Sementara itu dirumah Glen terjadi diskusi antara Glen dan kedua orang tuanya. Mereka duduk di ruangan tengah rumahnya.
“Kenapa sih mama dan papa manggil aku? Ada hal penting apa?” Glen menghampiri papa dan mamanya yang sudah menunggunya di ruangan tengah.
“Papa mau bicara denganmu kamu sayang.” Kata mama Glen.
“Tentang apa?” Tanya Glen lagi.
“Glen, mulai sekarang papa menyerahkan tanggung jawab perusahaan ketanganmu sepenuhnya. Papa rasa sudah sepantasnya kamu yang ambil alih. Sudah waktunya papa untuk beristirahat dari berbagai aktivitas dan menikmati masa tua papa dan mama.” Kata papa Glen to the point.
“Paa, aku rasa belum sanggup.” Jawab Glen santai tapi serius.
“Glen, kamu yang bertanggung jawab dengan keluarga kita. Kamu anak laki-laki papa yang memang sudah seharusnya mengambil alih tugas papa.” Mama Glen mengelus-ngelus anaknya.
“Dua hari lagi papa akan mengundang para pejabat-pejabat perusahaan dan kolega papa untuk menyampaikan hal ini. Papa harap dalam waktu dua hari itu kamu sudah mempersiapkan diri.” kata Papa Glen.
“Paaaa....” Glen mau membantah.
“Dan mama harap dalam waktu dekat ini, kamu memperkenalkan wanitamu ke mama dan papa. Mama tahu kamu masih muda, tapi mama sangat ingin bertemu dengan wanitamu.” Bisik mama Glen.
“Mama papa nih apaan sih..?? Satu ngomongin perusahaan, satu gomongin wanita, aduhh... pusing.” Glen meletakkan kedua tangannya diatas kepalanya.
“Mama dan papa sangat menaruh harapan Glen, semoga tidak mengecewakan.” Papa Glen tersenyum namun dibalik senyum itu tentu menaru beban di pundak anaknya, kemudian papa menuju ke kamarnya.
“Glen sayang, waktu kamu masih kecil opa pernah mewasiatkan ke papa untuk menyerahkan tanggung jawab perusahaan ketanganmu dan waktu itu juga kamu harus sudah mempersiapkan calon istri untuk mendampingimu nanti.” Elus mama Glen.
“Iya ma, aku ingat banget. Tapi sekarang aku belum siap untuk kedua hal itu. Mohon mama dan papa mengerti.” Keluh Glen.
“Kapan kamu akan siap? Papa dan mama semakin tua sekarang, apa kamu akan terus seperti sekarang? Ingat perusahaan itu...” jelas mama Glen lagi.
“Iya maa, kalau perusahaan mungkin aku bisa berusaha sekuat tenaga untuk belajar menjalankan perusahaan dengan baik. Tapi... mama punya permintaan yang satu itu, aku mau dapat dimana dalam waktu dekat maa??” Bentak Glen.
“Leoni? Dia pacarmu?” Mama Glen mengelus anaknya lagi.
“Maa...” Rengek Glen.
“Kalian selalu terlihat bersama, mama pikir kalian cocok dan sangat cocok.” Jelas mama Glen.
“Glen juga mau seperti yang ada dipikiran mama. Tapi Glen tidak tahu harus memulai dari mana.” Glen seolah mengerti maksud dan tujuan dari pembicaraan mama nya, dan tersirat isi dalam hatinya.
“Mulai dari diri sendiri sayang, jujur kepada diri sendiri dan sampaikan, ungkapkan apa yang kamu inginkan, dia harus tahu. Supaya ada balasan dari nya.” Mama Glen menenangkan. “Gerak cepat yah, mama mau Leoni ada dirumah ini, jangan terus-terusan ngerjain dia, jangan terus-terusan menggantung hubungan kalian, jangan terus-terus menyakiti dia. Kamu itu laki-laki, harus berani menetapkan hati. Kalau bukan Leoni pilihanmu, mama harap jangan menyakiti dia. Harus ambil keputusan. Tapi, mama sih maunya Leoni deh.” Mama Glen berbisik kemudian menyusul papa masuk ke dalam kamar.
Tanpa menunggu dan mendengarkan Glen, kedua orang tua nya seraya sudah menetapkan keputusan.
“Iihhh... mama papa nih apaan sih? Mendahuluin perasaanku. Aku juga bingung Aarrrgggghhhh.” Teriak Glen di dalam kamarnya. “Leoni?? Aku juga memang sejak lama ingin selalu ada dia di sampingku, tapi aku bingung dengan perasaan ini. Harus bagaimana??!” Glen merontak dalam dirinya sendiri.
****
Ting.... Ting...... (bunyi Hp Glen)
“Leoni ada di sini. Kamu jemput dia sekarang!” Pesan wa Anita masuk.
“Iya, aku ke sana sekarang.” Balas Glen. Kemudian langsung menuju ke caffe milik Anita. “Aku lupa jemput Leoni.” Batin Glen.
Secepat kilat dia menuju ke caffe Anita.
“Mana Leoni?” Glen tiba-tiba masuk ke dalam caffe dan menghampiri Anita.
“Baru saja keluar.” Jawab Anita singkat. “Kalian tidak ketemu didepan?” Tanya Anita balik.
“Tidak.” Jawab Glen singkat.
“Aku pikir kamu yang telpon dia tadi, makanya dia langsung keluar.” Kata Anita singkat.
“Heemmmm... mungkin dia dijemput adiknya.” Glen menghibur diri.
“Ya sudah, aku balik saja.” Kata Glen kecewa.
“Glen.” Panggil Anita ketika Glen berbalik hendak keluar.
“Yaa.....” Glen kembali melihat ke arah Anita.
“Duduk dulu! Ada yang mau aku bicarakan, sebentar saja.” Anita mempersiapkan tempat untuk Glen duduk.
“Ada masalah apa? Kok serius banget?” Glen ikut duduk.
“Maaf kalo aku ikut campur urusanmu. Tapi aku benar-benar harus bicara.” Kata Anita.
“Iya, aku uda siap dengerin. Tidak usa banyak basa-basi deh!” Glen mulai punya perasaan tidak enak karena biasanya Anita tidak seperti itu kalau mau bicara, kali ini seperti ada sesuatu yang tidak enak didengar, caranya yang agak aneh.
“Kamu sama Leoni...” Anita berusaha hati-hati bicara.
“Leoni? Kenapa?” Glen penasaran.
“Kamu pacaran yah sama Leoni?” Anita to the poin pada pertanyaannya.
“Heeeemmmm... Nit.” Glen menarik nafas dalam-dalam. “Sebenarnya mau lebih dari itu sih.” Jawab Glen santai tapi sebenarnya itu ungkapan hatinya yang sebenarnya.
“Terus?” Desak Anita.
“Tidak tahu harus gimana.” Glen putus asa.
“Maksud nya? Tidak tahu apanya sih?” Anita bingung dengan perkataan Glen. “Dia itu cewek loh yah, jangan gantung kayak gitu donks. Selama ini kamu dempet sama dia, tapi tidak ada status yang jelas. Kasihan tahu....!! Jangan sampai dia tinggalin kamu, banyak cowok yang bisa saja menarik perhatiannya dan membuat dia jatuh cinta.” Anita panjang lebar berceramah.
“Nit, kamu nih kayak mama aku aja. Tidak di sini, tidak di rumah. Uhhh.... barusan mama juga ngomong kayak yang kamu bicarakan.” Kata Glen putus asa. “Mereka tuh kayaknya minta aku cepat nikah dengan signal untuk berikan tanggung jawab di perusahaan. Papa pernah omong, kalo perusahaan uda kasi ke aku, artinya aku harus nikah.” Glen tambah putus asa.
“Aku setuju banget dengan ortu mu. Heeemmm... Leoni sangat cocok denganmu.” Kata Anita lagi meyakinkan.
“Heeemmmm...” Glen mendesah.
“Aku hanya minta kamu memperjelas hubunganmu dengan Leoni, sebelum lagi-lagi dia ninggalin kita.” Kata Anita.
