Flashback on
Nana yang baru saja pulang kerja langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia sangat lelah sekali karena lembur menggantikan teman kerjanya yang izin. Ia biasanya pulang kerja jam 3 sore menjadi jam 6 sore sehingga ia pulang ke rumah berbarengan dengan Azan maghrib yang sedang berkumandang.
Nana pun bergegas mandi agar tidak terlambat untuk sholat maghrib. Selesai sholat, ia keluar dari kamarnya menuju kamar sang ayah. Nana melihat ayahnya sedang bersandar di tempat tidur dengan di alasi bantal di punggungnya.
"Eh ada Mbak Nana.. Tumben lama pulang nya Mbak? " tanya perawat sang ayah.
"Iya Sus, tadi Nana gantiin teman yang izin. Kasihan kalau gak di gantiin nanti gajinya gak full. " jawab Nana sambil menggerakkan lehernya.
"Ayah sudah makan blom Sus? " tanya Nana sambil memijit kaki ayahnya.
"Hah... Saya tadi sudah masak untuk Tuan Mbak.. Tapi ketika saya ke kamar mandi sebentar, masakan saya sudah ludes. Pas saya lihat kulkas, bahan untuk di masak sudah kosong. Hanya air putih dan mie instan yang ada di kulkas. " jawab Suster Sumi dengan kesal.
"Keterlaluan sekali mereka! Tidak mau merawat, tapi makanan untuk ayah di embat juga! " ucap Nana dengan tangan terkepal.
"Ya sudah Sus, makanan ayah Nana beli aja sekalian kita makan. " sahut Nana lagi sambil berdiri dari duduknya.
"Iya Mbak.. " jawab Suster Sumi dengan mengangguk.
Nana pun pergi dan masuk ke kamarnya mengambil uang merah di dompetnya yang tinggal selembar. Nana sengaja tidak punya uang cash yang banyak di dompetnya. Semua uang gajinya di masukkan ke ATM dan Nana sengaja melakukan semua itu karena ia pernah meletakkan uang tunai satu juta di dompetnya. Ketika ia mandi, dompetnya sudah terbuka dan uangnya sudah raib. Semenjak saat itu ia hanya meletakkan uang paling banyak seratus ribu di dompetnya seperti saat ini.
Nana keluar dari kamarnya dengan memakai jaket dan membawa kunci motor matic nya dan keluar membeli makanan untuk mereka bertiga. Nana membeli tiga bungkus nasi padang lengkap dengan rendang dan ayam bakar sebagai lauknya. Setelah membayar, Nana pulang dengan hati yang gembira.
Nana memasuki pekarangan rumah, dan ia melihat ada mobil agya bewarna hitam dan motor beat terparkir di halaman rumah sang kakak ipar.
"Cih... Ternyata dua benalu datang rupanya! " gumam Nana dengan sinis.
Nana kemudian masuk ke rumah dengan cuek menenteng tiga bungkus nasi padang di tangan kirinya.
"Hei.. Dari mana saja kamu keluyuran malam-malam. " ucap Mama Dika dengan ketus.
"Keluar beli nasi padang! kenapa nanya-nanya? " jawab Nana cuek sambil terus berjalan.
"Wah, baik banget elo beliin kita nasi padang Kak! Kebetulan banget gue sama Riko belum makan malam. " ucap Anika dengan wajah sumringah mendengar nasi padang.
"Iya, Abang juga lapar cium bau rendang.. Pasti enak banget tuh rasanya. " sahut Bang Kadir ikutan bicara.
"Ya sudah.. Kamu sajikan nasi padang nya sekarang! Kita sudah lapar mau makan. " ucap Mama Dika tanpa tau malu.
"Oke.. Aku kebelakang dulu siapin piring. " jawab Nana dengan tersenyum devil.
"Jangan lama Kak, gue udah lapar banget! " teriak Anika dengan tidak tahu malu.
Nana kemudian bergegas ke dapur dan mengambil piring, sendok, gelas air minum beserta tekonya dan sebuah kobokan. Ia bergegas membawanya masuk ke kamar sang ayah dan langsung menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam. Nana kemudian mendorong meja untuk menahan pintu kalau nanti pintu tersebut di dobrak dari luar.
"Sus, bantuin dong! Berat banget nih! " ucap Nana dengan wajah penuh peluh.
"Iya Mbak! " jawab Suster Sumi.
Mereka berdua sama-sama mendorong meja tersebut karena meja nya terlalu berat sehingga mereka mendorong nya dengan susah payah dan akhirnya berhasil.
"Kenapa Mbak sampai dorong meja balik pintu? " tanya Suster Sumi kepo.
"Buat jaga-jaga Sus kalau nanti para benalu itu tiba-tiba masuk waktu kita makan. " jawab Nana santai sambil membuka bungkusan nasi padang.
"Ayo kita makan Sus, nanti keburu mereka datang. " ajak Nana sambil menyuapin ayahnya.
