangan Leoni yang menunjuk ke arah mobil. “Dan pergi gitu?” Tanya Glen dengan sinis. Pertanyaan Glen tidak ditanggapi oleh Leoni.
“Lepaskan!” Leoni menghempaskan tangannya yang tadi digenggam Glen.
“Iii... iyaaa... maaf.” Glen terbata-bata.
“Kunci mobil ada di dalam mobil, mobil mu sementara nyala, aku hidupin tadi.” Leoni membalikan badan hendak masuk kedalm rumah dan meniggalkan Glen di luar.
“Eehhh ada Glen, mari masuk dulu.” Kata mama Leoni yang tiba-tiba saja muncul dari dapur. “Leoni kenapa cemberut gitu?? Ada apa ini??“ Tanya mama lagi.
“Tidak ada apa-apa. Dia hanya mau mengambil mobilnya yang tadi aku pinjam.” Jawab Leoni sinis.
“Ohhh gitu? tapi mama tidak percaya loh kalo tidak ada apa-apa. Selesaikan dengan baik-baik dong Leoni.” Mama menepuk pundak Leoni. “Leoni mama sangat kenal dengan dirimu nak, jadi mama mohon, kalau ada masalah dengan Glen harap diselesaikan dengan baik! Kasihan tuh orangnya sudah datang ke rumah.” Kata mama lagi.
“Iya maa, baik.” Kata Leoni yang masi sinis.
“Glen.. mari masuk. Bicaranya di dalam aja yuk!” Ajak mama.
“Tidak maa... biar di teras saja.” Leoni langsung keluar ke arah teras melewati Glen yang berdiri di depan pintu.
“Iya tan, biar di teras saja. Sebentar lagi juga aku pulang kok.” Kata Glen meng-iya-kan kemudian menyusul Leoni duduk di teras.
“Ny...” Panggil Glen dengan sangat lembut dan hati-hati. “Leoni...” Panggilnya untuk ke dua kali karena tidak ada tanggapan dari Leoni. “Leoni lihat aku dong!” Tiba-tiba Glen sudah berlutut di hadapan Leoni.
“Apa-apan sih kamu? Ayo berdiri!” Kata Leoni yang mau berusaha berdiri dan menghindar dari Glen yang sedang berlutut di hadapannya tapi tidak bisa karena Glen menahan lengan Leoni.
“Aku mohon jangan marah Ny, dengarin penjelasanku!” Glen bermohon.
“Kita bicarakan di dalam mobil. Aku tidak mau orang rumah dengar pembicaraan kita.” Kata Leoni berbisik.
“Baik.” Glen berdiri kemudian menuju ke mobilnya, dia membukakan pintu untuk Leoni. “Kita cari caffe untuk ngobrol, sekalian aku mau makan, terakhir aku makan itu semalam sama kamu.” Kata Glen yang lagi-lagi tidak ditanggapi Leoni.
Beberapa menit kemudian mereka sampai di depan caffe milik Anita, “disini mau tidak?” Tanya Glen.
“Cari tempat lain. Aku tidak mau Anita tau.” Jawab Leoni sinis.
“Yah sudah, kalau gitu caffe Nyiur yang paling dekat?” Kata Glen lagi.
“Tidak. Yang lain!” Kata Leoni lagi membantah.
“Ny.. aku mohon, aku sudah kelaparan banget nih, belum lagi mau nyetir, belum lagi ngomong sama kamu, nanti tenagaku semakin terkuras.” Rengek Glen yang hanya ditanggapi dengan tatapan sinis oleh Leoni. “Oke.. oke caffe Golden.” Kata Glen yang tidak meminta persetujuan dari Leoni lagi, langsung mengarahkan mobilnya ke caffe Golden.
Sesampainya di caffe Golden Glen langsung memesan VIP room dan makanan paling favorit di caffe tersebut sementara Leoni hanya mengikutinya saja.
“Ny.. baru kali ini aku dibuat kayak gini sama cewek loh. Selama ini cewek yang nurut terus sama aku, tapi kamu, ahh buat aku stres tahu.” Kata Glen saat mereka mau masuk ke ruang VIP yang diarahkan oleh pelayan caffe.
“Oohhh.. jadi selama ini cewek yang nurut sama kamu? Ada berapa cewek yang kamu buat nurut sama kamu??” Leoni menatap Glen dengan wajah menakutkan, ekspresi yang tidak dapat diungkapkan.
“Aduh.. salah lagi.” Glen menarik rambutnya kuat-kuat seperti orang frustasi.
“Salah apanya?? Lebih baik kamu cari aja cewek-cewek yang mau nurut sama kamu, karena berteman dengan ku itu artinya kamu berteman dengan cewek yang tidak mau nurut sama kamu dengan mudah.” Leoni tambah membuat Glen emosi.
“Leoni.. aku mohon, maafin aku...!” Teriak Glen seperti orang gila. “Aku mohon maaf.” Glen menangis.
“Emang apa salah kamu sama aku? Sepertinya tidak ada yang salah deh.” Kata Leoni santai yang membuat Glen semakin stres.
“Leoni kamu bener-bener cewek yang bisa buat aku gila. Hanya kamu yang bisa buatku gila seperti sekarang ini.” Bisik Glen yang kembali meneteskan air matanya. “Sejak kecil dulu, hanya kamu yang buat aku terguncang seperti ini, hanya kamu yang bisa buat aku lemah, Cuma kamu yang bisa mengubah hidupku.” Bisik Glen lagi. “Aku bingung harus hadapin kamu dengan cara apa. “Ny... semalam itu ternyata dirumah ada rekan-rekan bisnis papa dan mereka membicarakan tentang perusahaan. Aku pikirnya mama suruh aku pulang hanya untuk tanda-tangan saja makanya mama bilang singgah rumah sebentar waktu dia telpon. Dan saat aku masuk ke rumah aku juga kaget ada banyak orang dirumah. Selesai tanda-tangan dan ngobrol sedikit, aku mau pamit ngantar kamu pulang, tapi rekan-rekan papa menahanku, mereka menyuruh aku minum sedikit tapi akhirnya tambah-tambah dan tambah sampai aku mabuk dan ketiduran. Pas aku bangun baru aku sadar, aku nyari kamu. Aku bersyukur banget karena ngasih kunci mobil ke kamu, karena kalau tidak maka kamu pasti akan menunggu sampai...” Glen menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. “Sampai pagi atau sampai aku sadar.” Glen pindah posisi duduk, dia bergeser tepat disamping Leoni, tidak lagi berhadapan dengan Leoni. “Aku sungguh minta maaf, maaf aku telah menyakitimu.” Glen memegang tangan Leoni dan mencium tangannya. “Leoni lihat aku dong!” rengek Glen dengan lembut yang direspon baik oleh Leoni yang kemudian menghadapkan wajahnya ke Glen. “Nah gitu dong.. kan enak ngobrolnya kalau saling bertatap-tatapan.” Glen sedikit tersenyum. “Ny.. sejak kamu pergi ke Jakarta, aku jadi orang yang kasar, kejam dan tidak punya hati, bahkan sering kali menyakiti hati orang lain, teman, pegawai di kantor ataupun juga cewek-cewek yang mengejar-ngejar aku. Aku tahu mereka mengejarku hanya karena ingin mendapatkan fasilitas dan kekayaan, makanya aku suka membuat mereka menurut padaku, tapi jangan salah paham! Aku tidak pernah tidur dengan mereka.” Jelas Glen.
“Sudah lah.. aku tidak butuh penjelasanmu tentang masalah itu.” Kata Leoni.
“Oke.. tapi aku mohon untuk tidak salah paham yah tentang perkataanku tadi.” Menunjuk ke arah pintu, pertanda mengisyaratkan tentang perkataan tadi yang dilontarkan saat mereka masuk tadi.
“Iya.” Jawab Leoni datar.
“Sekali lagi aku minta maaf, dan aku janji tidak akan pernah menyakiti kamu lagi. Kamu mau kan maafin aku?” Tanya Glen dengan tulus.
“Iya aku maafin kamu.” Kata Leoni datar.
“Lihat aku dong..!” Glen menarik Leoni untuk menatap ke arahnya dan tanpa sengaja ternyata dia terlalu kuat menarik lengan Leoni akhirnya bibi Leoni mendarat di pipi Glen dengan sempurna. Glen tertawa malu-malu tapi membuat Leoni salting. “Maaf.” Ucap Glen lagi.
“Ya sudah.. sekarang kamu makan dulu, dari pagi tidak makan kan?” Kata Leoni mengalihkan pembicaraan.
“Iya.. ayo makan. Kasihan makanannya dianggurin dari tadi, nanti keburu dingin..” Glen pun menurut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Silvi Aulia
semangat Thor,
aku mampir lagi
2023-07-25
0