***
Ting.... Ting.... (Hp Glen bunyi)
“Halooo.” Glen mengangkat telponnya.
“Kamu di mana?” Tanya seseorang dari seberang telepon.
“Di tempatnya Anita.” Jawab Glen. “Kamu? Tadi aku nyariin ke tempat Anita tapi uda keburu pergi.” Glen balik tanya dengan santai walaupun sebenarnya hatinya mulai sesak karena berpikiran negatif, Leoni tadi dijemput oleh siapa?? jangan sampai ada cowok lain yang jemput dan mulai dekat dengan Leoni.
“Leoni??” Bisik Anita yang dibalas dengan anggukan Glen membenarkan. “Mungkin ada yang mau dia omongin, pergi temuin aja!” Bisik Anita lagi.
“Aku kerumahmu sekarang.“ Glen menutup telpon tanpa menunggu jawaban dari Leoni dan langsung menuju rumah Leoni tanpa berkata apa-apa lagi pada Anita.
Leoni sudah menunggu Glen di teras rumah. Hanya dalam 10 menit, Glen sudah sampai di rumahnya Leoni dan langsung menghampiri Leoni yang sedang duduk diteras.
“Tadi kenapa tidak telpon kalau sudah mau pulang?” Tanya Glen penasaran yang kemudian langsung duduk disamping Leoni tanpa disuruh.
“Aku pikir kamu lagi sibuk, tadi aku telpon tapi tidak di respon, wa juga kamu tidak membacanya sampai sekarang.” Jawab Leoni santai.
“Haa...?” Glen kaget.
“Lihat aja sendiri di Hp mu!” Perintah Leoni.
“Iya maaf.” Glen sambil memeriksa notif di hp nya yang ternyata benar. “Tadi aku lagi ngobrol serius sama ortuku jadi tidak sempat lihat hp, terakhir tadi aku lihat wa dari Anita.” Belah Glen.
“Tadi aku nelpon hanya mau kasi tahu kalau aku udah dirumah” kata Leoni santai.
“Heeemmm... pulang sama siapa?” Tanya Glen mulai menginterogasi. “Tadi aku ke tempat nya Anita, tapi kamu katanya barusan pergi. Sama siapa?” Tanya Glen lagi.
“Aku sama Kevin.” jawab Leoni.
“Tidak percaya, jangan-jangan sama .......” Glen jutek banget.
“Tidak sama siapa-siapa, kalau tidak percaya yah sudah.” Potong Leoni.
“Yah sudah. iya.” Glen menerima perkataan Leoni. “Kita jalan-jalan yuk. Suntuk banget nih.” Ajak Glen.
“Kemana? Aku lagi malas nih.” jawab Leoni.
Lagi-lagi Glen memaksakan kehendaknya, “ayooo!” Glen langsung bangkit dari tempat duduknya dan menarik tangan Leoni.
“Aku ganti pakaian dulu” Leoni menarik tangannya tiba-tiba dan berhenti didepan mobil Glen.
“Tidak usah, sama aku tidak perlu gaya-gayaan, aku tak suka nanti banyak yang lirik kamu.” Kata Glen pede sambil membukakan pintu mobil untuk Leoni.
“Heemmm...” Leoni pasrah melangkah kedalam mobil.
Lima menit perjalanan dengan mobil ternyata Glen membawah Leoni ke taman dekat rumah.
“Ngapain disini?” Tanya Leoni.
“Aku pingin makan bakso tusuk sama nuget bakar, ayo turun!” Ajak Glen yang langsung turun dari mobil. “Kita cari tempat duduk untuk santai.” Glen melangkah mencari tempat duduk sambil menggandeng tangan Leoni. “Kamu duduk dulu yah, tunggu di sini! Aku cariin jajan untuk kita makan.” Kata Glen.
“Aku ikut aja.” Kata Leoni.
“Heemm... ya sudah, kamu juga bisa pilih sendiri yang kamu suka.” Glen mengulurkan tangannya hendak menggenggam Leoni.
Mereka berkeliling taman sambil mencari-cari makanan dan minuman yang mereka suka. Setelah itu mereka mencari tempat duduk untuk bersantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments