Seminggu sudah berlalu semenjak Tata mengetahui perselingkuhan suaminya Dika, ia sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi penjahat berkedok suami dan seluruh keluarga nya.
Tata sengaja tidak memberitahu kan tentang masalah rumah tangga nya kepada sang ibu, karena ia tidak mau ibunya terbebani dengan masalah yang ia hadapi saat ini. Tata juga tidak mau ibunya merasa bersalah sudah membuat Tata berada dalam keadaan yang seperti ini.
Pagi ini, setelah membawa ibunya berjemur di halaman belakang rumahnya, Tata mendorong kursi roda ibunya ke ruang makan. Karena Mak Ijah sudah menyiapkan sarapan ketika Tata membawa ibunya berjemur tadi. Ketika Tata hendak mengambilkan makanan untuk ibunya, tiba-tiba ponselnya berbunyi dengan keras sehingga Tata menghentikan kegiatan nya dan memanggil Mak Ijah.
"Mak!! Mak... Tolong Tata Mak! " panggil Tata sedikit keras.
Mak Ijah datang tergopoh-gopoh dari arah luar dengan wajah cemas.
"Ada apa Non? Nyonya kenapa? " tanya Mak Ijah dengan panik.
"Ibuk gak kenapa-napa Mak! Maaf udah bikin Mak panik! " jawab Tata cengengesan.
"Alhamdulillah ya Allah.. Mak kirain ada apa! " ucap Mak Ijah dengan lega.
"Tata tadi manggil Mak mau minta tolong suapin Ibuk makan. Tata mau angkat telepon dulu, takutnya telepon penting. " ucap Tata jujur dan ponsel nya kembali berbunyi dengan kencang.
"Ya sudah, angkat dulu sana telepon nya! Biar Nyonya makan sama Mak saja. " jawab Mak Ijah dengan duduk di sebelah Ibuk.
Tata pun segera ke ruang santai karena ponselnya ia letakkan di atas meja dekat sofa.
"Mau apa lagi sih bagudung busuk ini menelpon? Bikin rusak mood aja! " ucap Tata kesal ketika melihat siapa yang memanggilnya itu.
Tata meletakkan kembali ponselnya di atas meja dengan kasar dan ponsel kembali berbunyi dengan nama pemanggil yang sama. Tata mengangkat panggilan tersebut dengan hati yang dongkol.
[Hallo Assalamu'alaikum... ]
[Waalaikumsalam, sayang.. Kok lama banget angkat telpon nya?]
[Lagi bawa Ibuk berjemur! Emang kenapa? Tumben nelpon, biasanya kalau aku gak nelpon Mas gak pernah nelpon duluan. ]
[Kok kamu gitu ngomongnya sayang.. Mas kangen sama kamu! Seminggu gak ada kabar dari kamu, bikin Mas khawatir.. ]
[Biasa aja aku ngomong! Mas aja yang baperan. Oh ya.. Aku masih belum bisa pulang ke Jakarta dalam waktu dekat.. ]
[Ga papa kok sayang.. Kamu urus aja Ibuk dulu supaya cepat sembuh. Aku bakalan nunggu kamu kok di sini.. Yang penting Kamu harus jaga kesehatan.. ]
[Ya udah.. Kalau gak papa.. Udah dulu ya Mas, aku mau mandiin Ibuk dulu. ]
[Iya sayang... Jangan lupa telepon aku kalau senggang. I love you..Assalamualaikum..]
[Waalaikumsalam.. ]
[Tut.... Tut.... Tut.... ]
"Cih... I love you... Makan tuh cinta! Eneg banget aku dengar suaranya. hiy... " ucap Tata bergidik jijik.
"Pintar banget kamu bohongin aku Mas! Kamu bilang gak papa aku di sini, tapi kenyataan nya kamu punya perempuan lain yang bisa kau sentuh seperti layaknya seorang istri.. Cih bulshit... Omongan mu Mas.. Mas... " ucap Tata lagi dengan menahan sakit di dadanya.
Walaupun mereka belum menjadi suami istri yang sesungguhnya, Tata tetap seorang wanita yang juga merasakan sakit hati ketika suaminya mempunyai wanita lain. Hati Tata sakit karena penghianatan suaminya ketika ia sedang merawat ibunya. Apakah ia salah merawat ibunya yang sedang sakit?Apakah ia pantas untuk di sakiti seperti ini? Hanya karena mereka berjauhan, apakah di benarkan jika suaminya mencari kehangatan yang lain? Hal itu lah yang sering muncul di pikiran Tata ketika dirinya hendak tidur, sehingga membuat ia susah untuk tidur seminggu belakangan ini.
Tak ingin berlama-lama meratapi nasibnya, Tata pun pergi ke ruang makan karena perut nya sudah keroncongan dari tadi tapi sehabis menerima telepon membuat perutnya semakin keroncongan.
Tata tidak melihat lagi ibunya dan Mak Ijah di ruang makan. Tata pun memakan sarapannya dengan lahap, bahkan sampai nambah lagi.
"Mak... Mak.. Mak... " panggil Tata berulang kali dengan mencari ke semua ruangan.
