“Tadi beneran dijemput sama Kevin?” Tanya Glen sambil mereka menikmati makanan yang sudah mereka beli.
“Iya.” Jawab Leoni cuek sambil menyuapkan makanan ke dalam mulut.
“Aku tidak percaya.” Kata Glen yang terlihat seperti orang lagi cemburu.
“Weeeiiii... kamu cemburu yah??” Ganggu Leoni.
“Ihhh, amit-amit, siapa juga yang cemburu. Tidak apa-apa lah kalo ada orang lain yang jemput kamu, bukan urusanku. Tapi semoga saja tidak diculik.” Kata Glen lagi dengan jutek.
“Hahaha.... maksudnya apa sih? Kok nanyain ini terus??” Kata Leoni.
“Tidak. Hanya curiga saja. Tadi kok tidak tungguin aku? Biasanya kan tidak begitu, biasanya sebelum pulang kamu hubungi aku dan nungguin aku dulu.” Kata Glen.
“Iyaaa gimana mau nungguin kamu kalo kamu aja tidak ada kabar? Ditelpon berulang-ulang tidak direspon. Pesan chat di wa tidak di balas, jadi mau nunggu sampai kapan? hanya untuk pulang ke rumah aku harus nunggu sampai tua gitu?” Leoni mulai emosi. “Harusnya aku yang marah sama kamu, aku yang nanyain keberadaanmu? Kamu tadi sebetulnya kemana sih? tidak biasanya seperti ini? biasanya kan hp itu nempel terus sama kamu terus kenapa sekarang tidak bisa merespon hp mu itu??” Jelas Leoni lagi.
“Heemmmm... “ Glen mau membelah diri tapi langsung dipotong sama Leoni.
“Lagi sibuk sama orang tuamu?” Kata Leoni seperti bertanya padahalnya menyindir. "Yang benar saja??" Singgung Leoni.
“Iya Ny, aku lagi ngobrol sama orang tuaku tadi.” Jawab Glen.
“Benar? Aku tidak percaya.” Kata Leoni menginterogasi.
“Iya, tadi mereka manggil aku untuk mendiskusikan suatu hal.” Jawab Glen.
“Oohhhh gitu. Ya sudah, Bukan urusan ku. Aku pikir tadi kamu lagi sibuk sama teman-temanmu atau mungkin lagi meladeni cewek-cewek yang lagi ngejar-ngejar kamu atau apalah makanya aku dicuekin.” Kata Leoni lagi dengan santai.
"Jadi sekarang kamu yang mulai mengiterogasiku?" Tanya Glen tapi tidak mendapat tanggapan dari Leoni. "Kamu beneran mau tau apa yang aku lakukan tadi?" Glen menambah pertanyaan yang membuat Leoni emosi meningkat.
"Bukan urusanku." Jawab Leoni santai padahal sangat terlihat dari wajahnya yang kentara sedang emosi.
“Dalam waktu dua hari lagi papa mau aku udah siap untuk seutuhnya mengambil alih perusahaan.” Glen berdiri dari tempat duduknya.
“Hah? Emangnya sekarang? Belum ambil alih perusahaan?” Tanya Leoni kaget, yang Leoni tahu bahwa Glen sudah menjadi pewaris perusahaan keluarganya, tapi dia tidak tahu kalau itu semua ada prosesnya.
“Selama ini aku memang sudah bertanggung jawab atas perusahaan papa, aku mulai bekerja diperusahaan dan bahkan dalam banyak hal sudah menggantikan papa. Tapi secara resmi aku belum menjadi pengelolah perusahaan yang sesungguhnya. Karena yang aku lakukan sekarang ini masi atas nama papa” jelas Glen panjang lebar.
“Ohh gitu. Berarti bagus dong. Jadi kamu sekarang bisa leluasa mengelolah perusahaan dong.” Kata Leoni.
“Heeemmm... benar memang aku bisa leluasa mengelolah perusahaan.” Glen menarik nafas dalam-dalam dan menghempaskan.
“Iya, terus apa yang jadi beban dipikiranmu?” Tanya Leoni. “Kamu kan sudah mapan, aku juga sependapat sama orang tuamu. Suda sewajarnya mereka memberikan kepercayaan 100% ke anak laki-lakinya yang hebat ini.” Kata Leoni lagi.
“Ny, kalau hanya menuruti keinginan mereka untuk memberikan tanggung jawab atau mewariskan perusahaan ketanganku, aku sanggup. Tapi kamu tidak tahu maksud dibalik itu apa.” Kata Glen.
“Emanggnya apa maksudnya?” Tanya Leoni polos.
“Mereka ingin aku segera menikah.” Jawab Glen singkat kemudian duduk kembali disamping Leoni dan memegang tangan Leoni.
“Wooowww... gampangkan, tinggal nikah aja.” Kata Leoni menampakkan wajah senang dengan apa yang baru saja Glen sampaikan.
“Leoni....!” Bentak Glen.
“Hah??” Leoni kaget. “Apa ada yang salah dengan perkataanku?” Tanya Leoni lagi seolah tahu kalo Glen marah.
“Memang tidak ada yang salah.” Jawab Glen singkat. “Tapi tidak segampang omonganmu itu loh” kata Glen lagi sambil menatap wajah Leoni.
“Kan tinggal saja ngajak nikah satu cewek yang sering ngejar-ngejar kamu itu. Banyak kan cewek yang mau sama kamu??” Kata Leoni. “Kamu tinggal milih aja kan.” Kata Leoni santai.
“Kalo kamu gimana? Mau? Aku milih kamu.” Kata Glen jutek namun langsung to the poin menanggapi perkataan Leoni.
“Hah? Emangnya kamu mau sama aku? Yang benar saja. Bukannya aku jauh dari kriteria kamu.” Leoni mengingat setiap kriteria yang diinginkan Glen sewaktu mereka kecil.
“Ny...” Kata Glen penuh harap diwajahnya.
“Kamu nih yang benar saja, jangan ngawur nih. Hal seperti ini bukan sekedar main-main loh.” kata Leoni spontan dan seperti bercandaan.
“Tuh kan, kamu saja tidak mau. Padahal kita sudah saling kenal bahkan sampai kelebihan dan kekurangan kita udah saling tahu. Kurang apa lagi? Gimana dengan orang lain? Itu tidak segampang omonganmu.” Kata Glen. Padahal sebenarnya dia benar-benar juga pingin banget meminang Leoni tapi dia sendiri bingung mau menyapaikan ke Leoni dengan cara apa. Mungkin saja perkataannya yang bilang memilih Leoni, itu benar ungkapan dari dalam hatinya.
“Kamu nih, aku kan tadi cuman bercanda.” Leoni mengalihkan pembicaraan.
“Aku tidak bercanda Ny.” Kata Glen, namun Glen pun tidak mau terkesan bahwa dia sebenarnya suka dengan Leoni.
“Emangnya masalahnya gimana? Sepertinya ribet benget?” Tanya Leoni. “Kalau mau ngasi perusahaan ketanganmu, yah kasi aja kan, tidak perlu pakai syarat-syarat segala. Apalagi katanya papa mu sudah
tua dan tidak sanggup lagi bekerja.” Terang Leoni.
“Aku juga sependapat sama kamu, dan memang selama ini aku juga sudah menjalankan perusahaan. Hanya pengalihan nama saja dari papa ke aku yang belum. Tapi masalahnya bukan itu. Bukan hanya sekedar pernyataan tanggung jawab saja Ny.” Kata Glen menjelaskan.
“Jadi?” Yanya Leoni.
“Wasiat dari opa ke papa yang katanya kalau sudah waktunya menyerahkan perusahaan ke aku, artinya saat itu aku sudah harus punya paling tidak calon istri. Dan lebih baik lagi kalau bukan hanya sekedar calon melainkan sudah istri. Jadi mama meminta aku untuk membawah wanita ku ke rumah dalam waktu dekat. Sedangkan selama ini kamu tahu kan aku gimana? Memang banyak cewek yang mau dekat dan bahkan ngejar-ngejar aku, tapi aku tidak mau main-main dengan mereka dan aku juga tidak mau membuat orang tuaku kecewa, aku mau cari yang benar-benar serius. Mungkin para cewek-cewek itu serius sama aku, tapi aku? Tidak merasa nyaman dengan mereka. Aku mau cari yang benar-benar pas dengan hatiku.” curhat Glen.
“Heeemmm...” Leoni menarik nafas dalam-dalam.
“Bukan sekedar memenuhi tuntutan orang tua Ny, tapi juga aku harus cari yang mau mendampingi hidupku selamanya.” Kata Glen melemah.
“Iya maafkan perkataanku tadi.” Leoni diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments