Begitu turun dari motor, Yuli kaget melihat barang-barang mereka sudah ada di teras rumah lengkap dengan kopernya.
"Ya Allah Bang! Kenapa barang-barang kita dan koper ada di luar? " ucap Yuli dengan heran.
Belum juga Kadir menjawab, pemilik kontrakan datang dari arah samping rumah dengan wajah sinis.
"Akhirnya pulang juga kalian! Kalau saja sampai sore kalian tidak nongol juga, barang-barang dan pakaian kalian akan saya buang ke tempat sampah. " ucap pemilik kontrakan dengan wajah jutek.
"Ibu kok jadi kasar gitu? Seenaknya saja mau membuang barang-barang kami! " jawab Yuli dengan kesal.
"Heh Yuli! Kamu jangan pura-pura lupa yah! Ini sudah lewat dua hari kalian bayar sewa kontrakan. Saya sudah bilang suami kamu untuk bayar, katanya mau bayar. Eh saya tunggu sampai sore gak nongol-nongol juga suami kamu buat kasih uangnya. Tadi malam pun saya tunggu masih juga tidak datang. Ya sudah, saya bantu saja kalian berkemas dan tarok di luar agar kalian tidak capek-capek lagi berkemas nantinya. Kurang baik apa lagi saya coba! " jawab pemilik kontrakan dengan entengnya.
"Bang, gimana nih! Mau tinggal di mana kita sekarang? " ucap Yuli dengan setengah berbisik sambil menyenggol bahu suaminya.
"Maafin Abang ya Dek! Abang kemaren bingung mau kasih tau kamu tentang uang sewa rumah. Abang gak mau kamu makin kepikiran padahal kamu kan sedang sakit Dek! Abang sudah berusaha pinjam sama Dika, tapi dia tidak mau pinjamin karena ia sudah di pecat Tata dan di turun kan jadi OB buat gantiin uang yang selama ini ia pakai. " jawab Kadir dengan wajah sedih.
"Heh kalian berdua! Gak usah bisik-bisik segala! Sana bawa pergi barang-barang kalian ini! Merusak pemandangan saja! " teriak pemilik kontrakan dengan ketus.
"Iya... Iya... Gak usah teriak-teriak! Kami gak budek! " jawab Yuli dengan hati yang kesal sambil menyeret kopernya.
"Dek, untuk sementara Abang antar kau ke rumah orang tuamu ya Dek! Sekalian tengok anak-anak kita. Abang mau cari kerjaan dulu agar bisa ngontrak rumah lagi. " ucap Kadir sambil menaruh barang-barang mereka di atas motor.
"Kok ke rumah orang tua aku sih Bang! Itu kan jauh, bisa copot pinggang aku kalau naek motor selama dua jam. Kenapa kita gak ke rumah Mama kamu aja? Kan dekat dari sini, ketimbang ke rumah orang tua aku yang jauh dari sini. " sahut Yuli dengan wajah cemberut.
"Aku gak mau berantem lagi sama Dika! Lagi pula kan rumah itu bukan rumah Mama, rumah Tata istrinya Dika. Mereka berdua kan numpang di sana. Tinggal menunggu waktu saja si Tata mengusir Dika dari rumah tersebut. " jawab Kadir sambil menyalakan motor nya.
"Ayo Dek naik! Nanti keburu sore kita sampai di sana! " ucap Kadir menyadarkan lamunan Yuli.
Yuli menaiki motor dengan ogah-ogahan. Ia terpaksa ikut kata suaminya karena ia juga tidak tau lagi tempat untuk berlindung selain rumah orang tua nya, walaupun agak jauh dari rumah kontrakan mereka. Butuh waktu dua jam untuk sampai di tempat orang tua Yuli tinggal.
Setelah duduk di atas motor selama dua jam lebih karena mereka berhenti-berhenti untuk melepas lelah. Yuli turun dari motor dengan memegang pinggangnya yang sedikit pegal karena lama duduk di atas motor.
"Assalamualaikum buk, Pak! " ucap Yuli sambil mengetuk pintu.
Yuli tetap mengetuk pintu rumah orang tua nya sampai berkali-kali, namun tidak ada jawaban dari dalam rumah.
"Sepertinya Ibuk Bapak mu lagi pergi Dek sama anak-anak! " ucap Kadir menduga.
"Kita tunggu saja di sini sampai mereka pulang. " kata Yuli sambil mendarat kan bokongnya di kursi teras.
Hampir dua jam mereka menunggu di teras, dan perut sudah mulai lapar karena matahari sudah merangkak naik dan tak lama azan dzuhur berkumandang dengan lantang.
"Aduh... Ibuk sama Bapak kemana sih! Udah siang juga belum pulang, mana perut lapar lagi. Tadi cuma makan sarapan di rumah sakit doang sebelum pulang. " keluh Yuli sambil memegang perutnya yang mulai terasa pedih.
"Bang, Beli makan napa? Laper nih Bang? Pedih nih perut Yuli... Mana belum makan obat juga! " ucap Yuli meminta suami nya pergi membeli makanan.
"Duit Abang sudah habis semuanya Dek, terakhir tadi untuk beli bensin motor 40ribu." jawab Kadir dengan jujur.
"Nasib-nasib punya suami kere, mau makan aja susah! " gerutu Yuli dengan kesal.
"Astaghfirullah hal adzim Dek! Istighfar.. Uang Abang habis buat tebus obat mu juga. " sahut Kadir dengan tegas.
"Alah Bang, Bang... Gak usah sok alim! Itu kan tanggung jawab Abang sebagai suami, jadi Abang gak usah protes! " bentak Yuli kepada suaminya.
Kadir hanya mengelus dada melihat tingkah istrinya yang mulai kasar kepada nya. Sebenarnya bukan Yuli saja yang lapar, tetapi Kadir juga. Apalagi ia belum makan dari pagi karena sudah tidak punya uang lagi selain untuk membeli bensin motor.
Tidak lama setelah Yuli mengomeli suaminya, tampak masuk sebuah motor yang ternyata di kendarai Ibu dan Bapak nya Yuli bersama dua anak mereka.
"Loh... Loh.. Kenapa kalian berdua kesini bawa-bawa barang?Emangnya kalian mau kemana? " ucap ibunya Yuli dengan mata melotot menatap menantunya Kadir.
"Anu Buk.. Kami mau numpang tinggal di sini! " jawab Kadir dengan muka menunduk.
"Apa?? Gak salah dengar Ibuk? " ucap ibunya Yuli dengan suara keras.
"Sudah... Sudah.. Ayo masuk dulu ke dalam. Kita bicara di dalam saja. Gak enak di dengar tetangga. " ucap Bapak Yuli dengan tegas.
Kadir memasukkan barang-barang mereka ke dalam rumah mertuanya. Anak-anak mereka memeluk Kadir dan Yuli dengan gembira dan bergelayut manja dengan ayahnya.
"Buk, Yuli dan Bang Kadir lapar. Ibuk ada makanan gak? " ucap Yuli sambil memegang perutnya.
"Tidak tau malu, datang ke rumah mertua mau minta makan! " omel ibunya Yuli dengan ketus dan wajah masam.
"Yuli, pergilah ke dapur. Ajak suamimu makan dulu. Setelah itu, baru kita bicara lagi.. Lagian anak-anak mu juga sudah mengantuk.. Ayo anak-anak kita tidur siang dulu! " ucap Bapak Yuli sambil mengajak cucu-cucunya tidur siang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu thor
2022-04-18
7