“Terusss...?” Kata Glen emosi.
“Maaf... maaf... maaf.. aku tidak punya maksud apa-apa dengan kejadian itu, dan jujur aku tidak ngelakuin itu dengan sengaja. Aku juga bukan sengaja lompat ke dalam kolam, itu karena ada yang dorong aku ke dalam kolam. Mungkin aja mereka sengaja dorong aku karena mau ngusilin aku. Malah aku pikir kamu yang suru mereka ngelakuin hal itu, karena mereka itu teman-temanmu kan? Makanya aku sengaja diam di dalam kolam menunggu
siapa yang akan menolongku dan apa yang akan terjadi setelah itu. Kalau mungkin benar kamu yang ngelakuin itu, maka aku akan marah dan tidak akan pernah mau kenal denganmu” kata Leoni panjang lebar. Diapun emosi mengingat kejadian yang dia alami itu.
“Hah?” Glen kaget dengan pernyataan Leoni yang terakhir. “Jadi kamu punya pikiran seperti itu tentang aku?” tanya Glen.
“Iya. Kenapa tidak??” Tanya Leoni balik. “Kan sejak mulai OSPEK kamu selalu ngelakuin hal-hal buruk kepadaku.” Jawab Leoni jujur. “Bahkan kamu sampai tega nyakitin aku. Aku sampai-sampai tidak berani ngebayangin lagi perlakuanmu waktu itu. Sakit banget rasanya.” Kata Leoni lagi, dia meluapkan semua perasaan yang dia simpan waktu itu. “Sebenarnya aku senang banget waktu itu ketemu denganmu. Aku pikir kamu akan menjadi teman baik buatku apalagi dengan suasana baru bagiku, tapi ternyata tidak.” Leoni mulai meneteskan air mata, tidak sadar
kalau saat itu dia mencurahkan isi hatinya pada Glen.
Semua perkataan Leoni membuat Glen lunglai. Rasa bersalah pun muncul di benaknya, tapi dia gengsi mengakuinya dengan perkataan.
“Sini…!” Glen menarik Leoni jatuh kedalam pelukannya dan mengelus kepala Leoni dengan mesrah.
“Sebenarnya waktu itu aku ke Jakarta, aku sendiri tidak tahu tujuan ke sana untuk apa. Aku hanya tahu bahwa papa pindah tugas, jadi kami sekeluarga harus ikutan pindah. Sampai di sana, mama sudah daftarin aku di sekolah tempat aku sekolah. Aku juga tidak tahu kalau sekolah itu eksulnya hanya renang saja, bahkan sekolah itu mencetak banyak sekali atlit renang, yah bisa dikatakan sekolah itu sebenarnya adalah sekolah khusus untuk mencetak atlit renang di negeri ini. Aku yang sejak kecil penakut air diterapi trauma healing sampai akhirnya aku berani. Disitu aku mulai suka renang dan mencetak prestasi dalam bidang renang.” Curhat Leoni sambal meneteskan air matanya.
“Iyaaa.” Glen hanya bisa mengelus kepala Leoni berusaha menerima kenyataandan tidak membantah sedikitpun perkataan Leoni.
“Setelah lulus, aku harus menyelesaikan kontrak pelatih renang dulu baru bisa kembali kesini, jadi satu tahun aku di sana sendirian dan baru kembali sekarang. Sampai disini baru aku tahu, ternyata motif apa kami pergi ke Jakarta waktu itu. Ternyata mama dan papa sengaja bawah aku terapi agar tidak takut dengan air lagi, eh malah dapat sekolah itu dari rekomendasi teman papa.” tambah Leoni.
Perkataan Leoni itu membuat mereka berdua kembali teringat pada kejadian waktu mereka kecil dulu dimana
waktu Leoni berangkat ke Jakarta.
***
Feedback
Tiba saatnya pengumuman kelulusan dan penerimaan ijasah. Semua teman seangkatan mereka sudah berkumpul
di alua sekolah. Glen dan keluarganya duduk dibarisan depan tiba-tiba dihampiri oleh Anita dan Luna.
“Leoni di mana? Kok dia belum datang?” Bisik Anita ditelinga Glen.
“Hah?” Glen tiba-tiba secara spontan berbalik badan. “masa sih?” Tanya Glen.
“Iya, dari tadi dia belum kelihatan.” Sambung Luna.
“Tunggu aku telpon dia.” Glen langsung berdiri dari tempatnya dan meraih Hp sambil menelpon Leoni, diikuti kedua orang temannya itu mereka ke luar aula untuk menelpon Leoni.
“Tidak aktif.” Kata Glen setelah sampai di luar ruangan aula.
“Aduh, sebentar lagi giliran dia tuh, gimana nih?” Anita panik.
“Dua hari yang lalu aku ketemu dia, udah aku ingatin supaya tidak terlambat.” Kata Luna.
“Heemmm... kebiasaan tuh anak.” Glen mengeluarkan kunci mobil nya dan melaju ke rumah Leoni yang jaraknya lumayan jauh dari sekolahan, dia hendak menjemput Leoni.
Tampak dari luar rumah Leoni sepih dan tak berpenghuni.
“Jangan-jangan mereka udah jalan ke sekolah lagi.” Kata Anita.
“Iya sih, tapi kok..” Perasaan Glen agak aneh kayak ada firasat yang tidak baik gitu. “Ah tidak mungkin, coba tekan bel nya!” Perintah Glen, Luna dan Anita langsung berebut menekan bel rumah Leoni.
“Siapa yah?” Ada seorang perempuan keluar dari dalam rumah.
“Omaa...”Glen senang ada omanya di situ artinya perasaannya mungkin salah. “Leoni mana oma?” Tanya Glen.
“Leoni?” Oma kembali bertanya.
“Iya oma, masa sih cari papa nya.” Anita tertawah.
“Kalian tidak tahu? Atau tidak dikasih tahu yah??” Oma balik tanya.
“Maksud oma apa sih?” Glen makin curiga.
“Gini loh, Papa Leoni pindah tugas ke Jakarta. Jadi mereka juga pindah ikut ke sana. Baru saja jalan, mungkin sekarang mereka belum sampai bandara soalnya pas kalian datang mereka baru saja pergi.” Jawab oma.
Bruuukkk... Hati Glen tambah kacau. Kok tiba-tiba gitu Leoni pergi, beberapa hari yang lalu sempat ketemu tapi Leoni tidak kasi tahu tentang rencana ini.
Tanpa pikir panjang Glen langsung menuju ke mobil dan kedua temannya pun ikut dari belakang. Mereka menuju ke bandara. Sesampainya dibandara, dia langsung berlari mencari Leoni dengan panik dan gelisah. Dia berhasil menemukan Leoni pas didepan pintu masuk keberangkatan, baru saja selesai chek in.
“Leoni..” teriak mereka bertiga memanggil Leoni
Sontak Leoni dan keluarganya berbalik dan melihat ketiga teman Leoni
“Jangan sedih yah guyysss... kalian harus baik-baik yah.. nanti kita harus sering kontak yah” Leoni mengangkat Hp nya ke arah mereka kemudian berjalan ke arah teman-temannya. “maaf aku gak punya waktu banyak soalnya sedikit lagi pesawat boarding.” Leoni menunjukkan tiket yang ada ditangannya.
“ Ny kenapa..?” Glen mau melontarkan pertanyaan tapi langsung disambar oleh Leoni dengan kata-kata
“Sssstttt...” Leoni mengacungkan jari telunjuknya ke mulut Glen. “udah.. aku tahhu apa yang mau kamu omongin. Aku minta maaf banget yah gak omong-omong dengan kalian soal ini. Sebenarnya aku memang gak mau kasi tahu kalian karena takut kalian sedih, dan aku sendiri juga sedih. Aku sebenarnya gak mau pergi, tapi gimana dong?? Papa mama dan adikku semua pergi. Papa harus pindah tugas ke Jakarta” Leoni menunjuk ke arah keluarganya yang sedang menunggunya di pintu keberangkatan. “Aku janji gak akan pernah lupa dengan kalian. Aku janji akan selalu komunikasi dengan kalian. Dan pasti aku akan kembali berkumpul bersama kalian cepat atau lambat. Ingat, kalian harus saling jaga yah dan Glen tolong, kamu laki-laki sendiri, jaga mereka berdua yah!” Leoni melihat ke arah Glen. “sssttt... senyum dong biar aku juga gak nangis yah..aku akan merindukan kalian...” Leoni memeluk ketiga temannya kemudian masuk ke ruang keberangkatan.
Tak lama kemudian pesawatnya sudah take off, teman-temannya itu terpaku diam diluar bandara menyaksikan pesawat yang ditumpangi Leoni sampai tak terlihat lagi di ujung mata mereka.
Luna kelihatan sangat senang dengan kepergian Leoni karena dia bisa dekat dengan Glen, Anita sangat sedih tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, sedangkan Glen merasa sedih dan bahkan tidak bisa berbuat apa-apa, seolah dia ditinggal kekasih hatinya yang entah kapan akan kembali.
“Ny.. maaf aku selalu buatmu dalam masalah, aku janji akan jaga hati ini untukmu.. hanya untukmu. Ku tunggu kau
kembali kesisiku” kata Glen dalam hati. “heemm...?apaan sih aku barusan??hah? gak salah?? Emangnya aku siapanya Leoni??aduh glenn sadar donk” Glen berontak dalam dirinya. Dia jadi bingung dengan apa yang dia lakukan dan apa yang dia rasakan. Dia memukul-mukul dada nya sendiri.
***
Bantu like, comment, vote, hadiah yah....
supaya penulis semangat dalam melanjutkan penulisannya...
makacieee.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Sirato Rusung
makin seru
2022-04-13
0