Suster Sumi mengangguk dan ia pun memakan bagiannya. Nana makan sambil menyuapi ayahnya, begitu seterusnya hingga nasi padang itu habis tidak tersisa.
Nyonya Retno dan anak-anak nya yang menunggu Nana di depan merasa kesal karena Nana tidak muncul-muncul juga membawa makanan mereka.
"Kemana sih Ma si Nana! Anika udah lapar banget nih! " ucap nya dengan wajah cemberut.
"Iya, lama banget ngambil piringnya! Mbak udah lapar juga nih! Ya kan Mas?" sahut Mbak Yuli sambil memegang perutnya.
"Iya, laper juga Mas Dek! " jawab Bang Kadir ikutan memegang perutnya.
"Kemana itu anak? Orang sudah lapar nungguin makan, Dia malah gak nongol-nongol! " ucap Nyonya Retno mendengus kesal.
"Jangan-jangan Kak Nana makan sendiri lagi Ma, " celutuk Anika asal.
"Iya ya... Kenapa Mama gak kepikiran sampai ke situ? Awas aja tuh anak kalau ia makan sendiri! " jawab Nyonya Retno kesal.
"Benar Ma, kasih pelajaran sama si Nana yang udah bikin kita nunggu lama begini! " ucap Anika mengompori Mamanya.
"Ayo kalian ikut Mama! Kita beri pelajaran sama anak kurang ajar itu! " ucap Nyonya Retno dengan wajah menahan marah.
Nyonya Retno berjalan ke kamar Nana dan ternyata kamarnya kosong. Mereka kemudian ke kamar suaminya dan kamar tersebut tertutup rapat.
"Nana... Hei Nana... Keluar kau anak kurang ajar! Buka pintunya!! " teriak Nyonya Retno dengan kencang sambil menggedor pintu kamar tersebut.
"Hei Nana! Keluar loe, jangan sembunyi di dalam! Loe kemanain nasi padang gue Na, buka pintu nya! " teriak Anika ikut-ikutan.
"Heh Nana! Jangan kurang ajar kamu jadi anak! Cepetan buka pintunya. " teriak Dika juga dengan ikutan menggedor pintu.
"Dika, kadir! Kalian dobrak pintu ini, cepetan! " perintah Nyonya Retno dengan geram.
"Jangan di bobrak Ma! Nanti rusak pintunya, Dika mau ngomong apa kalau nanti Tata pulang lihat pintu kamar rumah ini rusak. " jawab Dika enggan.
"Bodo amat sama istri mu itu! Jadi laki-laki itu jangan lembek. Kamu bilang aja rusak karena si Nana ini. Lagipula, si bodoh itu gak bakalan pulang juga karena ibunya kan lagi sekarat. " omel Nyonya Retno dengan seenaknya.
Nana dan Suster Sumi duduk di dalam kamar dengan santai mendengar perdebatan mereka yang di luar pintu.
"Dasar benalu, parasit! Kok aku gak rela yah Sus, Kak Tata punya suami beginian kayak Bang Dika itu! Benar-benar bikin aku eneg. " ucap Nana kesal sambil mengumpat.
"Non Nana tenang aja! Saya yakin kalau Non Tata bukan tandingan mereka, Non Tata tidak bakalan tunduk dengan siapa pun termasuk suaminya itu. " jawab Suster Sumi dengan enteng.
Suster Sumi kemudian menelpon seseorang dan terlibat pembicaraan yang serius. Nana tidak mau ikut campur pun duduk di samping sang ayah yang tampak ketakutan mendengar suara pintu yang di dobrak.
"Ayah gak usah takut? Nana bakalan jagain ayah! Nana gak akan biarkan mereka menyakiti ayah. " ucap Nana lembut dengan mengusap punggung tangan ayahnya.
Ayahnya hanya menganggukkan kepala, dan Suster Sumi sudah selesai bicara di telepon.
"Mbak, ayo kita masukkan semua pakaian Tuan ke dalam tas, saya punya firasat kalau kejadian ini akan berlanjut jauh, tidak ada salahnya jika kita berjaga-jaga. " ucap Suster Sumi dengan wajah khawatir.
"Iya Sus, ayo! Suster juga silahkan berkemas! " jawab Nana sambil membuka lemari dan menaruh semua pakaian ayahnya di tas besar.
"Sudah siap Sus, kita duduk saja dulu sambil menunggu pintu terbuka, kan lumayan daripada kita capek-capek geser itu meja!" ucap Nana dengan santai.
"Bantu duduk kan Tuan dulu Mbak di kursi roda! " ajak Suster Sumi dengan wajah memohon.
"He... He... Maaf Sus, Nana lupa! " ucap Nana dengan wajah cengengesan.
"Gak papa Mbak Nana, santai aja! Yuk, biar gak keduluan pintu terbuka! " jawab Suster Sumi dengan lembut.
Setelah mendudukkan ayahnya di atas kursi roda, Nana dan Suster Sumi kembali duduk santai sambil menunggu pintu kamar tersebut selesai di dobrak dari luar.
"Ayo cepetan Dika, Kadir, masa dobrak pintu aja lama banget! Bantuin kakak ipar kamu itu Riko, jangan diam aja! " teriak Nyonya Retno dengan suara menggelegar.
"Susah nih Ma, berat banget! Apa sih yang mereka lakuin di dalam sana! Bikin repot saja! " jawab Dika dengan kesal.
Setelah hampir satu jam lebih lamanya, akhirnya pintu pun terbuka dengan susah payah dan rusak di engselnya yang copot karena di buka paksa.
"Ini dia anak kurang ajar! Enak banget kamu duduk santai di sini! Mana nasi padang nya! Gue lapar! " teriak Anika dengan menunjuk wajah Nana.
"Cuih.... Emangnya gue beli nasi padang nya buat elo! Hellow... Jangan mimpi! Gue beli cuma buat kami bertiga. Kalau elo lapar beli aja sendiri! " jawab Nana dengan keras dan ketus.
"Dasar anak kurang ajar! Berani sekali kamu berteriak sama anak saya! Anak durhaka kamu! " bentak Nyonya Retno kencang.
Seketika hati Nana merasa sakit karena pembelaan ibunya terhadap Anika, padahal ia juga anaknya, kenapa ia tidak pernah di bela seperti Anika. Namun Nana menepis semua rasa itu, ia tidak boleh lemah, ia harus kuat agar mereka tidak semena-mena lagi, biarin mau di bilang anak durhaka kalau ibunya juga durhaka.
"Gak salah Mama bilang Nana anak durhaka! Yang durhaka itu Mama! Istri durhaka yang menelantarkan suaminya yang sedang sakit. Gak usah sok bilang aku anak durhaka kalau Mama itu lebih durhaka lagi! " jawab Nana dengan tajam.
"Heh Nana! Mana sopan santun mu pada orang tua! Jangan kurang ajar kamu! " teriak Dika dengan marah.
"Aku begini karena didikan Mama kamu Bang! Kenapa? Gak suka! Sana, protes sama Mama kamu yang sudah bikin aku kayak gini! " jawab Nana dengan lantang.
"Kamu!!! " teriak Dika dengan mengangkat tangannya hendak menampar Nana.
Melihat Dika mengangkat tangannya hendak menampar nya, Nana memejamkan matanya, namun tidak terjadi apa-apa. Nana pelan-pelan membuka matanya, dan terlihat kalau Suster Sumi sudah menahan tangan Dika dari belakang punggung Dika yang mana membuat nya berteriak kesakitan.
"Aduh... Aduduh... Bang Kadir! Tolongin Dika? " teriak Dika dengan kesakitan.
"Berani maju, saya tidak segan-segan menghancurkan aset keturunan kamu! " ancam Suster Sumi dengan wajah garang.
Kadir reflek menutup aset berharga nya dengan menggelengkan kepala. Ia mundur, tidak berani untuk mendekat menolong adiknya.
"Hei Suster gila! Lepasin anak saya! Kurang ajar kamu ya!! Pergi kamu dari rumah ini! Dan kamu Nana, pergi juga kamu dari rumah ini, bawa sekalian ayah kamu yang cacat itu! " teriak Nyonya Retno marah.
"Cuih... Gak usah di usir kami juga akan pergi, ayo Mbak! Bawa Tuan keluar! " ucap Suster Sumi dengan anggukan kepala Nana.
"Nih! Ambil anak anda yang parasit ini! " sahut Suster Sumi dengan melepaskan tangan Dika dengan mendorong nya kencang ke arah Nyonya Retno dan Anika sehingga Dika tersungkur mengenai Nyonya Retno dengan Anika.
"Mampus! Rasain tuh! " ejek Suster Sumi sambil membawa tas nya dan tas ayah Nana.
Nana kemudian mendorong kursi roda ayahnya hingga berhenti di depan kamarnya, ia berkemas dengan cepat dan memasukkan pakaian, surat-surat berharga, dompet, HP ke dalam tasnya. Setelah yakin tidak ada yang tertinggal, ia keluar kamarnya dengan membawa tas nya dan tak lupa pula kunci motor scoopy pemberian Tata.
Mereka berjalan keluar rumah tanpa menghiraukan teriakan Nyonya Retno dan anak-anak nya yang meneriakkan mereka dengan kata-kata kotor.
Flashback off.
Bersambung...
Selamat membaca, semoga suka dengan ceritanya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Dasar manusia" tak tau diri
2023-06-18
1
Uthie
Good 👍😏
2023-01-08
3
Purnawati zainir
klo sebuah cerita lebih banyak keterangan dari pada percakapan baca melelahkan kan alur nya nggak berasa cuma dapat capek
2022-10-10
7