Ketika melewati kamar ibunya, ia melihat Mak Ijah sedang memakaikan ibunya pakaian.
"Mak di sini toh! Kirain tadi kemana sama Ibuk! " ucap Tata langsung masuk ke kamar ibunya.
"Nyonya tadi BAB sesudah makan, ya sudah sekalian aja Mak mandiin biar Nyonya seger. " jawab Mak Ijah tanpa menghentikan kegiatannya.
"Sini Mak ! Biar Tata aja yang pakein. " pinta Tata kepada Mak Ijah.
"Gak usah Non, tanggung ini. " jawab Mak Ijah menolak.
Tata pun hanya melihat saja dan memijit lembut kaki ibunya dan Mak Ijah sudah selesai memakaikan pakaian Ibuk. Ia lalu menyisir pelan rambut Ibuk dan Ibuk pun menguap.
"Ibuk ngantuk?? " Tanya Tata sambil terus memijit kaki ibunya.
Ibunya mengangguk dan Tata membantu ibunya berbaring dan memberikan bantal di kepala ibunya dan guling di sisi kanan kiri ibunya. Tata kembali memijit kaki dan tangan ibunya sehingga mata ibunya perlahan tertutup dan tidur dengan nyaman.
Setelah ibunya tidur, Tata menyelimuti kaki ibunya hingga ke pinggang dan keluar dengan menutup pintu dengan pelan-pelan.
Karena ini hari jumat, Tata tidak ada jadwal mengajar di kampus. Ia pun masuk ke ruang kerjanya dan tiba-tiba ada panggilan pada ponselnya dengan nama Sumi.
[Hallo Assalamu'alaikum.. ]
[Waalaikumsalam Nona.. ]
[Ada kabar apa Mi, ]
[Saya ingin mengabarkan kalau Nyonya Retno membuat ulah lagi. ]
[Apa lagi yang di perbuat wanita tua itu! Apa terjadi sesuatu dengan ayah mertuaku? ]
[Alhamdulillah tidak Nona! Hanya saja ia bertindak kurang ajar kepada saya. Jadi saya membalasnya. Dan tanpa sengaja saya dengar ia akan membuat saya di usir dari rumah ini Nona. ]
[Bagus! Jangan pernah lemah di hadapan wanita tua itu. Semakin kau lemah semakin seenaknya dia menginjak mu. Jangan takut dengan ancaman wanita tua itu! Jika ia benar-benar mengusir mu, kembali lah ke rumah utama dan tunggu aku di sana. Tapi sebelum itu terjadi, jangan biarkan wanita tua itu menyakiti ayah mertuaku dan Nana. Jadilah mata dan telinga ku di rumah itu Sumi. ]
[Baik Nona, Assalamualaikum.. ]
[Waalaikumsalam.. ]
"Teleponan ama siapa sih... Serius amat! " ucap seseorang dari belakang dekat kuping Tata.
"Astaghfirullah hal adzim... " ucap Tata melonjak kaget dan menoleh ke belakang.
"Sandraaaaaaaa... " teriak Tata kencang sambil memeluk seseorang di hadapan nya dengan erat.
"Ugh... Ahku thidak hiha hernahas... " ucap Sandra dengan nafas sesak.
"Kenapa kau cara bicara mu begitu? Bahasa apa itu! " ucap Tata heran kemudian melepaskan pelukannya.
"Hah.... Hah... Hah... Akhirnya bebas juga! " ucap Sandra dengan lega.
"Pluk...Dasar semprul... Main peluk gak Kira-kira kau! " ucap Sandra lagi sambil memukul lengan Tata.
"Aww... Kasar kali kau sekarang! Sakit pauk! " sahut Tata meringis dengan wajah cemberut.
"Kau yang kasar! Kau memelukku kuat kali, membuat aku tidak bisa bernafas. " jawab Sandra dengan sewot.
"He... He... He... Maaf, sengaja.. " ucap Tata cengengesan sambil menggaruk kepalanya.
"Kapan kau pulang! Kenapa kau tidak menelpon ku! " tanya Tata sambil duduk di sofa.
"Dua hari yang lalu, kemarin aku ke cafe kau! Katanya kau ada di sini, ya sudah.. Ku minta saja alamat kau sama mereka. " jawab Sandra sambil duduk di dekat Tata.
"Non.. Ini minumannya sama camilan.. Silahkan di minum... " kata Mak Ijah yang datang sambil membawa nampan dan juice serta keluarga nya(brownies dan cookies).
"Jadi Mak yang bukain pintu tadi? " tanya Tata dengan mencomot cookies.
"Iya Non, soalnya bel berbunyi terus, jadi Mak yang bukain karena Non Tata lagi di ruang kerja. Mak suruh aja Non Sandra menemui Non di ruang kerja. " jawab Mak Ijah dengan jujur.
"Makasih ya Mak.. Untung Mak dengar ada suara bel, kalau nggak.. Kasihan banget tamunya di anggurin di luar. " ucap Tata dengan tersenyum mengejek.
"Beuh.... Sok-soan kali kau jadi orang. " cibir Sandra dengan kesal.
Tata tergelak dengan cibiran sahabatnya itu.
Mak Ijah pun pamit undur diri dan melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.
"Kenapa kau tet? Jelek kali ku tengok mukak mu itu? Walaupun kita udah 3 tahun gak jumpa, masih hapal aku ekspresi mukak mu itu! " ucap Sandra dengan tatapan menyelidiki.
"Hah... Susah kali Kalok udah ketemu kau itu, tau aja kalau aku lagi ada masalah. " jawab Tata mengerutu sebel.
"Ya iyalah... Sandra gitu loh... " jawab Sandra dengan pedenya yang membuat Tata melemparnya dengan pena yang di atas meja.
Lalu Tata pun menceritakan semua kisah hidupnya menikah dengan Dika dan perselingkuhan suaminya itu tanpa di kurang-kurangi. Ia menceritakan semuanya dengan detail hingga niatnya untuk memberi pelajaran kepada suami dan keluarga nya itu.
"Hah... Tak ku sangka sedih juga nasib rumah tangga mu ya tet.. Tapi bagus jugak kalau kau cerai dari bagudung busuk itu, kau jadi janda tapi perawan.. Mantap kali itu tet! " ucap Sandra tanpa filter.
"Walaupun perawan, tetap saja orang taunya janda.. ! " jawab Tata lesu.
"Udah... Tak usah kau pikirkan apa kata orang. Kaya kita orang tetap gunjing kita, miskin kita masih tetap mereka menggunjing kita.. Biarkan saja muncung mereka bicara, yang penting kita kan gak mintak makan sama mereka. Jadi, anggap saja kalau ada yang cakap begitu orang gilak dia. " ucap Sandra dengan bahasa bijaknya.
"Bah... Udah pande kali kau bicara sekarang ya? Ternyata banyak kali rupanya pengalaman kau merantau selama ini bestie... " sahut Tata menepuk bahu Sandra dengan keras.
"Sakit pauk! Di bilangin bagus-bagus, malah mengejek kau! " jawab Sandra mendengus sebel.
"Ha... Ha... Ha... " Tata tergelak dengan ringan sehingga membuat Sandra tambah merengut sebel.
"Eh... Ngomong-ngomong, kau pulang sama suamimu jugak ya tot? "tanya Tata tiba-tiba.
"Malas kali aku cerita kisahku ini tet, bikin sakit hati aku! " jawab Sandra dengan lesu.
"Ya sudah, gak usah kau cerita kalau bikin kau sakit hati, cerita yang bagus-bagus aja kita. " ucap Tata dengan santai.
"Kalau aku gak cerita, makin sakit hati aku buat nya! Nasib kita sama tet, kau masih berjalan menuju status jendes. Sedangkan aku tinggal menunggu ketuk palu di meja hijau.. Tok.. Tok... Tok... Bah, sudah resmi aku dengan status baru, jendes.. " jawab Sandra santai tanpa beban.
"Kok bisa? Kenapa pulak rupanya?" tanya Tata kepo.
"Mertua aku suruh anaknya si Amran kawin lagi biar dapat anak. Di bilangnya aku mandul karena sudah tiga tahun menikah gak hamil-hamil juga. Dia kira bikin anak kayak bikin kue, sekali ngadon langsung jadi. Setiap bulan aku cek ke dokter rahim aku, kata dokter rahim ku bagus gak ada penyakit yang menyerang rahim dan semacamnya. Ya ku tolak lah.. Tak sudi aku di madu, macam gak ada laki-laki aja di dunia ini. Dan sekarang ini lagi sidang perceraian ku dengan Amran, sengaja aku gak datang biar prosesnya cepat. Seenaknya saja bilang aku mandul, yang ada bibit anaknya aja yang gak tokcer. " ucap Sandra dengan wajah kesal dan tangan terkepal dengan sesekali ia memukuli sofa dengan tinjunya.
"Eh tot... Jangan-jangan lakik kau yang mandul? " sahut Tata tiba-tiba.
"Bah.. Bagus itu! Biar tau rasa tu mertua yang bilang aku mandul kalau Amran gak bakalan punya anak. Ha... Ha... Ha... " jawab Sandra dengan tergelak.
Tata pun ikutan tergelak dengan jawaban Sandra dan mereka bercerita dengan tertawa bahagia.
Tiba-tiba saja ponsel Tata berbunyi dengan kencang dan Tata yang melihat siapa yang memanggilnya mengernyitkan kening nya bingung.
[Hallo Mi, assalamualaikum]
[Apaaaaa!!!!!]
Bersambung..
Selamat membaca dan semoga suka ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Wiwik Wardoyo
suurr x pun bacanya 🤣👍
2023-01-10
0
Yunita Sary
di part ini aku bacanya pake logat batak,, 😁😁
2022-09-24
1
Buthet Bnd
bolokkon ke laut simatua na jamporon😂😂😂😂....(buang ke laut mertua judes).....masalah anak aku sangat sensitif...krna 12 tahun menikah blum punya momongan...tp syukur aku sama suami happy dan sllu bahagia .....
2022-09-03
5