Sebetulnya Leoni masi berpikir bahwa ini juga bagian dari teknik Glen untuk dapat menyakiti dia. Glen sengaja mengurung Leoni di kamarnya agar terjadi isu negatif di antara teman-teman mereka yang tahu Leoni berada di kamar laki-laki.
Sementara Glen dalam hatinya sebetulnya mau mengungkapkan isi yang ada dalam pikirannya dan mengungkapkan semua yang dia rasakan ke Leoni, meluapkan rasa rindu nya kepada Leoni yang selama ini dia pendam. Tapi Leoni tidak peka dengan Glen dan malah selalu meminta kembali ke kamarnya dan membuat Glen marah.
“Glen, kok kamu gini yah sekarang? Pemarah, suka menyakiti perempuan, tidak seperti Glen yang aku kenal dulu.” Kata Leoni dalam hatinya yang mulai meneteskan air mata nya.
“Ny, jangan nangis dan ikutin aja perintah ku supaya aku tidak marah.” Bisik Glen ditelinga Leoni.
Sambil menghapus air matanya Leoni mengikuti Glen karena juga tanganya diseret oleh Glen ke tempat tidur dengan kasar.
“Mau kamu apa sih?” Kata Leoni mengikuti Glen duduk di pinggiran tempat tidur.
“Aku hanya menyuruhmu istirahat disini, tidak lebih dari itu.” Kata Glen menepuk kasur tempat tidurnya yang sangat nyaman itu pertanda menyuruh Leoni tidur ditempat yang dia tunjuk itu.
“Tapi Glen...” Kata Leoni mau membantah.
“Tidak ada kata tapi-tapian ataupun bantahan lainnya, silahkan tidur! Aku tidak mau dengar alasan apapun
keluar dari mulutmu, ikutin saja dan kamu akan aman.” Potong Glen.
Terpaksa Leoni mengikuti perintah Glen walaupun dalam pikirannya berkecamuk berbagai hal negatif yang mungkin akan terjadi dan penilaian orang terhadapnya seperti apa, bagaimana kalau orang tuanya tahu apa yang dia lakukan sekarang dan masih banyak lagi yang ada dalam pikirannya.
Leoni membaringkan dirinya di tempat tidur, sementara Glen duduk disampingnya sambil membaca buku.
“Aku tidak akan kemana-mana, aku akan menjagamu tidur.” Bisik Glen yang tambah membuat Leoni takut dan berpikiran yang tidak-tidak.
“Aku takut banyak hal, aku ini kan cewek. Masuk dan tidur di kamar cowok. Gimana penilaian teman-teman terhadapku nanti? Aku takut itu Glen. Masa kamu tidak tahu? Kamu tidak bisa berbuat seanaknya seperti ini!” Bisik Leoni membelakangi Glen kemudian mengeluarkan air mata.
Glen tidak menanggapi apa yang dikatakan Leoni, dia hanya menarik Leoni untuk menghadap kearahnya dan memegang tangan Leoni sambil terus membaca seakan tidak peduli dengan perasaan Leoni saat itu, sampai akhirnya Leoni ketiduran walaupun beban pikirannya begitu berat.
Setelah merasa bahwa Leoni sudah terlelap, Glen kemudian melepaskan buku yang dibacanya kemudian mengelus-ngelus kepala Leoni dan mengungkapkan perasaannya yang ternyata didengar oleh Leoni.
“Ny, kenapa dulu kamu ninggalin aku? Kamu tahu gimana hanucrnya aku waktu itu? Saat itu aku memang tidak sempat mengungkapkan perasaanku padamu Ny, aku memperlakukanmu sebagai sahabat padahal aku berharap kita lebih dari sahabat Ny. Sakit banget tahu ketika kamu pergi sebelum aku menyampaikan isi hatiku waktu itu, kamu menghilang begitu saja tanpa memikirkanku. Sekarang? Kamu pun datang tanpa persiapan sama sekali, tidak mengabari sama sekali, sejak kamu di Jakarta tidak pernah menelponku secara langsung, kemu selalu hanya mengabari melalui group kita berteman makanya aku tidak pernah membalas, itupun karena aku tidak mau menerima kenyataan kalau kamu ada di Jakarta. Sebetulnya aku bisa saja menyusulmu di sana, tapi aku masi memikirkan orang tuaku, perusahaanku. Ny, maaf sejak kamu kembali ke sini dan sejak kita bertemu, aku mungkin terlalu menyakitimu, itu semua aku lakukan karena aku tidak tahu harus mengungkapkan semua emosiku seperti apa. Ny, apa kamu tahu rasa sakit hatiku ini?” Glen menangis dan Leoni mendengar semua yang dia ungkapkan. Tiba-tiba Leoni langsung membalikan badan dan menggenggam tangan Glen dan diapun ikut meneteskan air mata tapi tak sanggup mengatakan apa-apa.
Glen jadi malu karena ternyata Leoni mendengar apa yang dia katakan. Mereka berdua saling bertatapan dalam keheningan, tak ada yang berani berbicara. Glen merasa malu sedangkan Leoni merasa bersalah, mereka hanya mampu saling menggenggam tangan.
“Tok…. tok…. tok….” Bunyi pintu kamar Glen diketuk dari luar dan membuat mereka berdua sadarkan diri dan mengakhiri drama yang terjadi diantara mereka berdua.
“Siapa?” Tanya Glendari dalam kamar.
“Aku... Lucky.” Jawab Lucky dari balik pintu. “Api unggun sudah mau dimulai.” Teriak Lucky memberi tahu.
“Oke. Aku siap-siap dulu.” Teriak Glen dari dalam kamar sambal menekan tombol Hp nya. “Bawahkan baju pesananku ke kamar” Glen menelpon Andi yang merupakan asistennya.
“Siap bos.” Kata Andi dan langsung mebawah pesanan Glen ke kamar dalam sekejab. Glen sudah menunggunya didepan pintu, setelah menerima pesanannya Glen langsung masuk lagi kedalam kamar dan menyerahkan satu bingkisan ke tangan Leoni.
“Ayo cepat Bersiap-siap, kamu pakai baju ini. Kita akan mengikuti acara api unggun.” Glen menyerahkan baju untuk Leoni pakai. Leoni menerima bingkisan yang dikasi Glen dan langsung menuju ke kamar mandi untuk mengganti pakainnya, setelah itu dia berdandan dengan makeup seadanya.
Setelah Leoni keluar dari dalam kamar mandi, Glen ternyata sudah siap lebih dulu dan sudah menunggunya sambil duduk di sofa yang ada di dalam kamarnya tersebut.
Tanpa kata-kata, Glen menarik tangan Leoni dan terus menggenggamnya, mereka keluar dari dalam kamar menuju ke taman tempat kegiatan akan dilaksanakan. Ternyata disana sudah berkumpul semua orang menunggu Glen datang. Dia langsung menempati kursi yang disiapkan dan terus menggenggam tangan Leoni.
“Lepasin tanganku, banyak orang yang lihat.” Bisik Leoni.
“Biarin saja.” Bisik Glen dengan santai, tidak menghiraukan perkataan Leoni, malah tambah mengeratkan genggaman tangannya seolah takut melepaskan Leoni lagi, takut Leoni pergi lagi dan banyak hal yang Glen takuti, dia tidak mau lagi berpisah dari Leoni.
Dalam hati Leoni berkecamuk, sebenarnya apa tujuan Glen seperti ini? Kenapa dia begini? Memang tadi dia sempat mengungkapkan kekesalannya, tapi aku kan bukan pacarnya, malah sejak kembali dari Jakarta dan masuk kampus ini Glen malah selalu menyakitiku, trus sekarang? Di depan banyak orang malah pamer menggenggam tanganku seperti ini. Apa karena Intan dan Julia tadi atau? Ahh bingung. Semua orang menyaksikan yang dilakukan Glen itu tapi tak ada satupun yang berani berkomentar.
Setelah kegiatan selesai dilarut malam, ada yang kembali ke kamar dan beristirahat, ada juga yang mulai memojok dengan teman-teman dan menikmati malam bersama, ada para senior yang mendekati para junior, sedangkan Glen dan Leoni tetap menyaksikan apiunggun sampai pagi berduaan. Leoni pun mengikuti semua perintah dan permintaan Glen, dia takut membantah selain karena dia adalah mahasiswa junior di kampus juga karena dia
tidak mau membuat Glen marah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments